Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Balance of N, P, and Manure Fertilizer Dosage on Growth and Yield of Peanuts in Alfisols Dryland Suryono Suryono; Hery Widijanto; Eka Miftakhul Jannah
Sains Tanah - Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi Vol 12, No 1 (2015)
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15608/stjssa.v12i1.252

Abstract

Peanuts cultivation in alfisols dryland limited by low levels of soil fertility. An agricultural intensification that could be done is application of organic and inorganic fertilizer. This research aimed to study the balance of N, P, and manure fertilizer dosage on growth and yield of peanuts in alfisols dryland. The research was done in April 2014 - September 2014 in Sukosari, Jumantono, Karanganyar. This research was compiled using a Randomized Completely Block Design (RCBD) factorial with three factors, there are dose of urea, SP-36 and cow manure fertilizer. The results showed that the dose combinations of urea, SP-36, and cow manure fertilizer have no interaction affected all of variable plant. The application of 300 kg ha-1 SP-36 fertilizer increased the number of pods and weight of pods, while the weight of 1000 seeds was improved by application of 150 kg ha-1 urea fertilizer.
ANALISIS PERAKITAN DAN DISEMINASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DAERAH Moehar Daniel; Dadan Permana; Riki Warman; Eka Miftakhul Jannah
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 3 (2022): Edisi Oktober
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i3.2256

Abstract

Teknologi merupakan salah satu alat utama yang sangat menentukan dalam proses pembangunan pertanian. Efektifitas teknologi selama ini belum nyata karena pemberlakuan generalisasi dalam penerapannya di lapang. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman telah mengantarkan para ahli untuk menciptakan teknologi yang lebih efektif dan efisien, yaitu harus digunakan secara apesifik pada lokasi, di sini teknologi tersebut diteliti, dikaji dan diadaptasikan. Teknologi ini lebih dikenal dengan “Teknologi Spesifik Lokasi”, yang diciptakan oleh para peneliti dan penyuluh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Proses penelitian dan perakitan serta adaptasi ini harus dilakukan secara intensif, baik teknologi yang berasal dari daerah tempatan maupun teknologi yang berasal dari daerah lain. Ada tiga proses rekayasa yang harus diterapkan dalam proses penciptaannya. Bila rekayasa social, teknis dan ekonomi tersebut dijalankan dengan baik maka teknologi spesifik lokasi yang diciptakan dan diadaptasikan akan memberikan hasil yang maksimal. Kata kunci keberhasilan pengembangan teknologi spesifik lokasi dalam pengembangan Kawasan pertanian adalah  partisipasi petani dan pendampingan.
ANALISIS PERAN KORPORASI PETANI DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN PERTANIAN Eka Miftakhul Jannah; Dadan Permana; Riki Warman; Moehar Daniel
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 3 (2022): Edisi Oktober
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i3.2257

Abstract

Pengembangan Kawasan pertanian berbasis korporasi petani merupakan keputusan pemrintah Indonesia yang ditetapkan melalui Kepmentan No.18 Tahun 2018. Korporasi petani diharapkan akan menjadi penggerak peningkatan produktivitas usaha pertanian dan mampu mewujudkan kesejahteraan petani. Dengan merujuk hasil penelitian dan beberapa referensi terkait dilakukan analisis manfaat dan peran dari korporasi tersebut dalam proses pembangunan Kawasan pertanian. Kata kunci keberhasilan dalam pembangunan dan pemberdayaan korporasi petani terletak di tangan para Pembina dan tenaga ahli sebagai pendamping, minimal sampai korporasi bisa menjalankan usaha dan roda organisasi secara professional dan mandiri. Korporasi petani tidak bisa dilepas begitu saja setelah dibentuk seperti halnya pembentukan kelompok tani dan Lembaga petani lainnya. Pendampingan dan pemberdayaan harus dilakukan intensif sehingga korporasi menemukan wujudnya yang sesuai dan mandiri. Pada saat korporasi sudah stabil dan bisa menjadi sebuah perusahaan milik petani dengan banyak cabang usaha sesuai potensi kawasannya maka petani akan berubah status dari binaan pemerintah menjadi mitra pemerintah.