Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hormone-Immunity Response of Premenopausal Women Intervened with Skim Milk Based Functional Drink Supplemented with 100 mg Soy Isoflavone and 8 mg Zn-sulfate (Susumeno) Heri Winarsi; Deddy Muchtadi; Fransiska R Zakaria; B Purwantara
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. 15 No. 1 (2004): Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
Publisher : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB Indonesia bekerjasama dengan PATPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3098.456 KB)

Abstract

The study was conducted to evaluate the effect of intervention of skim milk based functional drink supplemented with 100 mg of soy isoflavone and 8 mg of Zn-sulfate (susumeno) on serum estradiol and thymulin hormones levels of permenopausal women. After 2 month of intervention, the estradiol levels did not change, and the levels were in the range of 39,16 – 41,99 pg/ml. However the thymulin hormone levels increased significantly from 2,37 µg/ml to 3,31 µg/ml. Increase in thymulin levels shows that the disfuction of immune system of premenopausal could be improved by the functional drink. Key words : Estradiol, thymulin, soy isoflavone, Zn, premenopausal women.
SUSU KECAMBAH KEDELAI BASAH KAYA PROTEIN LEBIH DISUKAI SEBAGAI MINUMAN ALTERNATIF UNTUK OBESITAS Heri Winarsi
Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman
Publisher : Program Studi Ilmu Gizi, Jurusan Kesmas Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (626.993 KB) | DOI: 10.20884/1.jgps.2018.2.1.896

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat kesukaan dan kandungan protein susu kecambah kedelai (sumbae) yang dibuat dengan cara basah dan cara kering. Melalui cara basah, sumbae dibuat dari kecambah kedelai yang telah dibersihkan dari kotoran dan coteledonnya, ditambahkan susu, sukrosa, dan sedikit garam, serta air, diblender hingga halus, kemudian disaring, dididihkan, dan dibiarkan dingin. Sumbae yang dibuat dengan cara kering, diawali dengan membuat tepung kecambah kedelai, kemudian disusun atas tepung kecambah kedelai, sukrosa, susu skim, dan garam. Sumbae kering perlu diseduh dengan air panas, diaduk-aduk hingga homogen. Sebanyak 52 panelis terdiri dari mahasiswa, karyawan, dan ibu-ibu PKK Desa Purwosari dan Pamijen, melakukan uji organoleptic meliputi warna, rasa, aroma, dan kekentalan, dengan metode scoring berskala 1-5; 1 sangat tidak suka, 2, tidak suka, 3, agak tidak suka, 4, suka, 5, sangat suka. Kadar protein ditentukan dengan mikroKjeldhal. Hasilnya, sumbae cara basah lebih disukai, dengan kandungan protein sebesar 13,771%. Satu takaran saji sumbae basah (250 ml) dapat memenuhi asupan protein sebesar 34,43 g setara dengan 60,40-61,48% kebutuhan akan protein untuk beberapa kelompok umur. Dengan demikian sumbae basah berpotensi sebagai penurun berat badan pada obesitas.
SUSU KECAMBAH KEDELAI BASAH KAYA PROTEIN LEBIH DISUKAI SEBAGAI MINUMAN ALTERNATIF UNTUK OBESITAS Heri Winarsi
Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman Vol 2 No 1 (2018): JURNAL GIZI DAN PANGAN SOEDIRMAN
Publisher : Program Studi Ilmu Gizi, Jurusan Kesmas Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (626.993 KB) | DOI: 10.20884/1.jgps.2018.2.1.896

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat kesukaan dan kandungan protein susu kecambah kedelai (sumbae) yang dibuat dengan cara basah dan cara kering. Melalui cara basah, sumbae dibuat dari kecambah kedelai yang telah dibersihkan dari kotoran dan coteledonnya, ditambahkan susu, sukrosa, dan sedikit garam, serta air, diblender hingga halus, kemudian disaring, dididihkan, dan dibiarkan dingin. Sumbae yang dibuat dengan cara kering, diawali dengan membuat tepung kecambah kedelai, kemudian disusun atas tepung kecambah kedelai, sukrosa, susu skim, dan garam. Sumbae kering perlu diseduh dengan air panas, diaduk-aduk hingga homogen. Sebanyak 52 panelis terdiri dari mahasiswa, karyawan, dan ibu-ibu PKK Desa Purwosari dan Pamijen, melakukan uji organoleptic meliputi warna, rasa, aroma, dan kekentalan, dengan metode scoring berskala 1-5; 1 sangat tidak suka, 2, tidak suka, 3, agak tidak suka, 4, suka, 5, sangat suka. Kadar protein ditentukan dengan mikroKjeldhal. Hasilnya, sumbae cara basah lebih disukai, dengan kandungan protein sebesar 13,771%. Satu takaran saji sumbae basah (250 ml) dapat memenuhi asupan protein sebesar 34,43 g setara dengan 60,40-61,48% kebutuhan akan protein untuk beberapa kelompok umur. Dengan demikian sumbae basah berpotensi sebagai penurun berat badan pada obesitas.