This Author published in this journals
All Journal Forum Arkeologi
A.A Gde Bagus
Balai Arkeologi Bali

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN KOMPLEKS CANDI GUNUNG KAWI A.A Gde Bagus; Hedwi Prihatmoko
Forum Arkeologi VOLUME 29, NOMOR 2, AGUSTUS 2016
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2080.599 KB) | DOI: 10.24832/fa.v29i2.186

Abstract

Gunung Kawi Temple is one of the most monumental archaeological remains in Bali, originating from the 10th to 11th century. This study aims to determine the values of local wisdom of ancient Balinese society related to the construction and presence of Gunung Kawi Temple. Data were collected through literature study and observation. Analysis was conducted through qualitative approach using data integration and explanation based on theory. Explanation is presented in narrative text. The results of this study indicate that the construction using the concept of cliff temple is an adaptation to address the limitations of geographical features and material resources. This adaptation is a form of ancient Balinese society local wisdom. This local wisdom is also reflected on the environmental preservation value which is related to the function of Gunung Kawi Temple as a religious sacred building. Kompleks Candi Gunung Kawi merupakan salah satu tinggalan arkeologi paling monumental di Bali yang berasal dari abad ke-10 sampai 11 Masehi. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui nilainilai kearifan lokal masyarakat Bali Kuno yang terkait dengan pembangunan dan keberadaan Kompleks Candi Gunung Kawi. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan observasi. Analisis dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan pengintegrasian data dan memaparkan simpulan-simpulan berdasarkan teori. Pembahasan kemudian disajikan dalam bentuk teks naratif. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pembangunan dengan konsep candi tebing merupakan bentuk adaptasi dalam menyikapi keterbatasan geografi dan sumber bahan baku. Adaptasi tersebut merupakan salah satu wujud kearifan lokal masyarakat Bali Kuno. Kearifan lokal tercermin juga dari nilai pelestarian lingkungan yang terkait dengan fungsi Kompleks Candi Gunung Kawi sebagai bangunan suci keagamaan.
KEHARMONISAN DALAM TINGGALAN ARKEOLOGI DI PURA DANGKA, TEMBAU, DENPASAR A.A Gde Bagus; Nyoman Rema
Forum Arkeologi VOLUME 30, NOMOR 2, OKTOBER 2017
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1104.446 KB) | DOI: 10.24832/fa.v30i2.442

Abstract

Dangka Tample is one of the temples that keep the archaeological remains of ancient Balinese era, still sacred, by its penyungsung people, because it has important meaning for harmony. This study aims to determine the meaning of harmony that is reflected in the remains of akeologi in the temple. This research is a qualitative research, whose data is collected through direct observation in Pura Dangka, analyzed by iconography, the results are presented in narrative, and completed with drawings. The results of this research are Linga-yoni, statue of Dewi Durga, statue of Ganesha, statue of Nandi. Of all these remains, there is Linga-yoni which has a larger size among the others, which is thought to be the main medium of worship, while the other remains as supporting media in achieving harmony. Pura Dangka adalah salah satu pura yang menyimpan tinggalan arkeologi dari jaman Bali Kuno, masih dikeramatkan, oleh masyarakat penyungsungnya, karena memiliki makna penting untuk keharmonisan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna keharmonisan yang tercermin pada tinggalan akeologi di pura tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang datanya dikumpulkan melalui observasi langsung di Pura Dangka, dianalisis secara ikonografi, hasilnya disajikan secara naratif, dan dilengkapi gambar. Hasil penelitian ini berupa Lingga-yoni, arca Dewi Durga, arca Ganesa, arca Nandi. Dari semua tinggalan tersebut, terdapat Lingga-yoni yang mempunyai ukuran yang lebih besar di antara tinggalan lainnya, yang diduga sebagai media utama pemujaan, sedangkan tinggalan lainnya sebagai media pendukung dalam mencapai keharmonisan.