Raja Alfirafindra
ISI YOGYAKARTA

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERAN MAJLIS PUSAT PERTUBUHAN-PERTUBUHAN BUDAYA MELAYU SINGAPURA DALAM FESTIVAL TARI SERUMPUN Mr. RAJA ALFIRAFINDRA
Joged Vol 3, No 1 (2012): MEI 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v3i1.59

Abstract

ABSTRACT Majlis Pusat Pertubuhan-Pertubuhan Budaya Melayu Singapura, merupakan satu di antara badan-badanBudaya Melayu yang tertua di Singapura. Sebelumnya dikenal Sriwana yang telah membuktikan danmemainkan peran dalam mengetengahkan warisan budaya Melayu di Singapura dari tahun 1955 sampaisekarang. Kedua badan ini berjalan seirama sesuai dengan peran masing-masing guna mengangkat martabatmasyarakat Melayu di Singapura. Sriwana dalam kehadirannya lebih memokuskan pada kesenian baik tari,musik, dan teater, sedangkan Majlis Pusat Pertubuhan-Pertubuhan Budaya Melayu Singapura lebihmenekankan pada pelestarian kegiatan keagamaan, kebangsaan, dan kebudayaan yang merupakan identitasbudaya Melayu.
MANTODEA: KOREOGRAFI VISUALISASI SIKLUS HIDUP BELALANG SEMBAH Agung Yunandi Kristianto; Raja Alfirafindra; Erlina Pantja Sulistijaningtijas
Joged Vol 18, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v17i2.6336

Abstract

RINGKASANMANTODEA merupakan karya tari yang memvisualisasikan siklus hidup dan gerak-gerik Belalang Sembah dewasa hingga Nimfa (bayi Belalang Sembah). Kata MANTODEA diambil dari ordo mantodea, yang dalam bahasa Yunani berarti satu jenis Belalang Sembah. Gerak-gerik yang dihadirkan dalam karya tari ini adalah simbolisasi sikap Belalang Sembah disaat diam, gerakan merangkak dan gerakan ngoyok kanan dan kiri (badan seperti tertiup angin). Ide koreografi MANTODEA mempunyai keunikan tersendiri. Keunikan tersebut terdapat pada postur tubuh penata tari sendiri yang ternyata mirip Belalang Sembah. Selain kemiripan postur tubuh, penata juga tertarik pada kehidupan Belalang Sembah yang mandiri dan memiliki cinta sejati. Kemandirian disaat menjalani kehidupan. Cinta sejati disaat Belalang Sembah jantan rela mati demi membuahi sel telur. Melalui karya tari ini diharapkan memberikan inspirasi untuk belajar mandiri dan rela berkorban untuk kehidupan selanjutnya.ABSTRACTMANTODEA is the title of this dance work. The concept presented is a visualization of the life cycle and movements of Praying Mantis. The word MANTODEA is taken from the order of mantodea. The order of mantodea adapted from Greek which means one type of praying Mantis. The life cycle that is visualized in this dance work is from adult Mantiss to nymphs (Praying Mantis baby). The movements that are presented in this dance work are symbolic of the attitude of the Praying Mantis while still, crawling movements and movements of the right and left (body like blowing in the wind). The compilation of the MANTODEA choreography is unique. The uniqueness is found in the posture of the dance stylist himself who turns out to be like the Praying Mantis as the main object. Besides the similarity of the same posture the stylist is also interested in his life. The interest of the dance stylist in the life of Praying Mantis is independence and true love. Independence while living life. True love when male locusts are willing to die to fertilize an egg. Through this dance work is expected to be able to learn independently and be willing to sacrifice.
Aswacitta: Perjalanan Kontrol Nafsu dalam Penari Jaranan Sandur Zulkarnain Yanizar Firdaus; Raja Alfirafindra; Erlina Pantja Sulistijaningtijas
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Vol 17, No 1 (2023): Vol 17, No 1 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

“Aswacitta” diciptakan dan dibentuk menjadi koreografi utuh dengan didasari oleh rangsang gerak dan idesional. Rangsang gerak didapatkan dari mengamati motif-motif dalam kesenian Sandur Bojonegoro lebih khusus adegan Jaranan Sandur, selain rangsang gerakan karya ini juga menggunakan rangsang gagasan yakni dari pemaknaan Jaranan Sandur sebagai penggambaran simbol nafsu dalam diri manusia, dipentaskan di awal pertunjukan Sandur sebagai pengingat untuk setiap manusia ketika akan memulai pertunjukan Sandur terlebih dahulu mengontrol nafsu dalam diri manusia, rangsang gagasan ini juga menjadi tema dalam karya tari ini berupa perjalanan kontrol nafsu dalam diri penari Jaranan Sandur.Karya tari ini akan diciptakan dalam bentuk koreografi kelompok berdurasi 27 Menit, mengulas tentang perjalanan kontrol nafsu dalam diri penari Jaranan Sandur dengan menggunakan dasar pengembangan gerak-gerak Sandur Bojonegoro didukung dengan visualisasi artistik sebagai simbol agar makna dan tujuan dari karya ini dapat tersampaikan, karya tari ini menggunakan acuan sumber-sumber tertulis salah satunya, Alma Hawkins dengan bukunya Moving From Within dan narasumber Jaranan Sandur memperkuat sumber acuan dalam berkarya.Karya tari “Aswacitta” disajikan oleh 8 penari, dengan format live performence dengan iringan musik live yang menggunakan tipe tari dramatik. Motif dalam kesenian Sandur Bojonegoro lebih khusus adegan Jaranan Sandur yakni Ukel Gejug, Anjerbabah awe-awe, Tanjak Njaran, Ngegol, Ndegar, Ngledhot, dan juga motif-motif Jawa Timuran gagrag Mataraman menjadi bekal penata untuk menyusun karya ini.Aswacitta: The Journey of Lust Control in the Jaranan Sandur Dancer"Aswacitta" was created and formed into a whole choreography based on motion and ideational excitatory. motion excitatory is obtained from observing motion motifs in Sandur Bojonegoro Performence, specifically the Jaranan Sandur scene, in addition to movements excitatory this dancework also uses ideas excitatory, from the meaning of Jaranan Sandur as a symbol of lust in each human being, staged at the beginning of the Sandur performance as a reminder to every human being when before to start the Sandur performance first controls the lust in each human being, this idea is also the theme in this dance work, namely the journey of lust control in the Jaranan Sandur dancer.This dance work was created in the form of group choreography with a duration of 27 minutes, telling about the journey of controlling the lust of Jaranan Sandur dancer using the basis of the development of Sandur Bojonegoro's movements supported by artistic visualization as a symbol so that the meaning and purpose of this dance work can be conveyed, this dance work uses references to written sources, one of which is, Alma Hawkins with his book Moving From Within and the results of interviews of resource Jaranan Sandur's person to strengthen the source of reference in dance work.The dance work "Aswacitta" is presented by 8 dancers, with a live performence format with live music accompaniment using a dramatic dance type. The motifs in the Sandur Bojonegoro Performence are more specifically Jaranan Sandur scenes, namely Ukel Gejug, Anjerbabah awe-awe, Tanjak Njaran, Ngegol, Ndegar, Ngledhot, and also East Javanese motifs gagrag Mataraman as a provision for the choreographer to formed this dance work.