Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ORANG BUANGAN (BANNELINGEN) PADA PERKEBUNAN PALA DI KEPULAUAN BANDA Barjiyah, Umi
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 1 (2010)
Publisher : Paramita: Historical Studies Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Placement of the exiles who run the nutmeg plantations on the Banda Islands is another way to run the economic system. Empowerment of the exiles as labor becomes a distinct advantage for the government or plantation owners. Economically exiles cannot be sold, but they can be used as production workers in the plantation or for those who have skills they can be employed to build and create a variety of facilities on the estate. Disposal of this person basically is never lost from time to time. In modern reign, the removal of human rights is often done just that with the term and a more subtle treatment of exiled. In the old order and the new order, areas such as Maluku Seram, Banda, Buru Island, Masohi, Namlea still just be a dumping ground for people who are considered guilty, and they are now more famous by the term political prisoners or prisoners. In the subsequent exiles are then settled and have contributed to the progress of his new country such as introducing rice cultivation and irrigation, but this needs further research. Keywords: an exile, plantation of pala, Banda   Penempatan orang buangan yang menjalankan perkebunan pala di Kepulauan Banda adalah cara lain untuk menjalankan sistem ekonomi. Pemberdayaan orang buangan sebagai tenaga kerja menjadi keuntungan tersendiri bagi pemerintah atau pemilik perkebunan. Secara ekonomis, orang buangan tidak dapat dijual, tetapi mereka dapat digunakan sebagai pekerja produksi di perkebunan atau bagi mereka yang memiliki keterampilan mereka bisa digunakan untuk membangun dan menciptakan berbagai fasilitas di perumahan. Pembuangan dari orang ini pada dasarnya tidak pernah hilang dari waktu ke waktu. Dalam pemerintahan modern, pemindahan hak asasi manusia sering melakukan hal itu dengan istilah dan pengobatan yang lebih halus diasingkan. Dalam orde lama dan orde baru, beberapa kawasan seperti Maluku Seram, Banda, Pulau Buru, Masohi, Namlea masih saja menjadi tempat pembuangan bagi orang-orang yang dianggap bersalah, dan mereka sekarang lebih terkenal oleh para tahanan politik. Dalam buangan berikutnya kemudian menetap dan telah memberi kontribusi pada kemajuan negara baru seperti memperkenalkan budidaya padi dan irigasi, namun hal ini perlu penelitian lebih lanjut. Kata kunci: buangan, perkebunan pala, Banda  
ORANG BUANGAN (BANNELINGEN) PADA PERKEBUNAN PALA DI KEPULAUAN BANDA Barjiyah, Umi
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 1 (2010)
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v20i1.1054

Abstract

Placement of the exiles who run the nutmeg plantations on the Banda Islands is another way to run the economic system. Empowerment of the exiles as labor becomes a distinct advantage for the government or plantation owners. Economically exiles cannot be sold, but they can be used as production workers in the plantation or for those who have skills they can be employed to build and create a variety of facilities on the estate. Disposal of this person basically is never lost from time to time. In modern reign, the removal of human rights is often done just that with the term and a more subtle treatment of exiled. In the old order and the new order, areas such as Maluku Seram, Banda, Buru Island, Masohi, Namlea still just be a dumping ground for people who are considered guilty, and they are now more famous by the term political prisoners or prisoners. In the subsequent exiles are then settled and have contributed to the progress of his new country such as introducing rice cultivation and irrigation, but this needs further research. Keywords: an exile, plantation of pala, Banda   Penempatan orang buangan yang menjalankan perkebunan pala di Kepulauan Banda adalah cara lain untuk menjalankan sistem ekonomi. Pemberdayaan orang buangan sebagai tenaga kerja menjadi keuntungan tersendiri bagi pemerintah atau pemilik perkebunan. Secara ekonomis, orang buangan tidak dapat dijual, tetapi mereka dapat digunakan sebagai pekerja produksi di perkebunan atau bagi mereka yang memiliki keterampilan mereka bisa digunakan untuk membangun dan menciptakan berbagai fasilitas di perumahan. Pembuangan dari orang ini pada dasarnya tidak pernah hilang dari waktu ke waktu. Dalam pemerintahan modern, pemindahan hak asasi manusia sering melakukan hal itu dengan istilah dan pengobatan yang lebih halus diasingkan. Dalam orde lama dan orde baru, beberapa kawasan seperti Maluku Seram, Banda, Pulau Buru, Masohi, Namlea masih saja menjadi tempat pembuangan bagi orang-orang yang dianggap bersalah, dan mereka sekarang lebih terkenal oleh para tahanan politik. Dalam buangan berikutnya kemudian menetap dan telah memberi kontribusi pada kemajuan negara baru seperti memperkenalkan budidaya padi dan irigasi, namun hal ini perlu penelitian lebih lanjut. Kata kunci: buangan, perkebunan pala, Banda  
Orang Gurabunga di Tidore: Gambaran tentang Pengaruh Budaya Maritim pada Masyarakat Petani di Tidore Kepulauan Barjiah Umi
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.291 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v1i2.812

Abstract

Kehidupan maritim tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan di Maluku Utaratermasuk Tidore. Penelitian ini membuktikan bahwa sebuah desa yang terletak diketinggian gunung tapi tidak bisa melepaskan kehidupan laut ini. Desa Gurabungamenjadi salah satu desa yang terletak di ketinggian lereng gunung Kie Matubu. Desaini memiliki sumber daya alam yang melimpah dan pengelolaan lahan dengan carayang masih sederhana. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatifdengan pendekatan sejarah. Penelitian tentang desa ini menggambarkankehidupan maritim yang memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Tradisional danmodern bersatu dalam irama dan saling melengkapi satu sama lain sehingga bisamenciptakan harmoni. Gambaran disematkan pada desa ini karena pola kehidupanmasyarakat dan pentingnya peranan desa ini dalam pemerintahan KesultananTidore.
Keberhasilan Daerah Transmigrasi SP 2 Sumber Makmur: Antara Harapan dan Realita.: Assessing the success of the SP 2 Sumber Makmur transmigration area: between expectations and realities Haryati Putri, Sri; Barjiyah, Umi
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 22 No. 1 (2025): Socia: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permasalahan ketimpangan kepadatan penduduk di Indonesia menjadi perhatian pemerintah sejak masa kolonial yang berlanjut sampai pemerintahan era Soeharto. Daerah transmigrasi Sumber Makmur di Lalubi Gane Timur Halmahera Selatan memberikan contoh gambaran kehidupan para transmigran di daerah baru yang mengalami berbagai kesulitan dan hambatan untuk meningkatkan perekonomiannya. Beberapa tahun belakangan, Sumber Makmur dicanangkan sebagai daerah lumbung padi karena berhasil melakukan panen raya. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dengan melakukan wawancara dan observasi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat transmigran Sumber Makmur. Dari wawancara dan observasi ini diperoleh data-data tentang berbagai persoalan yang dialami masyarakat transmigran. Sebagai daerah lumbung padi nyatanya tidak seindah harapan masyarakat transmigran. Hasil panen yang melimpah tidak sepenuhnya terserap ke pasaran dan menumpuk di lumbung penyimpanan rumah masyarakat. Penyebab utama adalah infrastuktur jalan yang rusak parah menjadi kendala pemasaran hasil panen.
Pahlawan Pejuang Maluku Utara: Pengenalan dan Workshop Penulisan Biografi kepada Siswa SMA Negeri 4 Halmahera Selatan Barjiyah, Umi; Putri, Sri Haryati
Nawadeepa: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 3 (2025): September
Publisher : Pencerah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58835/nawadeepa.v4i3.552

Abstract

Every individual has a unique story and life background. Therefore, introducing local heroes to the younger generation in East Gane is of great importance. As part of North Maluku, South Halmahera holds the responsibility to preserve its history and elevate local figures as sources of inspiration and learning. Through educational institutions such as SMAN 4 South Halmahera, students can be nurtured to become future leaders who are not only intellectually capable but also rooted in historical awareness and local wisdom. In implementing this initiative, it is essential not only to share the heroic stories of North Maluku’s figures but also to teach the art of writing biographies. Writing a life story is one of the most effective ways to bring these values into the heart of the community. Through written texts, a person's life journey can be immortalized—not merely as a historical record, but as a reflection of courage, virtue, and a fighting spirit worthy of emulation.