Adibah Dhivani Gusmi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Aksi 212 dan Kemenangan Anies-Sandi pada Pemilihan Gubernur Jakarta 2017 Elis Nugraha Septiana; Ridho Al-Hamdi; Adibah Dhivani Gusmi
JISPO : Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol 10, No 2 (2020): JISPO Vol 10 No 2 2020
Publisher : Centre for Asian Social Science Research (CASSR), FISIP, UIN Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jispo.v10i2.8923

Abstract

Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2017 menjadi arena perebutan kekuasaan yang diperbincangkan banyak pihak karena berawal dari kasus “penistaan agama” oleh salah satu calon gubernur, yakni Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Kepulauan Seribu pada akhir 2016, yang memunculkan reaksi kelompok-kelompok masyarakat Muslim tertentu yang dipelopori oleh Front Pembela Islam (FPI). Artikel ini mengkaji bagaimana strategi gerakan Aksi 212 dalam memenangkan Anies-Sandi pada Pilgub Jakarta 2017. Kajian dilakukan dengan menggunakan data kepustakaan (library research) dan wawancara. Temuan menunjukkan bahwa Aksi 212 memiliki peran besar dalam memenangkan pasangan Anies-Sandi pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Hal itu terlihat pada dua hal, yaitu modal sosial yang dimiliki oleh jaringan aktivis Aksi 212 dan pemanfaatan kepercayaan masyarakat dengan menggunakan fatwa MUI dan pengaruh para tokoh Muslim seperti Rizieq Shihab, Bachtiar Nasir, Arifin Ilham dan para aktivis Muslim lainnya yang berhasil memobilisasi massa Aksi 212 jelang Pilgub Jakarta 2017. Aksi terakhir ini sukses mempengaruhi perilaku pemilih Jakarta yang memicu banyaknya deklarasi dukungan pada Anies-Sandi sehingga akhirnya keduanya memenangkan Pilgub tersebut.The 2017 Jakarta gubernatorial election was marked by the allegedly religious blasphemy conducted by one of its governor candidates, Basuki Tjahaja Purnama, well-known as Ahok, which incited a strong reaction from certain Muslim groups led by the Islamic Defender Front (FPI). This article aims to find out this reaction that manifested in what so-called the Aksi 212 movement and its contribution to the success of Anies-Sandi in the 2017 Jakarta gubernatorial election. It employs a qualitative method using media news and interview as the data-gathering techniques. The findings reveal that Aksi 212 played an influential role in making Anies-Sandi the governor and deputy governor-elect in the 2017 Jakarta gubernatorial election. This was strongly related to two determining factors: first, the social capital of the Aksi 212 in the forms of networks and public trust due to its use of the MUI (Indonesia Ulama Council)’s fatwa; and second, the influence of Muslim public figures such as Rizieq Shihab, Bachtiar Nasir, Arifin Ilham who succeeded in mobilizing masses to join the Aksi 212 at Monas (National Monument), Jakarta, in 2017. All this significantly contributed to the making of Anies-Sandi the governor and deputy governor-elect in the 2017 Jakarta gubernatorial election.
POLITISASI ISU PRIBUMI PADA PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA 2017 DI MEDIA SOSIAL Tri Oka Putra Laksana; Ridho Al-Hamdi; Adibah Dhivani Gusmi
REFORMASI Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/rfr.v10i2.1870

Abstract

Artikel ini mengkaji tentang politisasi isu pribumi yang dilakukan oleh kubu Ahok dan Anies pada Pilgub Jakarta 2017 di media sosial (medsos). Politisasi diukur dengan tiga indikator: isu/ kepentingan, agenda politik, dan partisipasi. Secara metodologis, artikel ini merupakan hasil penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dalam pengumpulan data, facebook menjadi sumber utama untuk melihat prakter politisasi dari kedua kubu di medsos. Temuan penelitian ini menunjukkan tiga hal. Pada indikator pertama, kubu Ahok mengangkat isu Pilkada damai, Jakarta milik semua, dan keadilan untuk Ahok. Sementara kubu Anies menonjolkan isu pemimpin Muslim santun dan reklamasi pantai. Pada indikator kedua, kubu Ahok dan kubu Anies melakukan kampanye melalui konten yang menarik. Pada indikator ketiga, partisipasi yang dilakukan masyarakat adalah memberikan respon pada postingan akun medsos berupa like, share, dan komentar. Dari ketiga indikator terserbut, isu/kepentingan merupakan indikator paling dominan yang menyebabkan terjadinya politisasi isu pribumi pada Pilkada Jakarta 2017 di medsos.This paper examines the politicization of indigenous issues both of Ahok and Anies factions in the 2017 Jakarta gubernatorial election on social media. The politicization is measured by a threefold indicator: issues/interests, political agenda, and participation. Methodologically, this paper uses qualitative research by applying case study. For data-gathering, Facebook is the primary source to investigate the politicization of both factions on social media. The finding demonstrates three things. First, Ahok faction offers the peaceful election, Jakarta belongs to all and the justice for Ahok. Meanwhile, Anis faction proposes the issues of Muslim leaders and reclamation. Second, both factions fight to campaign through social media to attract society’s belief. Third, the participation conducted by society is responding to both factions’ social media accounts with their like, share, and comments. Among those three indicators, the issue/interest is the dominant indicator causing the politicization of indigenous issues in the 2017 Jakarta Gubernatorial election on social media.