This article explains the model of social interaction between Nyai (female pesantren leader) and santri (female students) at Pesantren Annuqayah, East Java. Nyai is seen as having the authority to participate in developing education in pesantren. This view has implications for the model of social relationship between Nyai and her students, not only in the learning process but also in their daily life at the pesantren. This research uses qualitative methods through a phenomenological approach. Data were collected through observation, documentation, and in-depth interviews with Nyai and several students at the pesantren of Annuqayah. The results showed that the relationship between Nyai and santri tends to be in patron-client and associative models. These two models of interactions arise naturally as a tradition, as well as a form of application of the teachings they learn in classical books in pesantren. This relationship model aims to shape Islamic personality and teach the students morality and intellect.Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan model interaksi sosial antara Nyai dan santri perempuan di Pesantren Annuqayah, Jawa Timur. Nyai, sebuah sebutan untuk istri pemimpin pesantren di Indonesia, dipandang memiliki otoritas untuk ikut serta mengembangan pendidikan di pesantren. Hal ini berimplikasi pada jenis relasi sosial diantara Nyai dengan murid-muridnya, tidak hanya dalam proses pembelajaran namun juga dalam keseharian mereka di pesantren. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan fenomenologi. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam terhadap Nyai dan beberapa santri di Pesantren Annuqayah Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan Nyai dan santri cenderung bersifat patron-klien dan asosiatif. Kedua jenis interaksi ini terjadi secara alamiah sebagai sebuah tradisi, sekaligus bentuk penerapan dari ajaran-ajaran yang mereka pelajari dalam kitab-kitab klasik di pesantren. Model hubungan ini bertujuan untuk membentuk kepribadian Islami, penanaman moralitas, dan intelektualitas pada diri para santri.