Firdauzi Nur Sita
Universitas Singaperbangsa Karawang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KAJIAN SASTRA BANDINGAN NOVEL SALAH ASUHAN DENGAN NOVEL LAYLA MAJNUN: Pendekatan Psikologi Sastra Firdauzi Nur Sita; Hana Septiana Jamal; Dian Hartati
Lingua Franca:Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 5 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.665 KB) | DOI: 10.30651/lf.v5i2.8663

Abstract

Sastra lahir dari masyarakat, kemudian besar, dan berkembang di masyarakat. Sastra bukan hanya dinikmati dari keindahannya saja, bentuknya, isinya, pentasnya, alunan-alunan yang mengirinya. Melainkan sastra dapat meninjau seberapa jauh manusia berekspresi, melihat dan merasakan kesamaan dan perbedaan sudut pandang, dan makna sastra itu sendiri tiada berbatas zaman, serta melibatkan segala macam ilmu. Sastra Bandingan merupakan cabang ilmu sastra yang mengkaji karya sastra dalam beragam bentuk, fungsi, dan makna. Artikel ini mencoba meninjau dari aspek Psikologi Sastra akan dua karya sastra yang dibandingkan yakni novel yang berjudul "Salah Asuhan" karya Abdul Moeis dengan novel yang berjudul "Layla Majnun" karya Syaikh Nizami. Teori psikologi yang digunakan ialah teori Sigmund Freud (1923), ada tiga unsur kepribadian dalam teori psikoanalisis yaitu Id, Ego, dan Superego. Id merupakan sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologi yang diturunkan seperti insting, impuls, dan drives. Dari id ini kemudian muncul ego dan superego. Ego beroperasi mengikuti prinsip realita. Sedangkan, superego berkaitan dengan kekuatan moral dan etika dari kepribadian yang beroperasi, memakai prinsip idealistik, sebagai lawan dari id dan ego. Tinjauan ini dimaksudkan guna meneliti kejiwaan atau psikologis tokoh utama dari kedua novel tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah dua novel di di atas. Sampel di sini adalah ujaran narasi ataupun ujaran dari tokoh kedua novel tersebut. Hasil penelitian ini berupa ujaran narasi atau ujaran tokoh utama yang berkenaan dengan id, ego, dan superego pada kedua novel tersebut yang kemudian dideskripsikan dengan interpretasi. Kata Kunci: kajian bandingan, psikologi sastra, salah asuhan, layla majnun
PERAN DAN REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN TRADISIONAL DALAM NOVEL BIRUNYA SKANDAL KARYA MIRA WIJAYA Firdauzi Nur Sita; Sahlan Mujtaba; M Januar Ibnu Adham
PARAFRASE : Jurnal Kajian Kebahasaan & Kesastraan Vol 23 No 1 (2023): Parafrase Vol. 23 No. 1, Mei 2023
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30996/parafrase.v23i1.5506

Abstract

Menyoroti kasus diskriminasi pendidikan, pelecehan seksual, KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), serta pemerkosaan terhadap kaum perempuan seakan tidak ada habisnya. Hal tersebut dilandasi stereotip buruk yang telah berkembang di masyarakat terhadap sosok perempuan. Upaya penghapusan stereotip buruk dengan mengubah pola pikir masyarakat menjadi lebih kritis, salah satunya melalui jalur pendidikan dengan membaca karya sastra. Penelitian didasarkan pada kegiatan membaca novel Birunya Skandal karya Mira Wijaya, kemudian dikaji dengan pendekatan kritik sastra feminis melalui citra perempuan. Penjabaran data penelitian yang berasal dari dokumen berupa karya sastra, maka digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan citra perempuan pada tokoh Kartika, Andromeda, dan Astri dalam novel. Citra perempuan tersebut meliputi citra diri perempuan yang di dalamnya terdapat aspek citra fisik perempuan dan citra psikis perempuan. Serta, citra sosial perempuan di dalamnya terdapat citra sosial dalam keluarga dan citra sosial dalam masyarakat. Representasi perempuan tradisional, dalam karakter-karakter perempuan novel Birunya Skandal karya Mira Wijaya, tidak bisa dianggap sebagai perempuan lemah secara sosial ataupun fisik melainkan menjadi perempuan lebih dianggap kuat dalam peran tradisional di ruang sosial, karena ada peran ganda, baik sebagai ibu dan perempuan karir