Kevin E. Brien
Professor of Philosophy and Religion, Washington College

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Humanistic Marxism and the Transformation of Reason Brien, Kevin E.
MELINTAS An International Journal of Philosophy and Religion (MIJPR) Vol. 21 No. 3 (2005)
Publisher : Faculty of Philosophy, Parahyangan Catholic University, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1485.451 KB) | DOI: 10.26593/mel.v21i3.1015.295-316

Abstract

Mengacu pada gagasan tentang alienasi Marx, artikel ini menyoroti struktur pola aktivitas yang tidak teralienasi. Aktivitas yang tak teralienasi ditandai oleh beberapa hal yang umumnya bertentangan dengan pola aktivitas dalam struktur masyarakat kapitalistik. Pertama, aktivitas itu mengandaikan ikatan ontologis antar manusia. Manusia bukan sarana melainkan tujuan. Objektivikasi diri tidak boleh menghambat objektivikasi orang lain sejauh yang terakhir itu mengakui kodrat sosial manusia. Kedua, di dalamnya tendensi ke arah "pemilikan" tidak dianggap pola apropriasi utama, melainkan sekedar salah satu bentuk apropriasi di antara sekian banyak bentuk lainnya. Ketiga, ia menuntut integrasi harmonis antara berbagai sisi manusia, kognitif maupun konatif, nalar maupun rasa inderawi. Maka yang rasional sekaligus dilihat mengandung yang rasawi; segala yang rasawi mengandung rasionalitas. Untuk memajukan aktivitas yang tak teralienasi ini dibutuhkan transformasi rasionalitas praktis, suatu akal-sehat yang baru.
Humanistic Marxism and the Transformation of Reason Brien, Kevin E.
MELINTAS An International Journal of Philosophy and Religion (MIJPR) Vol. 21 No. 3 (2005)
Publisher : Faculty of Philosophy, Parahyangan Catholic University, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/mel.v21i3.1015.295-316

Abstract

Mengacu pada gagasan tentang alienasi Marx, artikel ini menyoroti struktur pola aktivitas yang tidak teralienasi. Aktivitas yang tak teralienasi ditandai oleh beberapa hal yang umumnya bertentangan dengan pola aktivitas dalam struktur masyarakat kapitalistik. Pertama, aktivitas itu mengandaikan ikatan ontologis antar manusia. Manusia bukan sarana melainkan tujuan. Objektivikasi diri tidak boleh menghambat objektivikasi orang lain sejauh yang terakhir itu mengakui kodrat sosial manusia. Kedua, di dalamnya tendensi ke arah "pemilikan" tidak dianggap pola apropriasi utama, melainkan sekedar salah satu bentuk apropriasi di antara sekian banyak bentuk lainnya. Ketiga, ia menuntut integrasi harmonis antara berbagai sisi manusia, kognitif maupun konatif, nalar maupun rasa inderawi. Maka yang rasional sekaligus dilihat mengandung yang rasawi; segala yang rasawi mengandung rasionalitas. Untuk memajukan aktivitas yang tak teralienasi ini dibutuhkan transformasi rasionalitas praktis, suatu akal-sehat yang baru.