W.K. Faizin Ahzani
Yayasan Abyakta Acitya Bhumi

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Tantangan Pembentukan Identitas Kampung Besek dan Pemberdayaan Perempuan di Desa Tegaren Joko Mijiarto; Wahyuni Wahyuni; Praja Firdaus Nuryananda; W.K. Faizin Ahzani
Khasanah Ilmu - Jurnal Pariwisata Dan Budaya Vol 13, No 1 (2022): Jurnal Khasanah Ilmu - Maret 2022
Publisher : Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.495 KB) | DOI: 10.31294/khi.v13i1.11405

Abstract

Desa Tegaren yang terletak di Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, memiliki potensi tinggi untuk menjadi destinasi pariwisata baru di Jawa Timur. Sebagai salah satu kawasan penyangga wisata daerah kabupaten, Desa Tagaren memiliki kawasan embung yang terletak di dataran tinggi. Kekayaan alam ini semakin memberikan nuansa pariwisata di Tegaren. Potensi lainnya adalah kekayaan budaya masyarakat Tegaren yang mana hampir 95% dari penduduk di Tegaren memiliki pekerjaan sampingan sebagai pengrajin besek bambu. Kebudayaan kerajinan besek bambu ini merupakan warisan dari para sepuh di desa tersebut. Penelitian yang kami lakukan menggunakan pendekatan community based tourism (CBT) dan asset-based community development (ABCD). Penelitian yang kami lakukan di Desa Tegaren berusaha menelaah peran perempuan di Desa Tegaren yang meningkatkan keberdayaannya melalui usaha kerajinan besek bambu. Penelitian ini menggunakan metode observasi partisipatif yang kami lakukan selama kurang lebih dua tahun berjalan. Hasil kajian yang kami kembangkan dari penelitian ini mendapati bahwa keinginan untuk membentuk sebuah konsep desa wisata di Desa Tegaren juga mendapat dukungan dan partisipasi besar dari para penduduk perempuan di desa. Tiga temuan dari penelitian ini adalah terdapat tiga tantangan dalam pembentukan identitas kampung besek berdasarkan peran perempuan di Tegaren, yakni posisi sosio-kultural perempuan yang masih belum memiliki rekognisi sosial di masyarakat, ketimpangan harga beli dan harga jual, serta adanya potensi penurunan minat terhadap kerajinan besek oleh generasi muda.