Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Analisis political uncertainty dan non-performing loan pada bank non devisa di Indonesia Ali Jufri; Rista Puput Aryanti; Desy Ayu Krisna Murti; Bhenu Artha
Entrepreneurship Bisnis Manajemen Akuntansi (E-BISMA) Vol.2, No.1 (2021): Juni 2021
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/e-bisma.v2i1.296

Abstract

This study aims to determine the differences in non-performing loans (NPLs) at non-foreign exchange banks in Indonesia for the two-year period before and after the general election. The results showed that there was no difference of non-performing loans (NPLs) at non-foreign exchange banks in Indonesia for the period of two years before and after the general election.
USULAN DESAIN PENATAAN LANSKAP PADUKUHAN JETHAK II, SIDOKARTO, GODEAN, SLEMAN Desy Ayu Krisna Murti; Tri Yuniastuti
Jurnal Ilmiah Padma Sri Kreshna Vol. 2 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/psk.v2i2.200

Abstract

Padukuhan Jethak merupakan desa wisata yang dahulunya mempunyai potensi wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi, akan tetapi seiring berjalannya waktu pergantian penguru sehingga kurang adanya pengelolaan yang terintegrasi. Dari segi arsitektur pun pada dasarnya kurang menarik dalam segi penataan lanskap atau penataan taman dan jalan. Setelah diusulkan program yang dijalankan padukuhan Jethak II menerima usulan yang diajukan berdasarkan usulan tim dosen UWM. Harapannya adalah pemanfaatan salah satu bidang ilmu arsitektur yaitu lanskap dapat diwujudkan secara nyata  kepada masyarakat Jethak II dengan adanya program tersebut. Beberapa hal yang menjadi objek utama adalah penataan area terbuka dan pengembangan tanaman hijau di area terbuka di Jethak II. Adapun prosesnya dengan memberdayakan masyarakat, mengikut sertakan masyarakat secara langsung dalam program tersebut
Pengaruh perubahan fungsi bangunan pada bentuk bangunan Bangsal Banjar Andhap Dalem Mangkubumen Yogyakarta Tri Yuniastuti; Desy Ayu Krisna Murti
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v2i1.65

Abstract

Dalem Mangkubumen awalnya adalah rumah tinggal bagi Putra Mahkota Kraton Yogyakarta calon Sultan Hamengkubuwono VII. Sejak dibangun mulai tahun 1874, Dalem Mangkubumen mengalami perubahan fungsi: awalnya sebagai rumah Pangeran beserta kerabat Kraton, sebagai kampus Universitas Gadjah Mada (1949-1982) dan kampus Universitas Widya Mataram sejak tahun 1982 hingga saat ini. Hal ini mengakibatkan bangunan di Dalem Mangkubumen mengalami perubahan baik tata ruangnya maupun penampilannya termasuk bangunan Bangsal Banjar Andhap.           Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan tata ruang dan penampilan bangunan Bangsal Banjar Andhap akibat perubahan fungsi yang terjadi hingga saat ini. Penelitian ini diharapkan juga dapat mengungkap bagaimana tata ruang dan penampilan bangunan sebelum mengalami perubahan sehingga dapat menjadi acuan melestarikan bangunan yang asli. Agar tujuan penelitian tersebut dapat tercapai, maka cara atau metode yang dinilai tepat digunakan adalah metode grounded yang didasarkan atas penelusuran empirik.           Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan tata ruang dan penampilan bangunan Bangsal banjar Andhap sejak digunakan sebagai tempat pendidikan Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram : yang semula terbuka tanpa dinding karena berfungsi untuk umum, menjadi tertutup berdinding luar dan partisi yang membatasi ruang-ruang Fakultas Hukum UWM. Penambahan material komponen bangunan bersifat semi permanen, sehingga tidak kesulitah apabila suatu saat harus dikembalikan ke bentuk aslinya.
GEDUNG PERTUNJUKAN SENI (TEATER) DI BANYUMAS Dengan Penekanan Arsitektur Post Modern – Neo Vernakular Akhmad Ginanjar; Tri Yuniastuti; Desy Ayu Krisna Murti
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 2 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.97

Abstract

Banyumas sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia, merupakan daerah yang mempunyai kebudayaan yang kental, antik, dan unik. Banyumas lebih dikenal dengan bahasa ngapaknya, yang bagi sebagian orang terdengar lucu, dan apa adanya sesuai dengan ikon daerahnya yakni Bawor dengan senjatanya kudi. Banyumas juga tak bisa terlepas dari arus globalisasi dan social media. Pengaruh negatif yang terjadi di Banyumas adalah dengan mulai punahnya beberapa seni tradisional, yaitu Gondolio dari Desa Tambaknegara, Rawalo, Tari Buncis dari Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, Dhalang Jemblung Sumpiuh dan Tambak, Sintren dari Purwojati, Rengkong di Kutaliman, Kedungbanteng, Cepetan dari Desa Watu Agung Tambak, Rinding dari Gumelar, dan Baritan Desa Plana, Somagede. Di sisi lainnya minimnya fasilitas gedung kesenian juga jadi masalah tersendiri di Kabupaten Banyumas.Melihat hal itu, sangatlah dibutuhkan sebuah ruang untuk pelestarian dan pengembangan berbagai seni Banyumas. Ruang yang mampu mewadahi proses pertunjukan, regenerasi, dan pengembangan seni Banyumas. Sebuah Gedung Pertunjukan Seni (Teater) Banyumas, dengan karakter Arsitektur Post Modern- Neo Vernakular bisa dijadikan antitesa hal tersebut. Karena disatu sisi unsur-unsur local Banyumas musti terus dilestarikan dan dikembangkan dalam dunia arsitektur dan dalam segala bidang.
Ragam Hias Mirong Simbol Kebesaran dan Kepemilikan Bangunan Milik Raja Kasultanan Yogyakarta Sukirman Sukirman; Desy Ayu Krisna Murti
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 2 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.98

Abstract

Bangunan Rumah Tradisional Keraton Yogyakarta banyak yang dihiasi khususnya menggunakan ornamen tradisional Jawa berupa stilirisasi bentuk tumbuh-tumbuhan. Diantara ragam hias mirong, yang bila melihat bentuknya bukan stilirisasi tumbuhan. Tidak terdapat dokumen yang menyertai proses pembuatan ragam hias mirong yang menerangkan makna dan artinya, sehingga muncul berbagai persepsi tentang mkana dan arti ragam hias mirong. Satu diantaranya mirong sebagai perwujudan Ratu Kidul (penguasa laut selatan). Di samping untuk menghias beberapa bangunan di dalam keraton mirong juga dipergunakan untuk menghias bangunan Masjid Agung Yogyakarta, yang menjadi persoalan, relevankah pemaknaan bahwa mirong sebagai perwujudan Ratu Kidul (Penguasa Ratu Selatan). Masyarakat awam belum tahu makna dan artinya, padahal mirong merupakan bagian dari karya, cipta, rasa, dan karsa Keraton Yogyakarta yang merupakan ciri khas dan identitas bangunan, ragam hias dan budaya Keraton.
Dalem Mangkubumen Sebagai Pusat Mitigasi Bencana Bagi Masyarakat Lokal Desy Ayu Krisna Murti
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 6 No. 1 (2023): Vol. 6 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalem Mangkubumen merupakan komplek tempat tinggal yang dibangun untuk calon Sultan Ngayogkarta Hadiningrat yang pada waktu itu merupakan Sultan VII. Sehingga Dalem Mangkubumen tidak hanya memiliki standar rumah bangsawan biasa akan tetapi merupakan replika dari kemegahan bangunan yang ada di Kraton Yogyakarta. Termasuk kelengkapan dan pola ruang di dalamnya. Perbedaannya pada bagaimana skala rumah-rumah penduduk yang ada di sekitar mengelilingi Dalem Mangkubumen. Jogja merupakan kota yang memiliki potensi bencana alam yang cukup tinggi, mulai dari bencana gempa bumi, gunung Merapi serta potensi Tsunami karena posisinya yang berada di pesisir selatan. Namun di masa pandemi sekarang bisa dihitung sebagai bencana internasional atau dalam istilah Jawa disebut pagebluk. Dalem Mangkubumen memiliki peran yang cukup signifikan pada mitigasi bencana bagi masyarakat lokal. Bagaimana Dalem Mangkubumen menjadi sebuah area yang dapat mengayomi masyarakat sekitar sehingga selain pola ruang terbentuk juga pola komunikasi dan perilaku masyarakat sekitar terhadap Dalem Mangkubumen. Mitigasi di Dalem Mangkubumen terbentuk dengan adanya masyarakat yang tinggal di sekitar rumah pangeran, sebagai pusat dari kegiatan aktivitas baik secara sosial, budaya dan ekonomi. Masyarakat di sekitar yang disebut dengan mager sari membentuk alur sirkulasi yang dapat mencegah dampak bencana lebih besar. Susunan ruang yang terbentuk karena alur sirkulasi membuat orang-orang bisa menyelematkan diri dan bangunan yang terdapat di Dalem Mangkubumen terbukti kokoh sehingga dapat menjadi tempat berlindung bagi masyarakat sekitar.
Pengaruh fungsi kampus Universitas Widya Mataram dalam mengubah tata ruang dan bentuk bangunan di kompleks Dalem Mangkubumen, Yogyakarta Tri Yuniastuti; Desy Ayu Krisna Murti
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 7 No. 1 (2024): Vol. 7 No. 1 (2024)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v7i1.1381

Abstract

Dalem Mangkubumen awalnya adalah rumah tinggal Pangeran dari Kraton Yogyakarta, yaitu Pangeran Adipati Anom calon Sultan Hamengkubuwono VII. Dalem Mangkubumen yang dibangun tahun 1874-1905 tersebut telah mengalami berbagai fungsi, awalnya sebagai rumah Pangeran, hunian kerabat Kraton, hingga menjadi kampus Universitas Gadjah Mada (1949-1982) dan kampus Universitas Widya Mataram sejak tahun 1982 hingga saat ini. Perubahan fungsi tersebut menyebabkan penambahan bangunan baru yang memadati komplek Dalem Mangkubumen. Munculnya bangunan-bangunan baru tersebut mengakibatkan perubahan tata ruang dan bentuk bangunan pada beberapa bagian. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi seberapa banyak peran Universitas Widya Mataram dalam mempengaruhi perubahan tata ruang maupun bentuk bangunan dalam komplek Dalem Mangkubumen seperti yang nampak pada saat ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif historis secara deskriptif dan grafis dengan observasi visual dan penelusuran dokumen untuk menemukan jejak kronologis terbentuknya tata ruang dan bentuk bangunan yang baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan kampus Universitas Widya Mataram, telah terjadi beberapa perubahan bentuk pada bangunan asli, penambahan bangunan baru, pemanfaatan ruang terbuka untuk fungsi baru. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan pelestarian dalem Mangkubumen sebagai bangunan bersejarah yang perlu dikembalikan pada tata ruang dan bentuk aslinya serta penyesuaian penggunaannya.