p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal JURNAL SIMETRIK
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Mitigasi karakter muka air banjir dari morfometri DAS Wai Loning – Negeri Laha, berbasis Geographic Information System (GIS) Steanly Reynold. R. Pattiselanno
JURNAL SIMETRIK Vol 7, No 2 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1327.777 KB) | DOI: 10.31959/js.v7i2.48

Abstract

Karakter sungai di Pulau Ambon memiliki ciri hanya satu aliran sungai utama dari hulu ke hilir ataupun satu aliran sungai utama yang akan terbagi menjadi beberapa anak sungai di arah hilir.  Ini berbeda dengan karakter sungai Wai Loning yang membelah Negeri Laha yang menerima aliran dari dua sungai utama lainnya yaitu Wai Sakula dan Wai Tengah, yang menyebabkan potensi debit banjirnya menjadi berkali lipat lebih banyak terutama di musim hujan.Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu kajian studi penelitian tentang potensi karakter muka air banjir aliran sungai pada DAS yang dibentuk oleh kesatuan aliran Wai Sakula – Wai Tengah – Wai Loning, yang pastinya membutuhkan survey kawasan DAS demi mengumpulkan parameter morfometri DAS. Data teknis yang diperlukan untuk DAS Wai Loning berupa morfometri sungai yang meliputi: luas DAS, panjang DAS, lebar DAS, kemiringan data gradien sungai, orde dan tingkat percabangan sungai, kerapatan sungai, dan bentuk DAS.Berdasarkan hasil identifikasi data  WRb= 12,33 dan Rc = 0,25, maka DAS Wai Loning yang terbentang antara 3°40’6,51” - 3°43’19,50” LS dan 128°1’17,20” - 128°5’26,98” BT dengan luas 35.674.050,00 m2 (35,67 km2) atau 3.567,405 Ha, dan keliling 41.990,00 m (41,99 km) termasuk karakter DAS dimana sungainya mengalami kenaikan dan penurunan muka air banjir yang berlangsung dengan cepat serta karakter debit puncak yang datang dengan cepat, begitu juga penurunannya.
Pemanfaatan GIS dalam Pembuatan dan Penetuan Morfometri DAS Wailela Steanly Reynold. R. Pattiselanno
JURNAL SIMETRIK Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31959/js.v11i1.559

Abstract

Keterbatasan lahan di pusat Kota Ambon untuk pembangunan pusat pemerintahan, perdagangan dan pemukiman, menyebabkan Kota Ambon sudah mulai sampai pada titik jenuh dari sisi kapasitas tampungan lahan bagi pembangunan. Sehingga pemerintah mulai mengimplementasikan kebijakan pembangunan yang mulai menyebar ke luar pusat Kota Ambon.  Pengalaman bencana banjir dan longsor yang pernah terjadi sebelumnya, maka pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah melakukan program pengelolaan banjir terpadu untuk lima sungai utama di kota Ambon yang kerap mengalami banjir.Pilot project yang dikerjakan oleh Balai Wilayah Sungai Maluku di Kota Ambon untuk berkolaborasi menunjang program pengelolaan banjir terpadu, salah satunya melalui restorasi Sungai Wailela di Desa Rumahtiga – Kecamatan Teluk Ambon, memerlukan data teknis DAS Wailela yang komprehensif.  Pengumpulan data suatu DAS tidaklah mudah dan memerlukan biaya, proses dan waktu yang relatif cukup panjang, sehingga dibuatlah alternatif sebuah kajian ilmiah melalui ekstraksi batas DAS dari DEM (Digital Elevation Model) Pulau Ambon untuk menentukan morfometri DAS Wailela.Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara geografis area DAS Wailela yang terbagi atas 21 SubDAS, terletak antara koordinat 3°36’32,4” - 3°39’43,2” LS dan 128°7’44,4”- 128°11’16,8” BT dan luas 17.728.759,6328 m2 (17,73 km2), serta keliling DAS Wailela adalah 24.822,2264 m (24,82 km).  Untuk morfometri DAS Wailela antara lain: panjang DAS 9.550,3603 m (9,55 km); lebar Das 1,86 km; kemiringan/gradien alur sungai utama Wailela 0,0197; Orde jaringan sungai Wailela metode Strahler adalah sampai dengan orde ke-3, indeks percabangan (Rb) orde ke-1 = 2,2 dan orde ke-2 = 1, dengan Rb DAS Wailela  = 5,2; kerapatan alur sungai (Dd) = 1,24 ; nisbah pendekatan kebulatan bentuk DAS (Rc) = 0,36. Berdasarkan hasil identifikasi data  dan Rc, maka DAS Wailela termasuk karakter DAS dimana sungainya mengalami kenaikan dan penurunan muka air banjir yang berlangsung dengan cepat atau debit puncak yang datang dengan cepat, begitu juga penurunannya.
IDENTIFIKASI SEMPADAN SUNGAI WAI RUHU TERDAMPAK GENANGAN, BERDASAR ANALISA DEBIT BANJIR RENCANA (Q) METODE RASIONAL MODIFIKASI KALA ULANG 2, 5, 10, 50 TAHUN Steanly Reynold. R. Pattiselanno
JURNAL SIMETRIK Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1159.127 KB) | DOI: 10.31959/js.v8i2.191

Abstract

Kebutuhan lahan untuk tempat tinggal menjadikan kecenderungan tepi kota yang lahannya berada di lereng-lereng bukit dikonversi untuk menjadi lahan pemukiman.  Akibatnya area hijau menjadi berkurang yang berimbas pada kehilangan area tangkapan air pada DAS yang menjadikan ancaman kekurangan sumber air kedepan, serta ancaman banjir yang bisa terjadi sewaktu-waktu sebagai efek beban pada lereng yang semakin bertambah.DAS Wai Ruhu termasuk salah satu kawasan yang terdegradasi akibat konversi lahan tangkapan menjadi pemukiman warga. Penataan ruang yang cenderung mengikuti pendekatan kebutuhan tanpa memperhatikan aspek konservasi tanah dan air di sebuah DAS, secara signifikan akan mengakibatkan kehilangan banyak air yang berfungsi untuk resapan alami, penurunan kualitas sungai dan hilangnya kehidupan ekosistem air. Untuk menganalisa masalah dampak limpasan pada DAS Wai Ruhu maka digunakanlah sebuah kajian metode rasional modifikasi kala ulang durasi waktu 2, 5, 10 dan 50 tahun dengan GIS.Hasil penelitian menunjukkan bahwa debit kumulatif banjir rencana dengan nilai terendah terjadi pada anak sungai pada sub DAS ke-7, berlaku untuk periode ulang 2 tahun = 0,352 m3/det, periode 5 tahun = 0,502 m3/det, periode 10 tahun = 0,579 m3/det dan periode 50 tahun = 0,716 m3/det.  Sedangkan debit kumulatif banjir rencana dengan nilai tertinggi terjadi pada anak sungai pada sub DAS ke-17, dan berlaku untuk periode ulang 2 ; 5 ; 10 dan 50 tahun yaitu masing-masing sebesar 21,057 ; 29,937 ; 34,590 ; 42,730 m3/det. Limpasan pada masing-masing anak sungai di DAS Wai Ruhu dengan tinggi minimum (tidak ada limpasan), terjadi di masing-masing anak sungai pada sub DAS ke-2, 4, 5, 7, 10, 11, 13, 15 dan ke-16 untuk periode ulang 2 tahun karena merupakan sungai pensuplai debit banjir awal ke anak sungai lainnya, sedangkan tinggi maksimum terjadi pada anak sungai di sub DAS ke-6 yaitu sebesar 4,8009 m dari muka air sungai normal.  Lebar minimum limpasan, terjadi pada sub DAS yang sama dengan tinggi minimum, sedangkan lebar maksimum terjadi pada anak sungai di sub DAS ke-12 yaitu selebar 60,2991 m dari tepi sungai.
Mitigasi dan pemetaan jalur alternatif evakuasi cepat lingkar kampus POLNAM untuk antisipasi potensi tsunami pasca gempa Ambon berbasis GIS dan foto udara Steanly Reynold. R. Pattiselanno; Agus K. Soetrisno
JURNAL SIMETRIK Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31959/js.v10i2.558

Abstract

Gempa bumi Maluku tahun 2019 dengan magnitudo 6,5 yang terjadi tanggal 26 September 2019, pada Pukul 08.46 WIT, dengan pusat gempa berjarak 42 km Timur Laut Kota Ambon di kedalaman 10 Km. Pengungsian secara masif yang pola pergerakannya serempak setelah menjauhi pesisir pantai menuju pegunungan di arah utara, dan dikombinasikan dengan hanya 1 (satu) ruas jalan menuju pegunungan mengakibatkan kemacetan permanen (dead lock) sepanjang “jalur pengungsian”.  Ini berimbas pada masyarakat Kampus POLNAM, akibat gempa yang terjadi saat jam kantor.  Penelitian ini secara spasial (GIS) mencoba menentukan jalur-jalur evakuasi cepat yang selama ini punya potensi tapi belum dimanfaatkan di kawasan lingkar Kampus POLNAM dengan menggunakan foto udara yang dikombinasikan dengan konsep 20-20-20 yang sudah menjadi pedoman BNPB dalam mitigasi tsunami di Indonesia. Hasilnya adalah sistem yang membentuk jalur evakuasi cepat di kampus POLNAM untuk antisipasi dampak bencana tsunami dari hasil identifikasi foto udara, terdiri dari 7 titik kumpul, 4 pintu untuk 4 jalur evakuasi dengan panjang jalur A, 184 m dan kemiringan jelajah 7,6%, jalur B dengan panjang 192 m dan kemiringan 6,8%, jalur C dengan panjang 234 m dan kemiringan 6,4%, dan jalur D dengan panjang 169 m dan kemiringan 9,5%, serta 2 zone aman untuk evakuasi dengan luas zone aman 1 adalah 9.990 m2 (kemiringan 12,5%), zone aman 2 dengan luas 5.237 m2 (kemiringan 8,75%).  Untuk kedua zone aman terletak di atas ketinggian > 20 mDPL. Pengaturan pola pergerakan untuk mencapai dua zona aman, maka dibagi atas 4 jalur evakuasi dan 7 titik kumpul, masing-masing zona aman 1 disuport oleh 2 jalur evakuasi yaitu jalur evakuasi A dari pintu A, dan jalur evakuasi B dari pintu B. Zona aman 2 disuport oleh 2 jalur evakuasi yaitu jalur evakuasi C dari pintu C, dan jalur evakuasi D dari pintu D.  Pintu evakuasi A melayani titik kumpul 1 sampai 3, pintu evakuasi B melayani titik kumpul 2 sampai 4, pintu evakuasi C melayani titik kumpul 4 dan 6, pintu evakuasi D melayani titik kumpul 5 dan 7.