Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Ranah-Ranah Kebudayaan di Era Kapitalisme Global Endang Retnowati
Masyarakat Indonesia Vol 36, No 1 (2010): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Kedeputian Bidang Ilmu Sosial dan Kemanusiaan (IPSK-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jmi.v36i1.622

Abstract

Banyak ilmuwan telah berbicara tentang implikasi positf dan negatif modernisasi maupun globalisasi. Jurgen Habermas (1984: 236-239) mengemukakan bahwa modernisasi di Barat lebih banyak berlangsung di ranah kerja, tetapi belum berlangsung di ranah dunia kehidupan (Lebenswelt). Dunia global cepat terwujud berkat proyek modernisasi yang pada dasarnya dimajukan oleh perkembangan ilmu pengetahuan (ilmu pasti dan alam) dan teknologi yang begitu cepat. Sebagaimana digambarkan oleh Anthony Giddens (2000: xii) bahwa dunia yang sekarang kita huni merupakan resultan dari empat gugus institusi, yaitu industrialisasi, kapitalisme, militer dan pengawasan. Salah satu implikasinya adalah terdesaknya dunia kehidupan dengan nilai-nilainya oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi beserta produk-produknya yang sangat bermanfaat bagi manusia (misalnya alat kedokteran), dan juga oleh kultur politik, seperti disinggung dalam buku Ranah-Ranah Kebudayaan yang ditulis oleh Mudji Sutrisno. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan jumlah produknya, kemudian teknologi baru tercipta lagi dari kemajuan ilmu pengetahuan, begitu 222 | Masyarakat Indonesiaseterusnya, sehingga semakin lama semakin banyak produk dihasilkan, dan masyarakat sebagai sasaran perusahaan dalam mencapai untung dan mengakumulasi modal. Produk yang melimpah (mobil mewah, handphone canggih, perabotan dapur canggih, dan sebagainya) tentu akan mempermudah hidup manusia sehingga konsumen akan selalu ingin membeli produk baru.