Priyobudi Priyobudi
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Rekonstruksi Model Bawah Permukaan Sesar Palu Berdasarkan Hasil Relokasi Hiposenter Mohamad Ramdhan; Priyobudi Priyobudi
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 11, No 1 (2020)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1489.918 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v11i1.293

Abstract

Relokasi hiposenter merupakan teknik umum yang digunakan untuk memahami kondisi tektonik di suatu area. Studi ini menggunakan hasil relokasi hiposenter dari katalog gempabumi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Hiposenter-hiposenter tersebut digunakan untuk merekontruksi kondisi bawah permukaan di bawah Sesar Palu-Koro (PK) pada segmen Palu-Donggala. Rekonstruksi bawah permukaan menunjukkan bahwa Sesar Palu terdiri dari satu sesar utama dan dua sesar sintetik. Sesar utama menempati sisi timur lembah Palu. Sesar ini berupa bidang lurus berarah utara-selatan dari utara Donggala hingga Kota Palu. Pada sesar utama inilah gempabumi dengan magnitudo 7,5 Mw terjadi. Sesar sintetik berupa bidang lengkung berarah barat laut-tenggara membentuk sudut terhadap sesar utama. Hasil rekonstruksi juga menunjukkan adanya beberapa flower structure yang umum terjadi dalam sebuah sistem sesar mendatar.
Uji Resolusi Tomografi Seismik Waktu Tempuh Lokal Menggunakan Dua Input Model Sintetik Mohamad Ramdhan; Said Kristyawan; Andry Syaly Sembiring; Daryono Daryono; Priyobudi Priyobudi
Limits: Journal of Mathematics and Its Applications Vol 16, No 2 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (643.103 KB) | DOI: 10.12962/limits.v16i2.6043

Abstract

Uji resolusi dalam tomografi seismik telah diterapkan secara luas pada berbagai skala. Uji tersebut digunakan untuk mengetahui kehandalan data seismik yang digunakan pada suatu area penelitian. Checkerboard resolution test (CRT) merupakan salah satu teknik uji resolusi yang diterapkan secara luas pada data tomografi seismik. Uji resolusi dilakukan untuk mengetahui secara spasial area mana saja yang bisa diinterpretasi dari suatu tomogram seismik. Pada penelitian ini akan menguji resolusi dengan input model CRT dan Non-CRT. Area yang memiliki kemiripan pola antara input model dan hasil inversinya menunjukkan area tersebut bisa diinterpretasi baik secara geologi maupun dari properti fisika batuannya. Pada uji resolusi model Non-CRT juga ditambahkan random noise untuk mengetahui sejauh mana pengaruh noise terhadap data seismik. Hasil uji resolusi pada kedua input model tersebut menunjukan konsistensi pada area-area yang bisa diinterpretasi ataupun tidak. Hal ini menunjukkan data seismik yang digunakan pada penelitian ini memiliki kualitas yang cukup baik sehingga hasil studi tomografinya bisa menjelaskan kondisi geologi di bawah permukaannya
PEMODELAN INUNDASI TSUNAMI DI SEPANJANG PESISIR MANADO AKIBAT GEMPABUMI M8,5 DI ZONA SUBDUKSI SULAWESI UTARA Robert Owen Wahyu; Rignolda Djamaluddin; Gybert E. Mamuaya; Tatok Yatimantoro; Priyobudi Priyobudi
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 19, No 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (823.808 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v19i1.448

Abstract

Zona subduksi Sulawesi Utara merupakan kawasan tektonik yang sangat aktif. Seismisitas yang tinggi di wilayah ini disebabkan oleh zona subduksi Sulawesi utara, zona subduksi lempeng laut Maluku dan juga sesar-sesar lokal. Kota Manado terletak di sebuah teluk di pesisir utara Sulawesi. Kondisi ini membuat Kota Manado sangat rentan terhadap bahaya tsunami. Pemodelan inundasi tsunami dilakukan untuk memperkirakan potensi bencana tsunami. Gempabumi dengan magnitude Mw 8.5 digunakan untuk memperkirakan dampak tsunami terburuk. Pemodelan numerik tsunami dilakukan dengan menggunakan TUNAMI-N3 dengan grid bersarang (nested grid). Data batimetri dari GEBCO 1 arcsec dan data topografi dari SRTM 1 arcsec digunakan dalam perhitungan model. Resolusi grid ditingkatkan secara bertahap melalui 6 grid bersarang. Virtual tide gauge dibuat untuk melihat karakter gelombang tsunami di 7 titik sepanjang pantai Manado. Tsunami menggenangi wilayah pantai Manado antara 0,5 hingga 1,2 km ke darat. Ketinggian tsunami maksimum akibat skenario gempa ini adalah 18 meter. Waktu tiba tsunami di pantai sekitar 17 menit setelah gempabumi terjadi. North Sulawesi subduction zone is a very active seismic region. Manado directly faces the subduction zone and therefore made the city prone to tsunami hazards. To the best of our knowledge, there has been no research on how big a threat is a tsunami in Manado. A tsunami inundation modeling was performed to estimate the potential threat of a tsunami in the city. An earthquake with a magnitude of M8.5 represented the worst-case scenario of the tsunami. The numerical model for the tsunami modeling used in this study was TUNAMI-N3 with nested grids. For tsunami calculation, 1 arc-minute GEBCO bathymetric data and 1 arc-second SRTM topographic data were used. Several virtual tide gauge locations were set to detect wave characteristics of the tsunami along the coast of Manado. The results showed that the inundation distance varied from 500 to 1200 meters inland, the tsunami wave height varied from 8 to 18 meters, and tsunami arrived at a coastal area within 17 minutes after the earthquake. According to this inundation model, the tsunami-prone area in Manado might extend up to 500-1200 meters inland near the coastal areas. Local government should have tsunami inundation maps generated using detailed topographic data that will be useful for evacuation plans in case of a tsunami.
PEMODELAN INUNDASI TSUNAMI DI SEPANJANG PESISIR MANADO AKIBAT GEMPABUMI M8,5 DI ZONA SUBDUKSI SULAWESI UTARA Robert Owen Wahyu; Rignolda Djamaluddin; Gybert E. Mamuaya; Tatok Yatimantoro; Priyobudi Priyobudi
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 19 No. 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v19i1.448

Abstract

Zona subduksi Sulawesi Utara merupakan kawasan tektonik yang sangat aktif. Seismisitas yang tinggi di wilayah ini disebabkan oleh zona subduksi Sulawesi utara, zona subduksi lempeng laut Maluku dan juga sesar-sesar lokal. Kota Manado terletak di sebuah teluk di pesisir utara Sulawesi. Kondisi ini membuat Kota Manado sangat rentan terhadap bahaya tsunami. Pemodelan inundasi tsunami dilakukan untuk memperkirakan potensi bencana tsunami. Gempabumi dengan magnitude Mw 8.5 digunakan untuk memperkirakan dampak tsunami terburuk. Pemodelan numerik tsunami dilakukan dengan menggunakan TUNAMI-N3 dengan grid bersarang (nested grid). Data batimetri dari GEBCO 1 arcsec dan data topografi dari SRTM 1 arcsec digunakan dalam perhitungan model. Resolusi grid ditingkatkan secara bertahap melalui 6 grid bersarang. Virtual tide gauge dibuat untuk melihat karakter gelombang tsunami di 7 titik sepanjang pantai Manado. Tsunami menggenangi wilayah pantai Manado antara 0,5 hingga 1,2 km ke darat. Ketinggian tsunami maksimum akibat skenario gempa ini adalah 18 meter. Waktu tiba tsunami di pantai sekitar 17 menit setelah gempabumi terjadi. North Sulawesi subduction zone is a very active seismic region. Manado directly faces the subduction zone and therefore made the city prone to tsunami hazards. To the best of our knowledge, there has been no research on how big a threat is a tsunami in Manado. A tsunami inundation modeling was performed to estimate the potential threat of a tsunami in the city. An earthquake with a magnitude of M8.5 represented the worst-case scenario of the tsunami. The numerical model for the tsunami modeling used in this study was TUNAMI-N3 with nested grids. For tsunami calculation, 1 arc-minute GEBCO bathymetric data and 1 arc-second SRTM topographic data were used. Several virtual tide gauge locations were set to detect wave characteristics of the tsunami along the coast of Manado. The results showed that the inundation distance varied from 500 to 1200 meters inland, the tsunami wave height varied from 8 to 18 meters, and tsunami arrived at a coastal area within 17 minutes after the earthquake. According to this inundation model, the tsunami-prone area in Manado might extend up to 500-1200 meters inland near the coastal areas. Local government should have tsunami inundation maps generated using detailed topographic data that will be useful for evacuation plans in case of a tsunami.