Pendahuluan: Minyak jelantah menjadi salah satu sampah rumah tangga yang dapat mencemari lingkungan. Dengan dilakukan adsorbsi minyak jelantah dimanfaatkan sebagai minyak urut dengan campuran jahe. Jahe memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, fenolik, flavonoid, triterpenoid dan juga saponin. Senyawa flavonoid dalam jahe memiliki manfaat salah satunya sebagai antiinflamasi. Tujuan : untuk mengetahui pengaruh suhu pengeringan jahe terhadap efek antiinflamasi pada minyak urut. Metode : metode eksperimental dengan hewan uji mencit sebanyak 25 ekor yang diinduksi karagenan kemudian dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok 1 diberi perlakuanminyak jelantah, kelompok 2 diberi perlakuan gel natrium diklofenak, serta kelompok 3, 4 dan 5 diberi perlakuan minyak urut jelantah teradsorbsi (F1, F2, F3), masing-masing perlakuan diberikan secara topikal. Diameter radang dan volume radang diukur menggunakan jangka sorong digital dilakukan setiap 30 menit selama 6 jam. Data dianalisis menggunakan uji one way ANOVA (analysis of variance). Hasil : Berdasarkan hasil rata-rata ketebalan udem telapak kaki mencit pada perlakuan suhu pengeringan 60°C memiliki rata-rata ketebalan udem yang mendekati kontrol positif, dengan diperoleh hasil persentase daya hambat inflamasi sebesar 76,36% pada suhu pengeringan 60°C (F1), dan memiliki persentase sebesar 69,09% pada suhu pengeringan 70°C (F2), serta persentase sebesar 49,09% pada suhu pengeringan 80°C (F3). Hasil analisis uji one way ANOVA menunjukkan nilai signifikan (p<0,05). Kesimpulan : Suhu pengeringan jahe berpengaruh terhadap efek antiinflamasi pada minyak urut jelantah teradsorbsi.