Retno Purwandari
Jurusan Seni Kriya Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PUZZLE SABLON EDUKATIF, ARTISTIK, DAN BERBUDAYA Didik Ari Supriyanto; Gusti Ngurah Kadek Wiranata; Muhammad Faizal; Salsabila Iftinan Ansari; Retno Purwandari
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 10, No 2 (2021): NOVEMBER 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v10i2.5144

Abstract

The toy products projected in this entrepreneurship program are toy products that aim to provide an introduction or education to children about the culture and arts in Indonesia which today have begun and are even forgotten by children today. This program is expected that apart from being a forum for entrepreneurship by starting a business, it can be an alternative and solution to maintain and preserve Indonesian culture and arts. "Educational, Artistic, and Cultured Screen Printing Puzzle" is a toy with a handmade concept that carries an educational theme, contributing to the field of education; artistic, attractive and aesthetic appearance; as well as cultured, because it raises the local traditions of the archipelago. This toy tries to invite children who are the younger generation who are the successors of the nation's hopes to know and understand the culture and arts that have been passed down from our ancestors, so that they can protect and preserve them. This puzzle is made from wood waste which is screened in the form of wayang figures, Indonesian cultural icons, and is equipped with descriptions of the screened cultural figures or icons. This toy can be a souvenir for tourists who come to visit Indonesia, because the picture or screen printing on the puzzle surface is in the form of pictures of Indonesian culture and art or something that really characterizes Indonesia. promotional media for the time being with an online system, such as using Facebook, Instagram, WhatsApp, and e-mail.Produk mainan yang diproyeksikan dalam program kewirausahaan ini adalah produk mainan yang bertujuan untuk memberikan pengenalan atau edukasi kepada anak- anak tentang kebudayaan dan kesenian yang ada di Indonesia yang dewasa ini sudah mulai dan bahkan terlupakan oleh anak-anak zaman sekarang. Program ini diharapkan selain sebagai wadah berwirausaha dengan merintis bisnis dapat menjadi alternatif dan solusi untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan dan kesenian Indonesia. “Puzzle Sablon Edukatif, Artistik, dan Berbudaya” adalah mainan dengan konsep handmade yang mengusung tema edukatif, member andil dalam bidang pendidikan; artistik, tampilan menarik dan estetis; serta berbudaya, katena mengangkat tradisi lokal Nusantara. Mainan ini mencoba mengajak anak-anak yang merupakan generasi muda penerus harapan bangsa untuk mengenal dan memahami kebudayaan serta kesenian yang diwariskan leluhur kita, sehingga mereka bisa menjaga dan melestarikannya. Puzzle ini dibuat dari bahan limbah kayu yang disablon berupa tokoh-tokoh wayang, ikon-ikon kebudayaan Indonesia, serta dilengkapi dengan deskripsi dari tokoh atau ikon budaya yang disablon tersebut. Mainan ini bisa menjadi souvenir bagi turis yang datang berkunjung ke Indonesia, karena gambar atau sablon pada permukaan puzzle berupa gambar-gambar kebudayaan dan kesenian Indonesia ataupun sesuatu yang sangat mencirikhaskan Indonesia. Media promosi untuk sementara masih dengan sistem daring, seperti menggunakan facebook, instagram, whatsApp, dan surel.
KEKUATAN TRIPLE HELIX DALAM USAHA PENINGKATAN KUALITAS PRODUKSI PERAJIN BAMBU DI KERTAYASA, MANDIRAJA, BANJARNEGARA, JAWA TENGAH Retno Purwandari
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 7, No 1 (2018): MEI 2018
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (859.822 KB) | DOI: 10.24821/corak.v7i1.2664

Abstract

Triple helix is the power of a synergy between academics, business people, and the government. These powers seeded as one way to maximize have been potential fields regions throughout Indonesia. One program that describes force triple helix is Program Kemitraan Masyarakat (PKM) of ristekdikti. PKM have done 2017 from the volunteers of Art Institute Indonesia Yogyakarta is ”IbM Usaha Kerajinan Bambu ”D’Bantar Bamboo Craft” dan ”Ali’s Bamboo Craft” di Desa Kertayasa, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara”. PKM done it has various program aimed to improve the quality and the production of bamboo. This program has been implemented because bamboo in this village is one of the pillars of the government in improving the welfare of the village community Kertayasa, Banjarnegara. These programs are to be given priority to: a). The development of design product, b). Diversified products, c). The procurement of production machine, and d). Provisions for management.Training and participation partner who directly involved is right methods and profitable for the government and partner, as by means of like this partner felt responsible for himself and the government in managing local potential. Hence, as broad outline focused training to: a). Training design making, b). Training deversified products, c). Task of procuring, and d). Training in management. A whole these activites having the main target, among others in the form of: expertise make a design, products craft bamboo, efficient technology to, and energy skilled. Thus, problems partner would gradually handled well. Keywords: Triple Helix, PKM (Program Kemitraan Masyarakat), bamboo craft, Banjarnegara Triple Helix merupakan kekuatan sinergi antara akademisi, pebisnis, dan pemerintah. Kekuatan ini sangat diunggulkan sebagai salah satu cara untuk memaksimalkan potensi-potensi daerah di seluruh Indonesia. Salah satu program yang menggambarkan kekuatan triple helix ini ialah Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dari Ristekdikti. PKM yang telah terlaksana tahun 2017 ini dari para pengabdi ISI Yogyakarta ialah ”IbM Usaha Kerajinan Bambu ”D’Bantar Bamboo Craft” dan ”Ali’s Bamboo Craft” di Desa Kertayasa, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara”. PKM yang telah terlaksana ini melakukan berbagai program kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas dan percepatan produksi bambu. Program ini dilaksanakan karena bambu di desa ini merupakan salah satu pilar pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Kertayasa, Kabupaten Banjarnegara. Program-program tersebut diprioritaskan pada: a). Pengembangan Desain Produk, b). Diversifikasi Produk, c). Pengadaan Mesin Produksi, serta d). Pembekalan Manajemen.Pelatihan dan Partisipasi mitra yang terlibat langsung merupakan metode yang tepat dan menguntungkan bagi pemerintah dan mitra, karena dengan cara seperti ini mitra merasa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan pemerintah dalam mengelola potensi lokal. Pelatihan difokuskan pada: a). Pelatihan Pembuatan Desain, b). Pelatihan Diversifikasi Produk, c). Pengadaan Alat, dan d). Pelatihan Manajemen. Keseluruhan kegiatan tersebut memiliki target utama, antara lain berupa: keahlian membuat desain, produk kerajinan bambu, teknologi tepat guna, dan tenaga terampil. Dengan demikian, persoalan mitra secara perlahan akan teratasi dengan baik.  Kata Kunci : Triple Helix, PKM (Program Kemitraan Masyarakat)), kerajinan bambu, Banjarnegara
PENGGUNAAN LIMBAH KULIT SAMAK KROM PADA KEMASAN PRODUK OLAHAN KAYU GAHARU Agung Wicaksono; Retno Purwandari
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 9, No 1 (2020): MEI 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v9i1.4175

Abstract

This research needs to be carried out to help improve the people’s economy. Stems from seeing the availability of chromium leather waste in Magetan that is not utilized properly. O n the other hand, there is a quality product that is processed products of agarwood in West Kalimantan, especially in the CV Global Agarwood Station but not selling because the packaging is not designed to be attractive. Agarwood can be processed into chips, oils that can be used for aromatherapy and parfume, and agarwood sculpture. Therefore, this research is expected to be able to realize the packaging of agarwood processed wood products by considering the composition of the design elements of the chrome tanned leather waste material in Magetan. This research method uses the flow or stages, namely predesign, design, embodiment, and presentation. Chrome leather packaging products produced apply the composition of design elements from two cultures in West Kalimantan, namely Dayak and Malay with hand sewing techniques, machine sewing, laser, and punching. Cultural elements of both, such as flora, specificity of the ornaments, and the specificity of colors appearing on the product packaging. This product packaging is expected to increase the selling value of agarwood processed wood products.Penelitian ini perlu dilaksanakan untuk membantu peningkatan perekonomian rakyat. Bermula dari melihat ketersediaan limbah kulit samak krom di Magetan yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Di lain hal, ada suatu produk berkualitas yakni produk olahan kayu gaharu yang ada di Kalimantan Barat khususnya di CV Global Agarwood Station tetapi kurang menjual karena kemasannya tidak dirancang menarik. Kayu gaharu dapat diolah menjadi serpihan kayu (chip), minyak yang bisa dimanfaatkan untuk aromaterapi dan parfum, serta agarwood sculpture. Untuk itu, melalui penelitian ini diharapkan mampu mewujudkan kemasan produk olahan kayu gaharu dengan mempertimbangkan komposisi elemen desain dari bahan limbah kulit samak krom yang ada di Magetan. Metode penelitian ini menggunakan alur atau tahapan, yakni: praperancangan, perancangan, perwujudan, dan penyajian. Produk kemasan berbahan kulit samak krom yang dihasilkan mengaplikasikan komposisi elemen desain dari dua budaya yang ada di Kalimantan Barat, yaitu Dayak dan Melayu dengan teknik jahit tangan, jahit mesin, laser, dan punching. Unsur-unsur budaya dari keduanya, seperti flora, kekhasan ornamen, dan kekhasan warna dimunculkan pada kemasan produknya. Dengan kemasan produk ini diharapkan menambah nilai jual produk olahan kayu gaharu.
JUDUL “LATAH”, JUDUL WARISAN LAPORAN TUGAS AKHIR PENCIPTAAN KRIYA 2012-2017 Retno Purwandari
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 7, No 2 (2018): NOVEMBER 2018
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (803.06 KB) | DOI: 10.24821/corak.v7i2.2677

Abstract

This paper is the result of the research that examines the titles of the final project reports on the creation of the Kriya major in the art faculty of the Indonesian Art Institute in Yogyakarta 2012-2017. This research was triggered because the titles of the final project students seemed monotonous and not challenging, there was no suitability of the purpose conveyed in the visual language of artwork created with the lingual language of the final assignment report title. Data collection is done directly in the library majoring of Kriya. The data found is linguistically classified, then analyzed from the language structure and highlighted aspects. The result found are in accordance with the hypothesis that the titles of the final assignments from 2012-2017 are very monotonous because they are dominated by two forms of title styles with only one aspect of prominence, namely the source of creation. This is very unfortunate, because students cannot take the opportunity to express their art expressively and scientifically through the final project title. Therefore, through the results of the study students are expected to be more able to higlight other aspects that are in accordance with what is emphasized in his artwork into the final project title. Keywords: “Latah” title, the title of final report on the creation of Kriya  Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang menelaah judul-judul Tugas Akhir (TA) Laporan Penciptaan di Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta tahun 2012-2017. Penelitian ini tercetus dikarenakan judul-judul TA mahasiswa terkesan monoton dan tidak menantang, tidak ada kesesuaian maksud dari yang disampaikan pada bahasa visual dari karya seni yang diciptakan dengan bahasa lingual judul laporan TA-nya. Pengumpulan data dilakukan secara langsung di perpustakaan Jurusan Kriya. Data yang ditemukan diklasifikasi secara kebahasaan, kemudian dianalisis dari struktur bahasa dan aspek yang ditonjolkan. Hasil yang ditemukan sesuai dengan hipotesis awal bahwa judul-judul TA dari tahun 2012-2017 sangat monoton karena didominasi oleh dua bentuk gaya judul dengan satu aspek penonjolan saja, yakni aspek sumber penciptaan. Hal ini sangat disayangkan karena mahasiswa tidak bisa mengambil kesempatan untuk membahasakan karya seninya secara ekspresif dan ilmiah melalui judul TA. Oleh karena itu, melalui hasil penelitian ini diharapkan nantinya mahasiswa lebih bisa menonjolkan aspek-aspek lain yang sesuai dengan apa yang ditekankan di karya seninya ke dalam judul TA. Kata Kunci: Judul “Latah”, judul TA Laporan Penciptaan Kriya
PENGELOLAAN POTENSI LOKAL MASYARAKAT BANJARNEGARA MELALUI UKM BATIK DI GUMELEM, BANJARNEGARA, JAWA TENGAH Retno Purwandari; Budi Hartono
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 5, No 2 (2016): NOVEMBER 2016
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1194.806 KB) | DOI: 10.24821/corak.v5i2.2386

Abstract

Batik merupakan salah satu budaya Indonesia yang saat ini sedang menjadi salah satu pembicaraan di kancah Internasional. Mendunianya batik Indonesia tidak lepas dari peran batikbatik yang berada di seluruh nusantara, terutama batik Jawa. Salah satu kota yang masyarakatnya sudah ada yang menggeluti batik ialah Banjarnegara, khususnya di Gumelem, meskipun tidak setenar Pekalongan. Batik Gumelem ini dipengaruhi oleh batik dari wilayah Sokaraja. Dua UKM Batik yang dirangkul pengabdi sebagai wujud pengelolaan potensi lokal adalah Batik “Mirah” dan “Giat Usaha”. Dari hasil komunikasi antara perajin, pemerintah, dan pengabdi ditemukan beberapa permasalahan yang dimiliki oleh perajin, terutama faktor keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan alat-alat penunjang. Melalui program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan perguruan tinggi diharapkan mampu memberikan solusi atas permasalahan perajin tersebut. Perguruan tinggi bisa lebih meningkatkan permasalahan teknis desain yang lebih laku di pasaran, teknik pewarnaan, dan manajeman produksi, sedangkan perajin lebih giat lagi meningkatkan kualitas produk dan menjalin mitra yang lebih maju untuk meningkatkan produksinya. Pemerintah daerah melalui program-programnya untuk memajukan perajin bisa memberikan kelonggaran fasilitas dalam berwirausaha. Sebagai wujud solusi dari permasalahan UKM dilaksanakan beberapa kegiatan. Pelatihan desain motif batik secara manual diharapkan merangsang perajin lebih kreatif menciptakan motif batik bernuansa kekhasan lingkungan Gumelem, Banjarnegara. Pelatihan desain motif batik berbasis komputer ditujukan untuk mempermudah proses mendesain supaya lebih cepat dan kreatif. Pembuatan cap batik kayu dan pelatihan menggunakannya diharapkan mampu membekali perajin supaya lebih bisa meningkatkan produksinya dengan mengenalkan teknik cap batik yang memiliki kekhasan dibanding cap batik tembaga.Kata Kunci: potensi lokal; UKM Batik; Gumelem, Banjarnegara Batik is the one of Indonesian culture that being trending topic in the world recently. A global Indonesian Batik can’t ignore Batiks Nusantara role, especially Javanese Batik. The small city whose community already working Batik is Banjarnegara, actually at Gumelem, although not a well-known like Pekalongan. Gumelem batik gets influence from Sokaraja Batik. Two Batik Small and Medium Enterprises which invited as a form of management local potential are “Mirah” and “Giat Usaha” Batik. From the communication between handicraft workers, government, and volunteers, several problems were found owned by handicrafts workers, especially the lack of knowledge, skill, and supplementary equipment. Through the program of devotion the community that were held college are expected to provide solutions to the problems handicraft workers. College could further improve technical issues design more deportment in the market, staining technique, and management production, while handicraft workers harder to improve the quality of products and develop a partner that more advanced to increase production. Local government through its programs to advance handicraft workers can give a respite of facilities on business activities. As a solution of Batik Small and Medium Enterprises carried out some activities. Training design a batik manually expected to stimulate handicraft workers more creative created a batik specialties Gumelem nuance. Training design a batik based on a computer intended to ease the process design to be faster and creative. Making wood batik stamps and training to use it is expected the handicraft workers to be more easily to increase production with the introduction batik stamp technique that has unique value than copper batik stamp. Keywords: local potential; Batik Small and Medium Enterprises; Gumelem, Banjarnegara
Menumbuhkan Jiwa Wirausaha dengan Penyuluhan Seni Sablon dan Cukil di Panti Asuhan “Amanah” Jetis, bantul, Yogyakarta Retno Purwandari; Zahra Azkia Putri Yantari
Jurnal Pengabdian Seni Vol 1, No 2 (2020): NOVEMBER 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jas.v1i2.4703

Abstract

Panti asuhan “Amanah” merupakan panti asuhan yang berdiri sebagai bentuk respon terhadap kondisi sosial masyarakat setempat, yakni di daerah Ganten, Trimulyo, Jetis, Bantul, Yogyakarta. Panti asuhan ini terbentuk untuk mewadahi anak-anak korban gempa bumi di Yogyakarta 2016. Seiring berjalannya waktu, panti asuhan ini berkembang cukup baik yang dari tahun ke tahun sudah mampu mengantarkan anak-anak asuhnya ke jenjang lebih baik, bahkan tidak hanya anak yatim/yatim piatu, para lansia pun turut dikelola oleh yayasan ini. Menjawab permintaan yayasan yang menginginkan anak asuhnya memiliki keterampilan sablon, program penyuluhan sablon dan cukil ini pun terlaksana. Pelaksanaan penyuluhan sablon dan cukil dilaksanakan secara bertahap dari mulai pendekatan kepada mitra, persiapan serta pengenalan bahan dan alat, pelatihan, dan evaluasi telah mampu menyajikan hasil pelatihan yang cukup memuaskan, yakni berupa karya sablon di kaos, totebag, kayu, dan karya cukil berupa hiasan dinding. Karya pelatihan dipamerkan di ruang pamer sebagai salah satu hasil penyuluhan selain produk sablon dan cukil. Selain itu, anak-anak diajarkan berwira usaha dengan mencoba memamerkan hasil karya dan menjualnya, hasilnya beberapa produk laku terjual. Harapan besar, penyuluhan ini melatih keterampilan untuk menumbuhkan jiwa berwirausaha. The “Amanah” orphanage is an orphanage that was established as a response to the social conditions of the local community, namely in the Ganten, Trimulyo, Jetis, Bantul, Yogyakarta areas. This orphanage was formed to accommodate children who were victims of the 2016 Yogyakarta earthquake. Over time, this orphanage has developed quite well which from year to year has been able to take foster children to a better level, not only orphans, the elderly are also managed by this foundation. Answering the foundation's request that its foster children have screen printing skills, this screen printing and cukil extension program was implemented. The implementation of screen printing and cukil counseling is carried out in stages starting from the approach to partners, preparation and introduction of materials and tools, training, and evaluation that have been able to present satisfactory training results, namely in the form of screen printing work on t-shirts, tote bags, wood, and cukil works a wall decoration. Training works are exhibited in the exhibition room as one of the results of counseling besides screen printing and cukil products. In addition, children were taught entrepreneurship by trying to showcase their work and sell it, the result was that several products were sold. High hopes, this counseling trains skills to foster an entrepreneurial spirit. Keywords: screen printing, cukil, "Amanah" orphanage