Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

REDEMPTION OF THE MAIN CHARACTER IN THE NOVEL “THE KITE RUNNER” BY KHALED HOSSEINI (A GENETIC STRUCTURALISM APPROACH) Sitti Aglitasia Merdekawati; Fachmi Alhadar; Nurfani Nurfani
Elite : English and Literature Journal Vol 4 No 2 (2017): December
Publisher : UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.683 KB) | DOI: 10.24252/elite.v4i2a5

Abstract

AbstractThis research aims at to identify actions that reflect redemption. In addition, the other objective in it is to identify the factors cause redemption of the main character. The novel "The Kite Runner" features themes such as friendships, father and son relationships, even political and social class issues, as well as redemption itself. The researcher uses qualitative and descriptive methods. While the approach used is the approach of genetic structuralism to comprehend literary works thoroughly, ranging from the story structure in literary itself to the totality of life of the character which is inseparable from the historical social relationship of the author. This research also can not be separated from the use of library research in the form of previous researches or from internet sources, as well as reading comprehension to support in completing the data. Based on the research, the researcher finds there are three points from the first sub-issue, namely: the sacrifice of the main character for his father, and also to make amends and sin to Hassan, Sohrab adoption is a form of action from the main character to pay for his mistakes, And the struggle for his fear of returning to Kabul even championed Sohrab from the Talibans and also fight to stay alive so that they can return to America. While the second sub-problem has four points, including: the death of his mother Amir and also Hassan and his tragic family where such conditions depict Afghanistan in the inflation of Soviet troops and other communist parties. The sexual violence experienced by Hassan and Sohrab is reflected in the traditions and cultures that exist in Afghanistan in using the boys for their sexual needs. The betrayal of the main character, and the loyalty of Hassan, both of which also exist in the writer's circle as Hosseini also had a faithful Hazara whom he taught to write but the Hosseini’s family had to go abroad after the inflation and war. Hosseini finally went to America and left friends and other family in Kabul.AbstrakSkripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi aksi-aksi yang mencerminkan sebuah penebusan dosa. Selain itu, tujuan lainnya dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor penyebab penebusan dosa dari karakter utama. Novel “The Kite Runner” menampilkan berbagai tema seperti persahabatan, hubungan ayah dan anak, bahkan isu-isu politik dan kelas sosial, dan juga redemption itu sendiri. Peneliti menggunakan metode kualitatif dan deskriptif analisis. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan strukturalisme genetik untuk memahami karya sastra secara menyeluruh, mulai dari struktur cerita dalam karya sastra itu sendiri hingga totalitas kehidupan dari karakter yang mana tidak terlepas dari hubungan sosial historis pengarangnya. Penelitian ini juga tidak terlepas dari penggunaan penelitian pustaka berupa penelitian-penelitian sebelumnya maupun dari sumber internet, serta pemahaman membaca untuk mendukung dalam melengkapi data tersebut. Berdasarkan penelitian ini, penulis menemukan ada tiga poin dari submasalah yang pertama, yaitu: pengorbanan dari the main character untuk ayahnya, dan juga untuk menebus kesalahan dan dosanya pada Hassan, adopsi pada Sohrab adalah bentuk tindakan dari the main character untuk membayar kesalahannya, dan perjuangan untuk melalui ketakutannya kembali ke Kabul bahkan memperjuangkan Sohrab dari para Taliban dan juga berjuang untuk tetap hidup agar mereka bisa kembali ke Amerika. Sedangkan submasalah yang kedua memiliki empat poin, diantaranya: kematian dari ibunya Amir dan juga Hassan dan keluarganya yang tragis dimana kondisi seperti itu menggambarkan Afghanistan dalam inflasi tentara Soviet dan partai komunis lainnya. Kekerasan seksual yang dialami oleh Hassan dan Sohrab yang mana hal tersebut tercermin dari tradisi dan budaya yang ada di Afghanistan sendiri dalam menggunakan anak-anak untuk kebutuhan seksual mereka. Pengkhianatan dari karakter utama, dan kesetiaan dari Hassan yang mana kedua hal tersebut juga ada di lingkungan penulis sebagaimana Hosseini juga memiliki seorang Hazara yang setia yang diajarkannya menulis namun keluarga Hosseini harus pergi ke luar negeri setelah terjadi inflasi dan perang. Hosseini akhirnya pergi ke Amerika dan meninggalkan teman-teman dan keluarga lainnya di Kabul.
Kajian Ekokritik terhadap Sepilihan Puisi Ibrahim Gibra Rudi S. Tawari; Fachmi Alhadar
Humanitatis : Journal of Language and Literature Vol 9 No 1 (2022): Humanitatis: Journal of Language and Literature
Publisher : LPPM Universitas Bumigora Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30812/humanitatis.v9i1.2495

Abstract

This paper aims to study the poetry of Ibrahim Gibra. Through the medium of poetry, Ibrahim Gibra conveyed his anxiety about the environment. The data in this study were sourced from the book Karang Menghimpun Bayi Kerapu (2019). The method used is descriptive qualitative. While the approach used is ecocriticism. Through this method and approach, this research succeeded in describing poetry as a medium for Gibra to express his anxiety about environmental damage. Gibra's childhood and career opportunities in the capital city of Jakarta even seem to give legitimacy to his anxiety. Childhood experiences and work that gave him enough space to travel to various cities in Indonesia gave the poet an opportunity to portray the reality. As a portraitist, Gibra has chosen a broad perspective to capture not only beauty, but also the inherent value as a result of the creation of beauty or the threat that is ready to rob it and replace it with disaster. For example, Jakarta is a magnet for many people and is considered the pinnacle of progress in the civilization of the Indonesian nation, seen by the poet with one eye. As someone who was born and grew up in a humble village, the poet, in his poems, has a longing to return home. The dictions used in his poems, especially the word “dew” which appears most often, seem to represent the longing for freshness, purity, and simplicity.
Literasi Pembiasaan Menjaga Kebersihan Lingkungan Melalui Storytelling pada Anak Usia SD di Ternate Nurfani Nurfani; Fachmi Alhadar; Rudi S. Tawari
Madaniya Vol. 4 No. 4 (2023)
Publisher : Pusat Studi Bahasa dan Publikasi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53696/27214834.624

Abstract

Mangga Dua adalah salah satu kelurahan di Kota Ternate yang sering menjadi lokasi banjir. Sebabnya adalah terjadi penyumbatan selokan oleh sampah sehingga air meluap dan membanjiri rumah-rumah warga yang posisinya lebih rendah dari jalan utama. Perilaku membuang sampah sembarangan ini sudah tampak seperti hal biasa. Pangkalnya adalah tidak ada pembiasaan tentang pentingnya menjaga kebersihan. Untuk itu, pengabdian ini melakukan literasi pembiasaan menjaga kebersihan kepada anak-anak di SD Islamiyah 2 Kota Ternate yang berlokasi di Mangga Dua, lokasi tempat mereka bersekolah yang sering menjadi langganan banjir. Teknik atau metode pembiasaan yang dilakukan melalui kegiatan pengabdian ini adalah storytelling. Pilihan teknik ini didasarkan pada pertimbangan bahwa anak-anak tidak suka sesuatu yang formal. Untuk itu, dengan dongeng anak-anak akan dengan mudah menangkap isi pesan cerita yang bertemakan kebersihan lingkungan. Melalui cerita atau dongeng, anak-anak akan mengidentifikasikan dirinya sudah berperilaku bersih atau menjaga kebersihan lingkungan atau belum. Dongeng lebih efektif mengantarkan pesan kepada anak karena mereka tidak merasa diperintah untuk menjaga kebersihan tetapi mereka mengidentifikasi dirinya untuk meneladani tokoh yang menjaga kebersihan dan menghindari resiko mengabaikan kebersihan atau membuang sampah semebarangan. Kegiatan ini disambut baik oleh kepala sekolah, guru-guru, dan siswa-siswi. Anak-anak mengikuti pengabdian ini dengan riang gembira sejak tim pengabdi mendongeng di hadapan mereka hingga keaktifan mereka menceritakan kembali dongeng dan isi atau pesan cerita tersebut.