Octavianus Cahyono Priyanto
Prodi Desain Interior, Jurusan Desain, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

STUDI TENTANG ‘LEVEL OF DETAIL’ (LOD) MODEL RUANG KOTA VIRTUAL SEBAGAI FAKTOR PENENTU KEMUDAHAN BERNAVIGASI Felasari, S.; Priyanto, Oc. Cahyono
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 6, No 2 (2007)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menampilkan wajah dan kondisi kota dalam suatu ruang virtual memiliki tantangan tersendiri.Keterbatasan dalam mengandalkan panca inderanya ketika bergerak dalam ruang virtual akanmempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengenali ruang kota dan mengidentifikasielemen-elemen yang ada di dalamnya seperti area, jalan, bangunan dan elemen-elemen lain.Oleh karena itu membangun sebuah ruang kota virtual yang mudah dikenali lebih pentingdibandingkan mempresentasikan ruang kota virtual yang mendekati kenyataan. Membangunsebuah ruang kota virtual yang ‘recognisable’ bagi penggunanya ditentukan oleh bagaimanaruang kota itu dipresentasikan. Dalam hal ini, tingkat detil modelnya akan turut menentukangambaran kota yang ‘legible’ (mudah dikenali) dan ‘identifiable’ (mudah diidentifikasi).Penelitian ini bertujuan untuk menentukan seberapa tingkat detil (LOD) yang dibutuhkan untukmembangun atau memodelkan sebuah ruang kota virtual sehingga pengguna dengan mudahmengenali ruang kotanya dan bergerak di dalamnya. Selain itu penelitian ini juga dimaksudkanuntuk mengidentifikasi elemen-elemen apa saja yang dijadikan sebagai acuan visual untukbernavigasi dalam ruang virtual. Penelitian menunjukkan bahwa Level of Detail (LOD) modelruang kota virtual yang semakin tinggi mempengaruhi kemudahan pengamat bernavigasi. Selainitu kemampuan identifikasi juga diperoleh dengan peningkatan LOD. Tuntutan spesifikasi teknisyang tinggi dan berbiaya mahal dapat dihindari dengan penerapan LOD pada sebagian modelyang dianggap mampu menjadi acuan visual serta disesuaikan dengan tujuan model VR dibuat.AbstractPresenting the image of the city in virtual world is very challenging. Since users can only be relyon their senses in a very limited condition when moving in virtual city, it will influece the user’sability to recognise the virtual space and to identify its physical forms such as district, pathways,building, etc. Therefore developing a recognisable virtual city is more important than presentinga realistic city. The level of detail (LOD) of such models is one among many factors which influencehow recognisable of such virtual city. This eventually will determine city imageswhether it is legible or identifiable. This research intends to determine the level of detail (LOD)of models for developing virtual city so that users are able to recognise the city space and movewithin ea-sily. The research also intended to identify some physical elements which often be usedby users as visual references to navigate in the virtual city. The result shows that the higher theLOD of models the easier the users to navigate in the virtual city. The increase of LOD has alsoin-tensified user’s capability of identification. Technical assertion in terms of high specificationequipment and high cost can be avoided by applying the higher LOD in some models which areused most by the users as visual references as well as should beadjusted to the purposes of virtualcity being modeled.Keywords : Level of Detail (LOD), virtual city, navigation
PENGGUNAAN MATERIAL BEKAS PELUANG MENUJU SUSTAINABLE DESIGN Oc. Cahyono Priyanto
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain No. 9/ September - Desember 2008
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v3i9.108

Abstract

environmental damages are acknowledged to be the negative impacts of the existence and activities of human. The impacts have been the major issues in the world such as the ozone hole, the earth temperature that is increasing significantly and the natural disasters. People need to change their paradigms and habits immediately to prevent further destruction on earth. Reutilizing used materials is one way, among other ways, to lessen the environment exploitation, even though it is not directly related to carbon dioxide reduction issue which is promoted by the KyotoProtocol supporters. However, in the realm of art and design, it is really relevant to creativity and at the same time, endorsing the sustainable design principles. Keywords: sustainable design, recycle, reused material
Analisa Pengaruh Bentuk Konstruksi dan Struktur Arsitektur Terhadap Interior Rumah Jengki Gregorius Pamungkas; Octavianus Cahyono Priyanto; Danang Febriyantoko
LINTAS RUANG: Jurnal Pengetahuan dan Perancangan Desain Interior Vol 9, No 2 (2021): September 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/lintas.v9i2.6720

Abstract

Arsitektur Jengki merupakan sebuah langgam arsitektur di Indonesia yang populer pada 1950 hingga 1970 yang muncul dikarenakan pemberontakan ideologis arsitek pada era tersebut yang “bosan” dengan langgam modern geometris dan kurang nya dasar/semangat ideologis yang kuat. Banyak studi mengenai arsitektur jengki berfokus pada arsitektur, morfologi, sosio-ekonomi dan politik terhadap langgam ini, namun sering mengabaikan interior jengki. Penelitian ini akan membahas karakteristik yang dimiliki langgam arsitektur jengki berupa bentuk konstruksi dan struktur yang secara tidak langsung mempengaruhi pembentukan interior khususnya pada elemen pembentuk ruang rumah jengki
Karakteristik Ruang Pembelajaran Menggunakan Kumpulan Karya Simulasi Octavianus Cahyono Priyanto
LINTAS RUANG: Jurnal Pengetahuan dan Perancangan Desain Interior Vol 8, No 2 (2020): September 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/lintas.v8i2.5200

Abstract

Mendesain ruang pembelajaran komunal adalah sebuah proses sosial-kreatif yang diyakini dapat menghasilkan desain sesuai harapan jika melibatkan calon penggunanya sebanyak mungkin, namun pada praktiknya hal ini dianggap kurang praktis. Biasanya mereka dilibatkan pada survei preferensi visual secara pasif. Namun kini perkembangan teknologi memungkinkan sejumlah besar partisipan terlibat secara aktif membuat usulan desain melalui platform lingkungan virtual secara daring. Pada penelitian ini 178 usulan ruang pembelajaran melalui platform tersebut dikumpulkan dan dipelajari lebih lanjut dengan melibatkan 5 orang pakar. Pada tahap awal didapatkan 20,79 % mendapat nilai di atas rata-rata. Selanjutnya karakteristik dari masing-masing kelompok tersebut dianalisis dengan melibatkan 53 partisipan. Temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang preferensi pengguna mengenai desain ruang pembelajaran komunal yang ideal.
Biophilic Design in Bedrooms that Supports the Process of Holistic Art Therapy Octavianus Cahyono Priyanto
Indonesian Journal of Visual Culture, Design, and Cinema Vol. 4 No. 1 (2025): Indonesian Journal of Visual Culture, Design, and Cinema
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/ijvcdc.v4i1.13357

Abstract

Emotional health and psychological well-being are essential considerations in the design of private spaces, particularly bedrooms. A bedroom serves not only as a place for rest but also as a space for deep personal expression. This study explores the integration of biophilic design elements in bedrooms as a strategy to support holistic art therapy focused on emotional healing. Art therapy is viewed as a holistic approach that utilizes creative expression as a means of psychological recovery. In this context, biophilic design contributes by creating a natural and calming atmosphere that fosters emotional balance. This research employs a qualitative approach through literature review and interior design analysis, incorporating natural elements such as daylight, plants, natural textures, and organic colors. The findings indicate that integrating biophilic design into bedrooms can create environments that effectively support art therapy activities, enhance relaxation, and strengthen the emotional connection between individuals and their personal space. These insights open new opportunities for developing interior design strategies that promote psychological healing and holistic well-being through a more emotionally responsive design approach.
Persepsi dan Keterlibatan Masyarakat dalam Pengolahan Sampah untuk Desain Alat Estetis Vidyaprabha, Khansa; Priyanto, Octavianus Cahyono
INVENSI Vol 10, No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Graduate School of the Indonesia Institute of the Arts Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v10i1.14434

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan memahami persepsi masyarakat terhadap pengolahan sampah plastik secara mandiri dan hambatan-hambatan yang dihadapinya, sebagai dasar bagi desainer dalam merancang alat daur ulang yang mudah digunakan dan menarik secara visual. Menggunakan pendekatan metode campuran, penelitian ini mengintegrasikan teknik kualitatif dan kuantitatif untuk mengeksplorasi pandangan masyarakat mengenai praktik daur ulang plastik mandiri. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, studi literatur, dan survei kuesioner. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode oleh Miles & Huberman untuk mengidentifikasi pola persepsi dan tantangan yang dialami. Temuan menunjukkan bahwa meskipun masyarakat memiliki sikap positif terhadap daur ulang plastik, partisipasi aktif masih terhambat oleh keterbatasan akses terhadap alat yang mudah digunakan dan kurangnya pemahaman mengenai metode daur ulang yang efektif. Responden juga menekankan bahwa alat daur ulang yang intuitif dan estetis memiliki potensi besar untuk memfasilitasi serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah plastik secara mandiri. Community Insights and Involvement in Waste Handling For Designing Aesthetic Devices ABSTRACTThe aim of this study is to explore and understand public perceptions regarding home plastic recycling and the challenges associated with it, providing a foundation for designers in creating recycling tools that are user-friendly and visually engaging. Employing a mixed-methods approach, the research combines qualitative and quantitative techniques to examine community views on self-managed plastic recycling practices. Data was collected through observation, interviews, literature review, and a survey questionnaire. For data analysis, the Miles & Huberman interactive model was applied to identify patterns in perceptions and challenges encountered. Findings indicate that while the public holds a positive attitude toward plastic recycling, active participation remains hindered by limited access to user-friendly tools and a lack of understanding of effective recycling methods. Respondents also noted that intuitive and visually appealing recycling tools have significant potential to facilitate and encourage community involvement in managing plastic waste independently. 
Memahami Pengguna sebagai Tahap Awal Perancangan Interior Bus Double Decker Jarak Jauh Kamadani, Atina Rohmah; Priyanto, Octavianus Cahyono
INVENSI Vol 10, No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Graduate School of the Indonesia Institute of the Arts Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v10i1.14456

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan metode Design Thinking dan prinsip Human-Centered Design (HCD) dalam perancangan interior bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) jenis double decker, dengan fokus utama pada tiga tahapan kunci, yaitu Empathize, Define, dan Ideate. Pendekatan ini dipilih karena HCD menekankan pentingnya berpusat pada kebutuhan dan pengalaman pengguna, yang memungkinkan desainer untuk menghasilkan solusi desain yang lebih relevan dan efektif. Pada tahap awal, yaitu Empathize, dilakukan observasi serta wawancara mendalam dengan para pengguna bus AKAP untuk menggali informasi terkait kebutuhan, preferensi, serta masalah-masalah yang sering mereka hadapi selama perjalanan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan diintegrasikan pada tahap define, di mana masalah-masalah utama yang perlu dipecahkan dalam desain interior bus diidentifikasi secara jelas. Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa desain yang dikembangkan dapat memberikan solusi yang tepat sasaran dan berkelanjutan bagi pengalaman pengguna. Pada tahap Ideate, dilakukan sesi brainstorming untuk menghasilkan ide-ide kreatif yang mempertimbangkan berbagai aspek penting seperti kenyamanan, keamanan, dan estetika interior bus, sambil tetap berfokus pada bagaimana meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan. Hasil dari tahap Empathize dan Define menunjukkan bahwa pengguna bus AKAP membutuhkan kenyamanan, privasi, serta fleksibilitas selama perjalanan panjang. Berdasarkan temuan tersebut, penelitian ini kemudian mengembangkan solusi desain inovatif yang mencakup pengaturan tempat duduk, pemilihan material, pencahayaan yang optimal, serta sistem sirkulasi udara yang efisien. Semua solusi ini difokuskan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan mendukung kualitas interaksi antar penumpang serta kenyamanan perjalanan, sejalan dengan prinsip HCD yang mengutamakan kepuasan dan kesejahteraan pengguna sebagai prioritas utama.  User-Centered Insight for Designing Long-Distance Bus InteriorABSTRACTThis research aims to explore the application of the Design Thinking method and the principles of Human-Centered Design (HCD) in the interior design of AKAP (Intercity-Interprovincial) Double Decker buses, with a primary focus on three key stages: Empathize, Define, and Ideate. This approach was chosen because HCD emphasizes the importance of focusing on the needs and experiences of users, allowing designers to create more relevant and effective design solutions. In the initial stage, Empathize, observations, and in-depth interviews were conducted with AKAP bus passengers to gather information regarding their needs, preferences, and the problems they frequently encounter during their journeys. The data collected was then analyzed and integrated into the Define stage, where the key problems that need to be addressed in the bus interior design were clearly identified. This process aims to ensure that the developed design can provide targeted and sustainable solutions for the user experience. In the Ideate stage, brainstorming sessions were held to generate creative ideas considering important aspects such as comfort, safety, and the bus interior’s aesthetics, while maintaining a focus on how to improve the overall user experience. The findings from the Empathize and Define stages show that AKAP bus passengers require comfort, privacy, and flexibility during long journeys. Based on these findings, this research developed innovative design solutions, including seating arrangements, material selection, optimal lighting, and an efficient air circulation system. All these solutions are focused on creating a comfortable environment that enhances the quality of interaction among passengers and the overall comfort of the journey, in line with the HCD principles that prioritize user satisfaction and well-being.