Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Developing Fuzzy Inference System of the Observed Albireo Star’s Trail using Surface Meteorological Parameter over ITERA Astronomical Observatory (IAO) Wahyu Sasongko Putro; Wirid Birastri; Robiatul Muztaba; Anissa Novia Indra Putri; Nindhita Pratiwi; Hakim Luthfi Malasan
TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control) Vol 16, No 6: December 2018
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/telkomnika.v16i6.9106

Abstract

This study aims to develop Fuzzy Inference System (FIS) trail of star seeing over ITERA Astronomical Observatory (IAO) using surface meteorological parameter during site selection to develop observatory. The one-day surface meteorological observation such as Pressure (P), Temperature (T), and Humidity (H) and trail of Albireo (β Cyg) star seeing value was taken from Mt. Betung, Lampung, Indonesia. The surface meteorological data are analyzed to obtain Albireo (β Cyg) star seeing value in 3 to 4 August 2017. By using statistical method obtained the seeing value in daily variation of Albireo (β Cyg) star trail with surface meteorological as a predictor parameter. The standard error of estimate (S-Value) between predictor parameter (pressure and humidity) with Albireo star seeing are reached 0.0027543 in two days variation. Based on the result, the three Membership Functions (MFs) with Gaussian function was proposed in this study to develop FIS trail of star. The result shows that the configuration analysis from input parameter FIS with 15 role bases from surface meteorological parameter has successful to targeted with Albireo (β Cyg) star trail. The 15 role bases from FIS was used to estimate seeing value from meteorological parameter in near future.
Kajian Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Observatorium Astronomi Lampung (OAL): Bagian 3 Annisa Novia Indra Putri; Warid Zul Ilmi; Afrizal Vatikawa; Nindhita Pratiwi
Journal of Multidisciplinary Academic Vol 3, No 2 (2019): Special Issue in Multidisciplinary Academics related Astronomy Background
Publisher : Penerbit Kemala Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Institut Teknologi Sumatera (ITERA) bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Pemerintah Provinsi Lampung telah sepakat untuk membangun Observatorium di Lampung yang kemudian diberi nama Observatorium Astronomi Lampung (OAL). Pada tanggal 20 November 2016 telah dilakukan survei lokasi dan ditentukan titik koordinat geografis OAL yaitu 05o 27’ 71” LS dan 105o 09’ 39” BT dengan ketinggian 1030 meter di atas permukaan laut. Dengan adanya pembangunan OAL ini diharapkan akan menjadi pusat pendidikan sains dan menjadi pusat ekowisata di Provinsi Lampung sehingga Lampung meiliki daya tarik tersendiri bagi turis lokal maupun mancanegara. Dikarenakan bangunan observatorium termasuk bangunan yang dilindungi dan dipertahankan keberadaannya maka dibutuhkan pengelolaan dan pengembangan yang terarah sehingga fungsi utama dari observatorium tidak terganggu. Salah satu caranya dengan menjadikan kawasan OAL menjadi kawasan tertentu dengan menyebarkan kuesioner ke beberapa pihak terkait. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 113 responden, 86 responden (76%) setuju jika OAL dijadikan sebagai kawasan tertentu sedangkan 27 responden (24%) tidak setuju. Dari 24% responden yang tidak setuju, 30%nya berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Lampung.
Hubungan Antara Percepatan Drag Satelit LAPAN-TUBSAT dengan Indeks Aktivitas Matahari Selama Badai Geomagnetik 2015 Nindhita Pratiwi; Muhammad Isnaenda Ikhsan
Journal of Multidisciplinary Academic Vol 3, No 2 (2019): Special Issue in Multidisciplinary Academics related Astronomy Background
Publisher : Penerbit Kemala Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Satelit bergerak melewati atmosfer sehingga mengalami gaya drag pada arah yang berlawanan dengan gerak orbit. Gaya drag atmosfer merupakan gangguan non-gravitasi terbesar pada satelit LEO (Low Earth Orbit). Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan hubungan antara percepatan drag harian satelit LAPAN-TUBSAT dengan indeks aktivitas Matahari selama badai geomagnetic 2015. Data indeks aktivitas Matahari (indeks F10,7) diambil dari ftp.swpc.noaa.gov. Kami menggunakan perangkat lunak STK (System Tool Kit), python, dan model interaktif CCMC (Community Coordinated Modeling Center) untuk mengolah data. Untuk menghitung percepatan drag, dibutuhkan data kecepatan satelit yang diperoleh dari STK dan data kerapatan atmosfer. Untuk menghasilkan data kerapatan atmosfer, digunakan CCMC dengan model atmosfer MSISE-90 (Mass Spectrometer – Incoherent Scatter Extended 1990). Selain itu, dibutuhkan data masukan berupa posisi satelit (lintang, bujur, dan ketinggian) yang dapat diperoleh dari STK. Pada tanggal 18 Maret 2015, aktivitas Matahari berada pada tingkat moderate (100 ≤ F10,7 ≤ 150). Model atmosfer cukup sensitif terhadap kondisi Matahari, baik ketika periode tenang maupun ketika periode badai. Untuk model atmosfer ini, nilai percepatan drag maksimum yang mencapai 451,4416 m/hari2 terjadi pada tanggal 17 Maret 2015 bersamaan dengan terjadinya fenomena badai geomagnetik kuat. Percepatan drag satelit LAPAN-TUBSAT memiliki hubungan linier dengan F10,7 dengan koefisien korelasi sebesar 0,47
SURVEI SITUS PEMBANGUNAN OBSERVATORIUM ASTRONOMI LAMPUNG DI TAHURA WAR, GUNUNG BETUNG Robiatul Muztaba; Annisa Novia Indra Putri; Nindhita Pratiwi; Wahyu Sasongko Putro; Wirid Birastri; Hakim L. Malasan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIKA (E-JOURNAL) Vol 7 (2018): PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIKA (E-JOURNAL) SNF2018
Publisher : Program Studi Pendidikan Fisika dan Program Studi Fisika Universitas Negeri Jakarta, LPPM Universitas Negeri Jakarta, HFI Jakarta, HFI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (842.209 KB) | DOI: 10.21009/03.SNF2018.02.PA.04

Abstract

Abstrak Pada tahun 2016, Institut Teknologi Sumatera bersama dengan Institut Teknologi Bandung, dan Pemerintah Provinsi Lampung menggagas pembangunan sebuah observatorium baru di Lampung. Kami memaparkan hasil survei astronomi pada akhir tahun 2017 di lokasi observatorium. Adapun tujuan dilakukannya survei astronomi yaitu untuk mengkaji kelayakan sebuah observatorium terhadap kondisi lingkungan dan kualitas langit, serta mendapatkan hasil pengukuran parameter atmosfer meliputi ekstingsi atmosfer, seeing, dan kecerlangan langit. Data hasil survei menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan instrumen dan jadwal rencana pengamatan. Dari hasil penelitian didapat bahwa rata-rata curah hujan minimum terjadi pada bulan Mei sampai Oktober, peta sebaran polusi cahaya dari pengukuran kecerlangan langit menunjukan adanya kontribusi polusi cahaya dari arah timur menuju pusat kota Bandar Lampung. Provinsi Lampung termasuk dalam kategori daerah transisi urban dengan nilai kecerlangan langit sebesar 20.85 mag arcsec-2. Sedangkan untuk pengukuran seeing didapat hasil 1.50” dan pengukuran ekstingsi menunjukkan grafik dengan kondisi atmosfer yang cukup baik untuk pengamatan. Kata-kata kunci: Survei Astronomi, Parameter Atmosfer, Kecerlangan Langit, Seeing, Ekstingsi. Abstract In 2016, Institut Teknologi Sumatera along with Institut Teknologi Bandung, and the Government of Lampung Province initiated the construction of a new observatory in Lampung. We present the results of astronomical surveys at the end of 2017 at the observatory site. The objective of the survey is to assess the feasibility an astronomical observatory to the environmental conditions and the quality of the sky, as well as to get the atmospheric parameters measurements to include atmospheric extinction, seeing, and sky brightness. The results are taken into account in the selection of instruments and schedules of observation plans. From our research, we get that the average minimum rainfall occurs in May through October, the light pollution distribution maps of the sky brightness measurements showed the presence of light pollution contribution from the east toward downtown Bandar Lampung. Lampung province included in the category of urban transition area with sky brightness value amounted to 20.85 mag arcsec-2. As for the seeing measurement, we get a value of about 1.50” and the measurement of extinction shows a graph with atmospheric conditions which is good enough for observation. Keywords: Astronomical Survey, Atmospheric Parameter, Sky Brightness, Seeing, Extinction.