This Author published in this journals
All Journal VA
INDAH CHRYSANTI ANGGE
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

TOKOH PRABU KRESNA DALAM WAYANG PURWA DAN SEKAR WIJAYA KUSUMA SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA KRIYA LOGAM HIDAYATI, NUR; CHRYSANTI ANGGE, INDAH
Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Jurnal Seni Rupa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wayang merupakan salah satu kesenian tradisional di Indonesia, terutama Jawa, Sunda, dan Bali. Bahkan beberapa orang atau kelompok menyebutkan wayang adalah bagian dari kesenian klasik. Salah satu tokoh yang cukup terkenal dalam cerita pewayangan adalah Prabu Kresna. Tokoh ini digambarkan sebagai seorang kesatria dengan tubuh yang tidak begitu tinggi besar namun cukup gagah, berwajah rupawan, juga seorang raja yang adil lagi bijaksana. Perisai atau pegangan berupa Sekar Wijaya Kusuma yang dimilikinya mengantarkan sebuah cerita yang bermuara pada kisahnya bersama Dewi Pratiwi. Hal tersebut yang mendasari penulisan tokoh Prabu Kresna dan Sekar Wijaya Kusuma sebagai sumber ide perwujudan karya skripsi ini. Proses perwujudan karya melalui beberapa tahapan, yakni berawal dari penemuan ide, penentuan tema, perumusan konsep, proses perwujudan karya hingga proses penyempurnaan. Bahan utama yang digunakan dalam proses perwujudan karya adalah logam tembaga berbentuk plat dengan ketebalan 0.5 mm. Teknik yang digunakan dalam perwujudan karya adalah teknik ukir wudulan, rancapan, dan endak-endakan. Serta tahapan finishing menggunakan proses oksidasi kimia dengan Sn. Karya yang dibuat dengan ide tokoh pewayangan Prabu Kresna dan Sekar Wijaya Kusuma diwujudkan kedalam empat bentuk karya panel yang tentunya dengan desain yang berbeda. Setiap karya memiliki cerita yang saling berhubungan, yakni hubungan antara Prabu Kresna, Sekar Wijaya Kusuma, dan Dewi Pertiwi. Kata Kunci: Kriya Logam, Prabu Kresna, Sekar Wijaya Kusuma, Wayang Purwa
PENCIPTAAN KARYA SENI KRIYA LOGAM BERUPA PERHIASAN SAPI SONOK ADI YULIANTO, HAINUR; CHRYSANTI ANGGE, INDAH
Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Jurnal Seni Rupa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesenian Sapi Sonok di pulau Madura adalah kearifan lokal masyarakat Madura yang mempertontonkan kecantikan dan keanggunan sepasang sapi betina yang sudah terlatih. Kesenian ini dilengkapi dengan berbagai pernak-pernik perhiasan serta diiringi arak-arakan penari dan pemusik khas Madura. Bukan hanya menjadi tontonan semata melainkan banyak sekali nilai filosofis yang terkandung didalamnya mulai dari nilai keindahan, nilai kerjasama, nilai kasih sayang, nilai persaudaraan, dan nilai sportifitas. Kesenian ini sangat menjunjung tinggi norma-norma kekeluargaan dan menjadi media silaturahmi antar pesertanya. Penciptaan karya seni kriya logam berupa perhiasan Sapi Sonok melalui sebuah proses perenungan sebagai landasan utama penciptaan karya seni kriya logam. Media yang digunakan tidak sama seperti perhiasan Sapi Sonok pada umumnya, dalam pembuatannya menggunakan kain bludru serta manik-manik yang dirangkai sedemikian rupa. Kali ini perupa menciptakan karya perhiasan yang sedikit berbeda dari biasanya. Perupa menginginkan pembaharuan serta dapat melestarikan kebudayaan kearifan lokal di pulau Madura dengan menciptakan perhiasan menggunakan media logam kuningan. Logam kuningan menjadi bahan utama pembuatan karya perhiasan dengan menstilasi corak-corak ragam hias yang sudah ada pengangguy. Perhiasan yang dipadukan dengan berbagai pernak-pernik serta bantalan spon supaya karya perhiasan logam kuningan tersebut tidak melukai kulit sapi. Kata kunci: Kearifan lokal, Sapi Sonok, stilasi, perhiasan, logam kuningan, pengangguy.
HIASAN SUKU INDIAN SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LOGAM ARUM SETYARI, ULFA; CHRYSANTI ANGGE, INDAH
Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Jurnal Seni Rupa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Suku Indian adalah pemukim pertama yang sampai di Amerika Utara 20.000 tahun lalu. Suku tersebut kemudian berkembang menjadi beberapa Suku. Suku yang terkenal seperti Suku Apache, Aztec, Sioux, Creek dan masih banyak lagi suku yang tersebar di seluruh Amerika. Pada abad ke-16, orang Eropa bernama Colombus tiba disana untuk kali pertama. Ia mengira sampai di India dan menyebut penduduk asli tersebut dengan julukan ?Indian?. Julukan tersebut populer hingga saat ini (Frederick Starr,2011:5). Suku Indian umumnya melakukan perjalanan selama berhari-hari, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk berburu. Salah satu hewan yang diburu yakni bison. Selain diburu untuk dimakan, bison juga diambil kulit dan tulangnya. Kulit bison biasanya digunakan untuk bahan pakaian dan selimut, sedangkan tulangnya digunakan untuk aksesoris dan hiasan. Suku Indian sangat suka menghias. Tulang bison biasanya digunakan untuk aksesoris baik pria maupun wanita Indian, sedangkan tulang kepalanya digunakan untuk hiasan. Hal tersebut yang menginspirasi perupa dalam menciptakan karya dan menjadikan kepala bison sebagai objek utama dalam penciptaan karya skripsi ini. Karya yang diciptakan mengarah pada seni murni, yang dalam pembuatan karya memiliki tujuan untuk menghasilkan keindahan yang bersumber pada kenikmatan tanpa pamrih dan tanpa kemanfaatan praktis. Karya pada penciptaan ini memiliki makna hiasan Suku Indian yang merupakan simbol kekuatan dan keperkasaan Suku Indian karena telah berhasil mengalahkan Bison saat perburuan. Proses perwujudan karya pada skripsi ini meliputi pengumpulan data, pembuatan desain, perbaikan desain, menentukan desain dan perwujudan karya. Perupa membuat 13 desain dan empat desain terpilih yang diwujudkan. Bahan utama yang digunakan yakni logam tembaga berbentuk plat berukuran 36x60 cm dan ketebalan 0,55 mm. Pada karya tersebut, juga terdapat bahan pendukung seperti bulu ayam, kawat tembaga, tali dan manik-manik. Teknik yang digunakan dalam perwujudan karya tersebut adalah teknik ukir wudulan. Pada proses pewarnaan karya, menggunakan proses oksidasi menggunakan bahan kimia SN. Kata Kunci: Suku Indian, Hiasan, Logam.
KARAKTERISTIK PRODUK FUNGSIONAL COR LOGAM DI UD BANG MI’UN DESA BEJIJONG KECAMATAN TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO TITIK HIDAYATI, SRI; CHRYSANTI ANGGE, INDAH
Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Jurnal Seni Rupa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mojokerto merupakan daerah yang terkenal dengan pusat pembuatan produk dari cor logam. Produk yang dihasilkan berupa patung dan produk fungsional cor logam. UD Bang Mi?un merupakan salah satu tempat usaha yang membuat produk fungsional cor logam yang berada di Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. UD Bang Mi?un awalnya didirikan pada tahun 1985 oleh Bapak Mi?un tetapi sekarang diteruskan oleh anaknya bernama Slamet Harianto. Produk fungsional yang dibuat di UD Bang Mi?un memiliki karakteristik yang unik dan produk pembuatannya terinspirasi dari bentuk yang ada di alam seperti buah, hewan, tumbuh-tumbuhan, orang dan dari cerita sejarah kerajaan Majapahit yang memiliki makna tersendiri. Dari produknya ada juga yang mengambil gambar yang ada di internet kemudian bentuknya dideformasi. Produk fungsional dibuat untuk tujuan yang bersifat praktis terutama untuk kebutuhan rumah tangga. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mendeskripsikan proses pembuatan produk fungsional cor logam di UD Bang Mi?un Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto serta mengetahui dan mendeskripsikan karakteristik produk fungsional cor logam di UD Bang Mi?un Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Penelitian menggunakan metode kualitatif dan diuraikan secara deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan pada saat penelitian. Untuk mendapatkan data yang valid dilakukan triangulasi data. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan di UD Bang Mi?un maka diperoleh data produk fungsional cor logam yang dihasilkan berupa lampu hias, keris, peralatan makan berupa sendok dan garpu, lonceng, asbak, pengetuk pintu, tempat kartu, gantungan kunci, guci, pegangan pintu, tempat dupa, tempat lilin, tempat air atau kendi dan gantungan baju. Bahan utama yang digunakan dalam produk fungsional cor logam di UD Bang Mi?un berupa logam kuningan dan tembaga yang diperoleh dari logam rumah tangga yang sudah tidak terpakai lagi kemudian dilebur dan diolah lagi menjadi produk fungsional cor logam yang mempunyai nilai jual tinggi. Kata Kunci: UD Bang Mi?un, Produk fungsional cor logam, karakteristik
CERITA REYOG PONOROGO VERSI BANTARANGIN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA KRIYA LOGAM DARUN NAFIATI, YULIA; CHRYSANTI ANGGE, INDAH
Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 4 (2019)
Publisher : Jurnal Seni Rupa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertunjukan Reyog Ponorogo adalah sebuah penampilan sendratari dan diiringi bunyi musik tradisional yaitu gamelan. Cerita Reyog Ponorogo tersimpan dalam pertunjukan Reyog namun belum banyak yang mengerti dengan alur cerita yang disampaikan, sedangkan untuk melestarikan budaya diperlukan untuk mengenalkan cerita budaya tersebut dengan baik. Cerita Reyog Ponorogo sudah ada semenjak abad XII, dan diharapkan eksistensinya akan hidup sepanjang zaman. Maka dari itu Perupa memiliki motivasi untuk mengenalkan cerita Reyog Ponorogo melalui media yaitu karya kriya. Konsep ide tersebut semakin kuat karena seni kriya memiliki hubungan yang erat dengan budaya di sekitar masyarakat. Tahapan yang ditempuh perupa dalam proses perwujudan karya meliputi pematangan konsep, pembuatan desain, validasi desain, proses perwujudan karya, dan finishing karya. Desain awal yang disiapkan berjumlah 16 buah kemudian dipilih empat buah desain untuk dieksekusi menjadi karya. Perupa membuat empat karya logam dengan judul ?Kerajaan Bantarangin?, ?Pertarungan?, ?Kekalahan?, dan ?Kesenian Reyog Ponorogo?. Bahan yang digunakan adalah plat logam tembaga berukuran 36x60cm dengan ketebalan 0,55mm. Perwujudan karya logam menggunakan teknik pembentukan yang terdiri dari beberapa teknik ukir logam (rancapan, wudulan endak-endakan) dan teknik finishing. Teknik finishing sendiri dibagi menjadi empat tahap yaitu pencucian, pewarnaan dengan oksidasi kimia Na2S, pelapisan dan perakitan. Kata Kunci: Reyog Ponorogo, kriya logam, Bantarangin
SENI ETSA LOGAM KARYA ROCKA RADIPA SETYAWAN, DIDIK; CHRYSANTI ANGGE, INDAH
Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Jurnal Seni Rupa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di zaman modern, seni kriya logam telah berkembang pesat dan memiliki nilai jual tinggi. Karya seni yang memiliki nilai jual tinggi tentunya memiliki konsep menarik dan melalui proses serta teknik berkarya yang baik dan benar, sehingga didapatkan karya seni bernilai jual tinggi. Tujuan dari penelitian adalah untuk menjelaskan riwayat singkat Rocka Radipa sebagai seniman pengembang etsa logam, menjelaskan karya-karya yang dihasilkannya, serta mendeskripsikan proses pembuatan etsa logam. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah Rocka Radipa, sebagai seniman pengembang etsa logam. Objek dari penelitian ini tentunya adalah karya-karya Rocka Radipa yang dikerjakan pada tahun 2011-2013, serta proses pembuatan karyanya. Adapun hasil dari penelitian menunjukkan bahwa karya-karya etsa logam yang dihasilkan Rocka Radipa meskipun memiliki konsep unik dan sangat berfilosofi, tetapi pada kenyataannya ide yang muncul berasal dari aktivitas sekitar dan pengalaman beliau sendiri. Proses pembuatan etsa logam selalu diawali dengan penemuan ide dari lingkungan sekitar, kemudian dikonsep secara matang dari awal sampai akhir mengenai ide tersebut dalam imajinasi dan dituangkan kedalam sketsa yang digambar di atas kuningan. Setelah diedit dan disempurnakan gambarnya, maka selanjutnya dilakukan proses etching selama 7 sampai 10 jam yang dilakukan berulang-ulang. Kemudian karya tersebut dinetralkan menggunakan jeruk nipis atau belimbing wuluh, setelah itu dikeringkan. Setelah kering, gambar tersebut dipoles dengan mesin poles kemudian dicat dengan cat mobil. Tahapan selanjutnya melakukan proses pengelupasan cat yang dilakukan sebanyak 2 kali. Tahap terakhir adalah melakukan proses finishing dengan cara coating.Kata kunci: Etsa Logam, Rocka Radipa, Relief