This Author published in this journals
All Journal Aksara
Puji Retno Hardiningtyas
Balai Bahasa Provinsi Bali Jalan Trengguli I Nomor 34, Denpasar 80238, Bali, Indonesia

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

MANUSIA DAN BUDAYA JAWA DALAM ROMAN BUMI MANUSIA: EKSISTENSIALISME PEMIKIRAN JEAN PAUL SARTRE Puji Retno Hardiningtyas
Aksara Vol 27, No 1 (2015): Aksara, Edisi Juni 2015
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.993 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v27i1.174.83-98

Abstract

Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer mengisahkan peristiwa perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonial Belanda yang terjadi sekitar tahun 1899, akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Permasalahan yang menarik untuk diteliti dari Bumi Manusia meliputi (1) realitas budaya Jawa dan feodalisme, (2) wujud eksistensi tokoh Jawa sebagai manifestasi keberadaan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) realitas budaya Jawa dan feodalisme, (2) wujud eksistensi tokoh Jawa sebagai manifestasi keberadaan manusia dalam Bumi Manusia. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan teknik catat. Data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan hermeneutika dengan teknik naratif informal, dan menerapkan teori eksistensialisme. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kondisi masyarakat Jawa semasa abad ke-19 masih menggenggam erat feodalisme dan budaya Jawa tumbuh berdampingan dengan budaya Eropa. Sementara itu, eksistensialisme secara mutlak memberikan kebebasan manusia, baik laki-laki maupun perempuan, untuk menentukan keinginan dan tindakannya sendiri. Eksistensi tokoh Jawa tercermin sebagai manifetasi keberadaan seorang kelas atas, manusia pencipta dirinya sendiri, bebas bertindak dan berpikir, memilih dan bertangung jawab, kecemasan dan ketakutan, serta pemberontakan. Dengan demikian, karya sastra—dalam konteks Bumi Manusia dan eksistensialisme—tidak boleh lepas dari eksistensinya sebagai ekspresi kejiwaan yang paling subjektif dan emosional, bahkan bisa dilengkapi dengan psikologi dan filsafat.