Kemiskinan telah menjadi persoalan sosial klasik dalam pembangunan. Pada wilayah perkotaan, kemiskinan berhubungan dengan tiga karakteristik kehidupan perkotaan yang meliputi komoditisasi (ketergantungan pada ekonomi tunai), bahaya lingkungan dan dan fragmentasi sosial. Penelitian ini mengkaji hubungan dimensi sosial dan lingkungan terhadap kemiskinan perkotaan di Jawa Tengah yang diproksi dari persentase tingkat konsumsi pangan penduduk miskin dalam satu tahun. Riset dilatarbelakangi oleh munculnya fenomena gap kondisi kemiskinan salah satu kota terbesar di Jawa Tengah yang merupakan anomali dari bukti empiris yang telah ditemukan pada penelitian-penelitian terdahulu. Melalui analisis faktor dan regresi data panel kemiskinan enam kota di Jawa Tengah pada tahun 2005-2015 penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa perbaikan kualitas sanitasi, peningkatan kompetensi, literasi penduduk usia produktif dan peningkatan kepesertaan dalam program Keluarga Berencana pada penduduk miskin perkotaan secara signifikan berpengaruh terhadap penurunan tingkat konsumsi pangan pensusuk miskin perkotaan di Jawa Tengah. Perumusan kebijakan hendaknya diprioritaskan pada perbaikan kualitas human capital melalui peningkatan APS SMP dan angka melanjutkan SMA oleh penduduk miskin perkotaan. Perbaikan kualitas lingkungan melalui perluasan akses penduduk miskin terhadap air bersih dan ketersediaan jamban pada masing-masing rumah tanga miskin juga perlu untuk ditingkatkan. Selanjutnya pengendalian penduduk miskin harus dioptimalkan melalui upaya peningkatan akseptor KB aktif, minimalisasi angka unmet need dan pernikahan usia dini. Dengan perbaikan dimensi sosial dan lingkungan maka penurunan kemiskinan perkotaan dalam jangka panjang dapat tercapai dengan baik seiring dengan peningkatan kualitas hidup penduduk miskin perkotaan secara berkelanjutan.