Nia Nuraida
Darussalam Institute for Islamic Studies

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

FUNGSI MEMBACA DALAM KONSEP PENDIDIKAN ISLAM (Studi Analisis Terhadap Tafsir Alquran Surat Al-‘Alaq ayat 1-5 dalam Tafsir Jâmi’ul-Bayâni Fî Ta’wîl Alqurân karya Ath-Thabari) Nia Nuraida; Lilis Nurteti
Tarbiyat al-Aulad: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini Vol 1 No 2 (2016): Juli 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.926 KB)

Abstract

Membaca merupakan fungsi yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Belum ada sejarah yang tercatat di dunia bahwa seorang yang cerdas, memiliki daya intelektual tinggi, padahal tidak suka dengan membaca, atau pengetahuan yang didapatkan dari berdiam diri.. Betapa luas ilmu Allah SWT dan betapa sempit ilmu yang dimiliki manusia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah library research. Data-data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis melalui beberapa tahapan di antaranya pemprosesan data (unityzing), data-data yang terkumpul dapat dikelompokkan, setelah itu data ditafsirkan dan dianalisis. Setelah melakukan analisis data, penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Penafsiran surat al-‘Alaq ayat 1-5 bahwa perintah membaca yang diterangkan dalam kitab tafsir Ath-Thabari ini dimaksudkan agar kita banyak membaca, menelaah, memerhatikan alam raya, serta membaca kitab yang tertulis dan tidak tertulis dengan rangka mempersiapkan diri terjun ke masyarakat serta menjadi manusia yang berilmu, beriman, bertaqwa dan dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh sesuai dengan ajaran agama Islam. 2) Fungsi membaca dalam konsep pendidikan Islam menurut surat al-Alaq ayat 1-5 ini adalah : Menambah pengetahuan intelektual dan menambah keimanan bahwa ilmu Allah SWT sangat luas dan pengetahuan manusia sangatlah sempit. Dengan sering membaca maka manusia akan menjadi manusia yang berilmu dan beriman.
PERAN MAJELIS TA’LIM DALAM MEMBENTUK KECERDASAN EMOSIONAL ANAK (Penelitian di majelis Ta’lim Nahjussalam Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) Nia Nuraida; Lilis Nurteti
Tarbiyat al-Aulad: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini Vol 2 No 2 (2017): Juli 2017
Publisher : Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.923 KB)

Abstract

Artikel ini membahas tentang peran majelis ta’lim dalam membentuk kecerdasan emosional anak. Kecerdasan emosional merupakan hal yang paling penting yang harus ditanamkan pada diri anak sejak dini, kecerdasan emosiona lpun sudah ada sejak masa kelahiran, pada tahap berikutnya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, materi pembelajaran yang dipakai di majelis ta’lim Nahjussalam Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis adalah al-Qur'an, Iqra, Imla, Kitab Al-Akhlaq li al-Banan, Tajwid, Kitab Syafinah, Kitab Tijan, Kitab Sulammutaufik, Kitab Hadits Al-Arba’in, Praktik Shalat dan bacaannya, do’a-do’a, Kitab Ta’limul muta’alim dan Hafalan Surat-surat Pendek. Kedua, metode pelaksanaan pembelajaran di majelis ta’lim Nahjussalam adalah ceramah, sorogan, tanyan jawab dan hafalan. Ketiga, peran majelis ta’lim dalam membentuk kecerdasan emosional anak adalah merupakan tempat pendidikan yang mempunyai pesan tersirat dalam setiap pembelajaran, menanamkan sikap akan adanya hal-hal yang gaib dan mulai muncul tanggung jawab kepada dirinya dan orang lain, sebagai wadah pendidikan agama, tempat bersilaturahmi, mewadahi setiap aktivitas kegiatan anak dan sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah swt.
KONSEP PROFESIONALISME GURU MENURUT ALQURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 247 (Studi Analisis terhadap Tafsir Ibnu Katsir) Nia Nuraida; Lilis Nurteti
Tarbiyat al-Aulad: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini Vol 1 No 1 (2016): Februari 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.934 KB)

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya peran guru bagi pendidikan. Baik buruknya pendidikan tergantung bagaimana seorang guru bisa memanifestasikan dan mengaplikasikan sumbangsihnya ke dalam lembaga formal maupun nonformal. Pada kenyataannya, profesi guru pada saat ini masih banyak dibicarakan orang, atau masih saja dipertanyakan orang, baik di kalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan.. Hal ini sangat menarik penulis untuk mengetahui lebih dalam tentang konsep yang harus dimiliki oleh guru sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Metode penelitian yang digunakan adalah metode content analysis, karena penelitian ini menganalisis interpretasi Ismail bin Katsir terhadap Alquran surat al-Baqarah ayat 247 dalam tafsir Ibnu Katsir. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. Data-data yang terkumpul lalu dianalisis dengan pemprosesan satuan, kategorisasi, dan penafsiran data. Hasil dari penelitian tentang konsep profesionalisme guru menurut Alquran surat al-Baqarah ayat 247 dalam tafsir Ibnu Katsir adalah sebagai berikut: a) seorang guru harus kuat secara fisik, sehingga mampu mengajar peserta didik dengan sempurna; b) seorang guru harus benar-benar berpengetahuan luas, kuat dalam mengkaji, dan memiliki pemahaman mendalam; c) seorang guru harus meningkatkan dalam menjaga kesehatan tubuhnya, seorang guru harus mengembangkan kemampuan dan keterampilan fisiknya menuju pada pencapaian tubuh yang kuat atau fit; d) seorang guru harus bertakwa kepada Allah. Supaya dapat menumbuhkan karakter rendah hati dan optimistik. Kesimpulannya adalah seorang guru itu hendaklah memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a) Kekuatan fisik; b) Ilmu pengetahuan yang luas; c) Kesehatan jasmani dan rohani; d) Bertakwa kepada Allah.