<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:"@MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
p.MsoTitle, li.MsoTitle, div.MsoTitle
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Title Char";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
text-align:center;
line-height:200%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
span.TitleChar
{mso-style-name:"Title Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:Title;
mso-ansi-font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
Abstrak
Perubahan sosial kemasyarakatan lebih
tampak di perkotaan. Kota
identik dengan kemewahan, industri, keramaian, peluang kerja, dan tempat
merubah nasib. Itulah sebabnya kelompok usia kerja produktif banyak yang
melakukan urbanisasi ke kota untuk mengadu nasib. Fenomena kota sebagai tujuan
urbanisasi melanda semua kota besar. Dampak yang nyata adalah muncul berbagai
penyakit masyarakat di Surabaya yang diakibatkan oleh urbanisasi, seperti gelandangan, pengemis, anak jalanan,
penodongan, penjambretan, perampokan, dan sebagainya. Beberapa orang nyang
memiliki kecakapan bermusik walaupun tidak begitu baik, memilih pekerjaan
mengamen untuk mencari nafkah. Jumlah pengamen di Surabaya pada saat ini
ratusan. Pada akhir-akhir ini pengamen memperjuangkan statusnya sebagai profesi
yang tidak berbeda dengan profesi lain. Sebagai suatu profesi baru, pengamen
dituntut selalu berkarya dan berkreativitas. Adapun bentuk kesenian yang
ditawarkan oleh pengamen dari rumah ke rumah, antara lain: menyanyi,
berkaraoke, jaranan dan reog, mbarang
siter atau mbarang kentrung, dan mbarang ledhek kethek.