Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGUATAN KELEMBAGAAN PETANI PADI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ADOPSI TEKNOLOGI IPB PRIMA Khairunnisa Khairunnisa; Amiruddin Saleh; Oos M Anwas
Jurnal Penyuluhan Vol. 15 No. 1 (2019): Jurnal Penyuluhan
Publisher : Department of Communication and Community Development Sciences and PAPPI (Perhimpunan Ahli Penyuluh Pertanian Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.151 KB) | DOI: 10.25015/penyuluhan.v15i1.23460

Abstract

Farmer institutional strengthening is an effort to improve farmers' adoption decisions on an innovation. Farmers who are members of farmer groups will find it easier to manage to know, want, and be able to implement innovation. This study aims to analyze the influence of farmer institutional strengthening on IPB Prima Technology adoption decisions by rice farmers. This study uses a quantitative and quantitative approach with survey methods and questionnaires as a data collection tool. Respondents in this study were all members of the farmer group who participated in IPB 3S variety rice cultivation activities, as many as 50 people. Data was collected in July 2018. Data were analyzed using Statistical Product and Service Solutions (SPSS) version 23 for descriptive statistics and inferential statistics. The results showed that farmers agreed that farmer institutions functioned as strengthening the institutional structure of farmers, increasing the capacity of members in the development of agribusiness and improving the institutional capacity of farmers in carrying out their functions. In the decision of farmers to adopt Prima IPB Technology, farmers have reused straw on agricultural land and have cultivated rice plants in accordance with IPB Best-Practice, but farmers have never decomposed straw using decomposers and are still rare in the application of agricultural mechanization. Improving the institutional capacity of farmers in carrying out their functions significantly influences the application of IPB Bio and the implementation of IPB Best-Practice. Furthermore, increasing the ability of members in the development of agribusiness, especially the efficiency of time, has a significant negative effect on reuse of straw, by burning straw on agricultural land.
Pengaruh Pendidikan Formal, Pelatihan, dan Intensitas Pertemuan terhadap Kompetensi Penyuluh Pertanian Oos M Anwas
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 19 No. 1 (2013)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v19i1.107

Abstract

This research aimed to find out: 1) the level of formal education, training intensity, meeting intensity, and competence of extention education agent; and 2) the influence of the level of formal education, training intensity, meeting intensity, and competence of extention education agent to the enhancement of competence of the extention education agent. The research used survey method applied to public service extention education agents in Karawang District and Garut District, West Java. Descriptive and multiple regression analysis were used to proceed the data. The result of descriptive statistic analysis showed that the level of formal education was low, the intensity of meeting among the extention education agents mostly was high, the intensity of attended training was very low, and the competence of extention education agent was also low. The analysis of multiple regression showed that the intensity of meeting among the extention education agents and the intensity of training influenced significantly toward the competency of extention education agents, while the level of in-service formal education followed by public service extension education agents was not significant enough to influence their competency. For that reason the intensity of meeting and training should be enhanced. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi: 1) tingkat pendidikan formal, intensitas pelatihan, intensitas pertemuan antarpenyuluh, dan kompetensi penyuluh pertanian; dan 2) pengaruh tingkat pendidikan formal, intensitas pelatihan, dan intensitas pertemuan antarpenyuluh terhadap peningkatan kompetensi penyuluh pertanian. Penelitian menggunakan metode survei terhadap penyuluh pertanian Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Pengolahan data menggunakan analisis deskriftip dan regresi berganda. Hasil analisis dekriptif menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal rendah, intensitas pertemuan antarpenyuluh tinggi, intensitas pelatihan masih sangat rendah, dan kompetensi penyuluh pertanian rendah. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa intensitas pertemuan antarpenyuluh dan intensitas pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi penyuluh pertanian, sedangkan tingkat pendidikan formal yang diikuti penyuluh setelah menjadi penyuluh PNS tidak cukup signifikan berpengaruh dalam membentuk kompetensi penyuluh pertanian. Oleh karena itu, intensitas pertemuan antarpenyuluh dan intensitas pelatihan perlu ditingkatkan. 
KEBUTUHAN DIKLAT ONLINE UNTUK TENAGA PENDIDIK Oos M Anwas
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 10 No. 19, Desember 2006
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.892 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v10i19.391

Abstract

Sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan, tenaga pendidik harus melek ICT, termasuk dalam sistem pendidikan dan pelatihan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami tentang kebutuhan pengembangan diklat online pada lembaga diklat tenaga pendidik, dari aspek materi diklat, sasaran, kesiapan SDM dan infrastruktur, serta bentuk diklat online sesuai dengan kebutuhan.  Hasil pengolahan dan analisis data diketahui bahwa materi diklat online yang dibutuhkan terkait dengan peningkatan kemampuan mengajar, penguasaan mata pelajaran, menyusun karya ilmiah, dan pengetahuan/keterampilan yang dapat meningkatkan kesejahteraan guru. Secara umum infrastuktur dan SDM (pengelola dan sasaran) masih belum siap menyelenggarakan diklat online. Oleh karena itu diklat online bagi tenaga pendidik masih sebagai tataran keinginan (felt needs). Untuk itu diperlukan upaya agar keinginan ini menjadi sebuah kebutuhan nyata (real needs), antara lain melalui kegiatan sosialisasi internet, pelatihan, menciptakan iklim kondusif melek ICT, membangun infrastruktur, serta kerjasama dengan pihak terkait
MEDIA MASSA PEMBELAJARAN MASYARAKAT oos M Anwas
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 14 No. 1, Juni 2010
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.312 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v14i1.455

Abstract

Media massa berpotensi besar menjadi wahana pembelajaran masyarakat. Mengubah perilaku tidak hanya dalam aspek pengetahuan, tetapi dalam sikap dan keterampilan, meningkatkan kualitas kehidupan ke arah yang lebih baik. Untuk dapat mengubah perilaku tersebut media massa harus dapat: mudah diakses oleh sasaran, dilakukan secara kontinyu, memiliki subtansi yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi sasaran, serta memiliki daya tarik bagi sasarannya. Oleh karena itu media massa seperti koran, majalah, radio, televisi, atau internet jika ditujukan untuk mampu membelajarkan masyarakat perlu memenuhi persyaratan tersebut. Di sisi lain masyarakat juga memiliki kekuatan untuk mempengaruhi subtansi media massa. Masyarakat dituntut untuk peduli menyeleksi informasi dan media massa yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
ANALISIS SKENARIO TELEVISI DAN TV PENDIDIKAN Oos M Anwas
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 09 No. 16, Juni 2005
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (83.261 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v0i0.539

Abstract

Kualitas skenario memiliki kontribusi terhadap mutu acara TV/ film, termasuk program pendidikan. Hal ini penting karena kenyataanya produk TV/film lokal kita masih sulit bersaing dengan produk asing. Tulisan ini melakukan analisis/kajian literatur dan empirik terhadap skenario TV termasuk program pendidikan. Hasil analisis dari beberapa sumber dan pengalaman empirik diketahui bahwa kelemahan skenario antara lain: keterbatasan wawasan penulis terhadap substansi tuntutan skenario, alur cerita kurang variatif dinamis, penokohan yang terkesan datar, penggunaan bahasa, serta penghargaan terhadap penulis yang masih kurang. Sementara itu penulisan skenario untuk program pendidikan di samping aspek tadi, penulis terjebak pada penyampaian substansi materi pembelajaran sehingga mengabaikan aspek estetika, memaksakan membuat alur cerita dari substansi materi yang kurang pas, serta memindahkan ruangan kelas ke layar TV. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil skenario yang bermutu perlu kesadaran semua pihak, bahwa peningkatan mutu acara TV lokal agar bisa bersaing dengan produk asing harus dimuali dengan skenario yang bermutu.
STUDI EV STUDI EV STUDI EV STUDI EV STUDI EVALUA ALUA ALUA ALUA ALUATIF PEMANF TIF PEMANF TIF PEMANF TIF PEMANF TIF PEMANFA A A A AA A A A AT T T T TAN AN AN AN AN VIDEO PENDIDIK VIDEO PENDIDIK VIDEO PENDIDIK VIDEO PENDIDIK VIDEO PENDIDIKAN SEK AN SEK AN SEK AN SEK AN SEKOL OL OL OL OLAH AH AH AH AH D D D D DAL AL AL AL ALAM PROSES PEMBEL AM PROSES PEMBEL AM PROSES PEMBEL AM PROSES PEMBEL AM PROSES PEMBELAJAR AJAR AJAR AJAR AJARAN Oos M Anwas
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 10 No. 18, Juni 2006
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.61 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v0i0.547

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaan media video pendidikan sekolah sebagai media pembelajaran. Adapun aspek yang diteliti meliputi aspek: media, pembelajaran, dan materi. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas III SMP pada mata pelajaran Biologi dan Fisika. Hasil analisa data menunjukan bahwa ketiga aspek dalam media video cukup baik. Yang perlu digarisbawahi dari hasil pembahasan diketahui bahwa siswa lebih tertarik pada objek visual yang relatif unik, dan jarang mereka temukan, serta benda-benda yang abstrak yang disajikan melalui media tersebut. Mereka seolah menemukan suasana belajar yang baru dan lebih kondusif dibandingkan dengan belajar tanpa media. Oleh karena itu sebagai rekomendasinya, media video/televisi perlu terus dikembangkan dan disebarluaskan ke sekolah-sekolah untuk dimanfaatkan dengan memperhatikan kebutuhan dan karakteristik media tersebut.
KONTRIBUSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI DAERAH TERTINGGAL CONTRIBUTION OF INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY UTILIZATION IN THE UNDERDEVELOPED AREA Oos M Anwas
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol,17 No. 3, September 2013
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (44.334 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v17i3.559

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di daerah tertinggal terutama aspek: 1) pembelajaran siswa, 2) kontribusi terhadap guru, dan 3) partisipasi masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Cijaku Kabupaten Lebak Banten. Sekolah ini merupakan katagori daerah Terdepan Terpencil, dan Tertinggal (3T) yang mendapat program pemanfaatan TIK dari Pustekkom Kemdikbud. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik: wawancara, wawancara mendalam, dan pengamatan. Hasil analisis data diketahui bahwa pemanfaatan TIK dalam pembelajaran telah memberikan kontribusi bagi siswa terutama aspek: pembelajaran lebih menarik, motivasi belajar meningkat, wawasan bertambah, serta meningkatkan harapan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, dan mengubah cita-cita untuk meraih hidup yang lebih baik. Kontribusi terhadap guru: memacu untuk terus belajar, mendalami kemampuan TIK, meningkatkan ilmu pengetahuan, pendalaman substansi materi pelajaran, dan metode pembelajaran. TIK juga membantu tugas dan peran guru dalam pembelajaran. Pemanfaatan TIK juga meningkatkan kepercayaan dan tinkat partisipasi masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, termasuk mendukung program sekolah lainnya. Diketahui pula bahwa tingkat pemanfaatan TIK ini masih belum optimal karena keterbatasan SDM dalam penguasaan TIK, sehingga kegiatan pelatihan dan pembinaan perlu dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan oleh berbagai pihak terkait.This study aimed to determine the contribution of information and communication technology (ICT) utilization in remote areas, especially in the aspect of: 1) student learning, 2) contribution to the teacher, and 3)  community participation. This research was conducted at the Junior High School 4 Cijaku Lebak Banten. This school was one of schools in frontier, remote and undeveloped areas that received ICT utilization program from Pustekkom, Ministry of Education and Culture. The used a qualitative approach. Data collection was conducted with techniques: interview, in-depth interview, and observation. The results of the analysis of the data showed that the use of ICT in teaching has certain contribution to the students, especially in the aspect of: learning to be more interesting, increasing learning motivation, increasing insight, as well as increasing hope to continue studying to a higher level of school, and changing the aspiration to achieve a better life. Contributions to the teacher include: spurring to continue to learn, exploring the potential of ICTs, improving science, deepening the substance of the subject matter and methods of learning. ICTs also ease teacher’s task and role in learning. Utilization of ICT also increases public confidence and participation in sending their children to a higher level and in supporting other school programs. It was found that the rate of utilization of ICT is still not optimal due to limited human resources in the mastery of ICT, so that the training and development need to be done gradually and continuously by the various stakeholders.
KUIS KIHAJAR SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TELEVISI DAN INTERNET KIHAJAR QUIZ AS AN INSTRUCTIONAL MODEL BASED ON TELEVISION AND THE INTERNET Oos M Anwas
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 17 No. 4, Desember 2013
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.834 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v17i4.575

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Kuis Kihajar 2013 terutama dari aspek: karakteristik Kuis Kihajar dan proses pembelajaran dalam Kuis Kihajar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian dilakukan terhadap pelaksanaan Kuis Kihajar 2013 pada Juli s.d. Oktober 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder serta pengamatan dan wawancara terhadap pengelola dan peserta Kuis. Hasil analisis data diketahui bahwa karakteristik Kuis Kihajar sangat menarik karena setiap bulannya tidak hanya menambah peserta baru tetapi lebih dari setengahnya peserta lama tetap setia mengikuti kuis ini. Peserta kuis tidak sekedar membuka web atau mengirim sms, tetapi mengerjakan soal hingga rata-rata mencapai 44 soal setiap kali mengaksesnya. Proses pembelajaran dalam Kuis Kihajar, antara lain: mudah, menyenangkan, menuntut penggunaan berbagai sumber belajar, fleksibel, serta menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (televisi, SMS, dan internet) yang sesuai dengan tren tuntutan zaman. Model Kuis Kihajar juga secara bertahap dapat mendorong terwujudnya budaya baru dalam memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran guna meningkatkan kemampuan dan kualitas hidup.This study aimed to determine the implementation of Kihajar Quiz 2013 mainly from aspects: characteristics and the learning process. This study used a descriptive method. Research conducted on the implementation of Kihajar Quiz from July 2013 until October 2013. Data collected through secondary data as well as observations and interviews with organizers and quiz participants. The analysis of the data found that the characteristics Kihajar Quiz very interesting because every month not only add new participants but more than half of the previous participants remained faithful with the quiz. Participants do not just open a web quiz or sent sms, but work on the problems to reach an average of 44 questions each access. The learning process in Kihajar Quiz, among others: easy, fun, demanding the use of a variety of learning resources, fleksibel, as well as the use of information and communication technologies (television, SMS, and internet) in accordance with the trend of the demands of the times. Kihajar Quiz Model gradually promote the establishment of a new culture in is using ICT as a learning medium to improve the ability and quality of life.