Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MERUNUT KIAT AL-QUR AN DAN AL-HADIS TENTANG CARA HIDUP SEHAT: MODUL BAGI PARA KONSELOR MUSLIM M. Fajrul Munawir
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam Vol 9, No 1 (2012): Juni
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.959 KB) | DOI: 10.14421/hisbah.2012.091-08

Abstract

Al-Qur an dan al-Hadis adalah kitab suci umat Islam yang berisi di dalamnya petunjuk hidup umat Islam. Salah satu petunjuknya adalah tuntunan menjalani hidup secara sehat baik fisik maupun psikis. Tetapi petunjuk tersebut saat ini seolah terabaikan dan terpinggirkan di mata umat Islam. Deskripsi tentang ayat-ayat dan Hadis-hadis tentang bagaimana menghadapi dan menyelesaikan soal kesehatan fisik dan psikis dalam paparan ini memberikan rangsangan kembali kepada umat Islam untuk kembali ke rumah besarnya yaitu al -Qur an dan al-Hadis sekaligus memberikan tugas khusus bagi para konselor muslim untuk ikut mempopulerkan kembali khazanah umat Islam yang selama ini terdiam dan terpendam di dalam tumpukan almari dan rak perpustakaan.
RELEVANSI PEMIKIRAN SAYYID QUTB TENTANG TAFSIR JAHILIYAH BAGI DAKWAH DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM KONTEMPORER M. Fajrul Munawir
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 12, No 1 (2011)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.689 KB)

Abstract

Term jahiliyah dalam Al-Qur’an menempati posisi sentral dalam bingkai keberagamaan al-Qur’an (Islam) di samping term penting lainnya seperti kufr, hilm, sabar, islam. Tulisan ini menginformasikan bahwa proses penafsiran jahiliyah yang dilakukan Sayyid Qutb dilalui dua periode dan situasi, yaitu sebelum di penjara dan saat di penjara. Dua situasi tersebut berpengaruh pada hasil penafsiran tentang jahiliyah meskipun tidak signifikan. Sedangkan yang terkait dengan karakteristik jahiliyah, maka hal itu terbagi menjadi tiga, pertama, jahiliyah dalam pengertian kebodohan yang menggejala pada semua orang, kedua, jahiliyah yang mendarah daging yang susah dihilangkan, dan ketiga, jahiliyah yang kadarnya rendah sehingga mudah dihilangkan. Pandangan yang menonjol yang dikedepankan oleh Sayyid Qutb terhadap isu dan kasus serta term jahiliyah ini, selain deskripsi di atas, terdapat tiga hal yang merupakan suatu penemuan dan kontribusi keilmuan yang dihasilkan dari studi ini. Pertama, perspektifnya tentang sejarah dan pribadi Rasulullah yang a historis dan tak tersentuh oleh noda dan salah walaupun bersifat sementara. Sehingga ‘memaksa’ Qutb untuk mengalihkan tafsir jahiliyah yang seharusnya dikenakan kepada Rasulullah, justru dikenakan kepada para budak muslim yang dalam konteks ayat justru yang harus diberi penghormatan karena ketaqwaannya. Kedua, Qutb memberikan pandangan yang menegaskan tentang term jahiliyah yang tidak mengenal dimensi ruang dan waktu. Penegasan ini sekaligus memberikan sanggahan terhadap pendapat sebelumnya yang mengatakan bahwa jahiliyah itu hanya terbatas dan terjadi pada masyarakat Arab pra-Islam atau terjadi dan dikenakan kepada komunitas non muslim seperti yang dinyatakan Abu al-A’la al-Mawdudi. Ketiga, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pandangan Qutb tentang jahiliyah dalam kasus-kasus tertentu sangat mencerminkan pandangan yang normatif-tekstualis yang oleh sebagian kalangan dimasukkan dalam model penafsiran yang radikal. (kasus tafsir QS. Al-Ahzab 33:33 tentang perempuan yang marginal dan subordinat dalam perspektif kritik para feminis terhadap beberapa tafsir).
Studi Living Qur’an: Tradisi Semaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghafilin Jumat Kliwon pada Majelis Moloekatan Gus Miek di Desa Banjarsari, Bandarkedungmulyo, Jombang Riza Nur laili; M. Fajrul Munawir
Tebuireng: Journal of Islamic Studies and Society Vol. 5 No. 2 (2024): Tebuireng: Journal of Islamic Studies and Society
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Hasyim Asy'ari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33752/tjiss.v5i2.8510

Abstract

This research was conducted based This research was conducted based on the author's interest in the phenomenon of semaan al-Qur'an and dzikrul ghafilin Friday kliwon at Gus Miek's moloekatan assembly, in Banjarsari Village, Bandarkedungmulyo, Jombang. The activities that have been carried out in recent years, appear to bring changes to the people of Banjarsari Village in particular, both in terms of economy, health, and religiously the community tends to increase. This research aims to find out how the implementation process and the meaning in accordance with the expression of the congregation in this tradition. This research uses emic ethnography method through Living Qur'an research with qualitative research type, the author also uses sociology of knowledge theory offered by Karl Mannheim. Data collection techniques, namely going directly to the field to make observations, interviews, and documentation. The results of this study are divided into two: First, it is held after the Fajr congregation until it is completed at night. The Qur'an is recited by the huffadz and listened to by the amaah. After khatam, continue mauidzoh hasanah by religious leaders, practice dzikrul ghafilin led by Gus thuba (Gus Miek's grandson), and closing prayer. Second, there are three meanings of tradition: objective meaning, improving friendship, the quality of worship, honoring the Prophet Muhammad saw, and the struggle of the leader of the village. Expressive meaning, seeking tranquility, filling leisure time, obtaining blessings. Documentary meaning, creating harmony, helping the seller's economy, also forming physical and spiritual health in each person.
Studi Living Qur’an: Tradisi Semaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghafilin Jumat Kliwon pada Majelis Moloekatan Gus Miek di Desa Banjarsari, Bandarkedungmulyo, Jombang Riza Nur laili; M. Fajrul Munawir
Tebuireng: Journal of Islamic Studies and Society Vol. 5 No. 2 (2024): Tebuireng: Journal of Islamic Studies and Society
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Hasyim Asy'ari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33752/tjiss.v5i2.8510

Abstract

This research was conducted based This research was conducted based on the author's interest in the phenomenon of semaan al-Qur'an and dzikrul ghafilin Friday kliwon at Gus Miek's moloekatan assembly, in Banjarsari Village, Bandarkedungmulyo, Jombang. The activities that have been carried out in recent years, appear to bring changes to the people of Banjarsari Village in particular, both in terms of economy, health, and religiously the community tends to increase. This research aims to find out how the implementation process and the meaning in accordance with the expression of the congregation in this tradition. This research uses emic ethnography method through Living Qur'an research with qualitative research type, the author also uses sociology of knowledge theory offered by Karl Mannheim. Data collection techniques, namely going directly to the field to make observations, interviews, and documentation. The results of this study are divided into two: First, it is held after the Fajr congregation until it is completed at night. The Qur'an is recited by the huffadz and listened to by the amaah. After khatam, continue mauidzoh hasanah by religious leaders, practice dzikrul ghafilin led by Gus thuba (Gus Miek's grandson), and closing prayer. Second, there are three meanings of tradition: objective meaning, improving friendship, the quality of worship, honoring the Prophet Muhammad saw, and the struggle of the leader of the village. Expressive meaning, seeking tranquility, filling leisure time, obtaining blessings. Documentary meaning, creating harmony, helping the seller's economy, also forming physical and spiritual health in each person.