Teger Basuki
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Ekonomi Penggunaan Minyak Biji Kapas (MBK) untuk Bahan Bakar Nabati Basuki, Teger; Hartono, Joko
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 3, No 2 (2011): Oktober 2011
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara ekonomi efisiensi penggunaan minyak biji kapas sebagai bahan bakar nabati (BBN) untuk kompor Semawar 203. Perlakuan yang diteliti sebanyak lima perlakuan, yaitu (1) 100% minyak biji kapas, (2) 75% minyak biji kapas dicampur 25% kerosin, (3) 50% minyak biji ka-pas dicampur 50% kerosin, (4) 25% minyak biji kapas dicampur 75% kerosin, (5) 100% kerosin. Hasil pene-litian menunjukkan bahwa dengan menggunakan kompor tekan Semawar tipe 203 dengan bahan bakar campuran antara 50% minyak biji kapas (MBK) dan 50% kerosin menunjukkan efisiensi tertinggi. Dengan biaya sebesar Rp 689,00 mampu untuk mendidihkan 2 liter air dalam waktu 6,20 menit (waktu didihnya pa-ling cepat di antara perlakuan lainnya). Purpose of this study was to analyze the efficiency of cotton seed oil used as a biofuel using Semawar 203 stove. The treatments consist of, i.e.: (1) 100% cotton seed oil, (2) 75% cotton seed oil mixture 25% kero-sene, (3) 50% cotton seed oil mixture 50% kerosene, (4) 25% cotton seed oil mixture 75% kerosene, (5) 100% kerosene. The results showed that by using the stove press Semawar type 203 with a fuel mixture of 50% cotton seed oil and 50% kerosene had the highest efficiency of cost. At a cost of Rp689,00 the mixture was able to boil 2 liters of water in 6.20 minutes (boiling time fastest among other treatments).
Analisis Kelayakan Usaha Tani dan Persepsi Petani terhadap Penggunaan Varietas Unggul Kapas Basuki, Teger; Sunarto, Dwi Adi; Nurindah, .
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 1, No 2 (2009): Oktober 2009
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Balittas telah melepas tiga varietas baru kapas seri Kanesia yang mempunyai ketahanan moderat terhadap Amrasca biguttulla, yaitu Kanesia 11, Kanesia 12, dan Kanesia 13. Analisis ekonomi dan persepsi pengguna terhadap varietas-varietas kapas yang telah dilepas dapat memberikan informasi tentang kelayakan suatu varietas untuk dapat dikembangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang analisis ekonomi dan persepsi pengguna tentang varietas kapas Indonesia (Kanesia) yang mempunyai sifat ketahanan terhadap A. biguttulla. Penelitian ini dilaksanakan di daerah pengembangan kapas di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah dari Maret–Oktober 2008. Dalam penelitian ini digunakan varietas Kane-sia 10, 11, 12, 13, dan Kanesia 8 sebagai pembanding. Pada kegiatan ini digunakan metode demonstrasi plot dan wawancara. Demonstrasi plot merupakan petak percobaan yang ditanami varietas yang akan di-analisis kelayakannya. Kegiatan ini menggunakan lahan seluas 4 hektar yang dimiliki oleh 11 orang petani. Tata tanam mengikuti pola yang diterapkan petani di Blora dan teknologi budi daya lain diterapkan sesuai rekomendasi Balittas. Pada kegiatan ini analisis kelayakan usaha tani kapas varietas baru dilakukan dengan membandingkan hasil usaha tani secara parsial pada musim tanam jagung dan kapas, yaitu kegiatan pada akhir bulan April sampai dengan awal hingga akhir bulan Agustus. Analisis dilakukan dengan membanding-kan hasil usaha tani varietas-varietas baru pada lahan petani peserta kegiatan ini dengan usaha tani varietas yang sudah digunakan di wilayah tersebut (ISA 205A) di lahan petani IKR dan dengan hasil usaha tani ja-gung di lahan petani yang tidak menanam kapas tumpang sari dengan jagung. Produksi kapas berbiji dari varietas-varietas baru yang diuji pada lahan petani peserta tidak berbeda nyata, tetapi lebih tinggi diban-dingkan dengan produksi varietas pembanding Kanesia 8 sehingga dapat dikatakan bahwa varietas-varietas baru tersebut lebih unggul produktivitasnya dibandingkan Kanesia 8. Budi daya tumpang sari kapas varietas baru dengan jagung memberikan pendapatan yang lebih baik dibandingkan Kanesia 8. Akan tetapi, jika di-bandingkan dengan usaha tani jagung + kapas varietas ISA 205A atau dengan pendapatan usaha tani ja-gung monokultur, maka pendapatan usaha tani varietas-varietas baru ini jauh lebih rendah. Faktor yang ber-pengaruh terhadap perbedaan ini adalah waktu tanam, serta penggunaan input saprodi dan tenaga kerja. Di antara varietas-varietas unggul baru yang diintroduksikan, preferensi petani tertinggi adalah pada Kanesia 10, karena produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan produksi varietas lainnya. Indonesian Tobacco and Fiber Crops Research Institute (IToFCRI) has released three cotton varieties which are moderate resistant to A. biguttulla, namely Kanesia 11, Kanesia 12, and Kanesia 13. Economic analysis and users’ perception to the new varieties would provide in important information of the variety’s feasibility for cotton development. The aim of this research activity was to obtain information about economic analysis and user’s perception of the newly released cotton varieties with moderately resistant to A. biguttulla. This research was conducted in cotton development area, in Jati, Blora, Central Java from March–October 2008. This research used cotton varieties, i.e. Kanesia 10, 11, 12, 13, and Kanesia 8 as a comparison. This re-search used demonstration plots and interview. Demonstration plots were plots where the evaluated varie-ties will be analyzed for their feasibility. This research activity used 4 hectares owned by 11 farmers. Planting system was as farmer’s practice, i.e., cotton intercropped with maize and cultivation technology recom-mended by IToFCRI. This analysis was done by comparing partially farming output of the new varieties planted by participant farmers with that of established varieties (ISA 205A) planted by non-participant farmers and with maize planted by non-participant farmers on April–August 2008. Cotton seed production of the new varieties was not significantly different, however, it was significantly higher than that of the compa-rison variety (Kanesia 8), so that those newly releases varieties are superior to the previously released va-riety. Intercropping maize with new cotton varieties gave a higher income than that with Kanesia 8. How-ever, it was much lower when comparing with the farming output of monoculture maize. Factors affected this different include planting time, the use of farming inputs including man power. Among the introduced cotton varieties, farmer’s preference was to Kanesia 10, because of its production performance.
PENGARUH SUMBER PUPUK ORGANIK TERHADAP PENAMPILAN TEBU (Saccharum officinarum L.) PADA TATA TANAMBARIS GANDA BENIH GANDA [Effect of Organic Fertilizer Resources on Sugarcane (Saccharum officinarum L.) Performances in Double Rows Double Seeds Planting Arrangement] Busro, Djumali; Mulyaningsih, Sri; Basuki, Teger
BERITA BIOLOGI Vol 17, No 1 (2018)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4072.501 KB) | DOI: 10.14203/beritabiologi.v17i1.2828

Abstract

Increased productivity of sugarcane in upland area can be done through the implementation of the integration of manure with a high dose of inorganic fertilizer in the double rows and twice plant populations of single row (“double rows double seeds”) planting arrangement. Limited availability of manure and inorganic fertilizer entails the replacement of manure with green manure fertilizer. The research was aimed to obtain a green manure as replacement manure that can be intercropped in the double rows double seeds planting arrangement. The experiment was done in the Asembagus Experimental Station, Situbondo, East Java on January to December 2014 for plant cane (PC) and from January to December 2015 for ratoon cane (RC). Treatments were arranged in a Randomized Block Design time for replication. The treatment includes (1) the four rows of Crotalaria juncea, (2) two rows of Crotalaria juncea, (3) four rows of peanuts in width between rows of sugar cane, (4) manure, and (5) no organic fertilizer. The results showed that the integration of organic fertilizer with a low dose of inorganic fertilizers increases productivity and sugar yield 5.20 to 41.78% and 33.33 to 69.90%, respectively in PC and 7.33 to 32.67% and 5.74 to 29.61%, respectively in RC from no organic fertilizer. Four rows of Crotalaria juncea could replace the role of manure in improving the productivity and sugar yield for PC and two rows of Crotalaria juncea for RC.