M. Fadhlan S. Intan
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

STRUKTUR GEOLOGI KAWASAN HUU DALAM KAITANNYA DENGAN PEMILIHAN LOKASI SITUS MEGALITIK M. Fadhlan S. Intan
WalennaE Vol 14 No 1 (2016)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4764.382 KB) | DOI: 10.24832/wln.v14i1.36

Abstract

Lokasi penelitian berada di Kawasan Huu, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana kondisi geologi Kawasan Huu, dengan tujuan untukmengetahui kondisi lingkungan geologi, dan lebih khusus adalah pengaruh struktur geologiterhadappemilihan lokasi situs megalitik yang berada di Kawasan Huu dan sekitarnya, serta metode yangdigunakan adalah survei, analisis, dan interpretasi peta. Kegiatan tektonik di Kawasan Huu menghasilkanstruktur geologi, yang mempengaruhi pembentukan bentang alam, hidrologi, dan mineralisasi.Berdasarkan integrasi struktur geologi terhadap situs di Kawasan Huu, maka dihasilkan data mengenaipemilihan lokasi situs megalitik yang terletak pada bagian yang turun dari suatu sesar normal.
ARTEFAK BATU DARI SITUS BULU BAKUNG, MALLAWA: JEJAK TEKNOLOGI ALAT BATU M. Fadhlan S. Intan
WalennaE Vol 1 No 2 (1998)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2267.141 KB) | DOI: 10.24832/wln.v1i2.47

Abstract

Penelitian ini membahas tentang artefak batu di situs Bulu Bakung, dengan fokus utama untuk mengetahui lokasi sumber bahan baku dari artefak litik di Situs Bulu Bakung Kecamatan  Mallawa Kabupaten Maros. Dengan melakukan survei permukaan berhasil dikumpulkan beberapa jenis temuan artefak litik seperti, batu inti, alat – alat serpih, bilah , kapak batu tanpa asah, batu bulat. Berdasarkan hasil analisis patrologi yg dilakukan diketahui bahwa sumber bahan baku artefak litik situs Bulu Bakung berasal dari lingkungan di sekitar Bulu Bakung.
PERSPEKTIF GEOLOGI RUANG-RUANG DI KOMPLEKS SITUS GUA MAROS M. Fadhlan S. Intan
WalennaE Vol 4 No 2 (2001)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3482.864 KB) | DOI: 10.24832/wln.v4i2.130

Abstract

Cave was the medium for prehistorically human to sheltered and to avoided from the difficulties, which were caused by the nature. The establishment of the caves in Maros limestone area was started since the carbonate was sedimentatedin submarine. Based on the geological structure, Maros limestone cave is di­vided into two, i.e. tightpole (kekar tiang) cave and tightpage (kekar lembaran) cave with its own room characteristics. The geological structure of the cave room is very influence the conservation of the archaeo­logical inheritance and the amount of the cave that-present can be shown.
ANALISIS TEKNOLOGI LABORATORIS GERABAH SITUS GUAN RAMMANG-RAMMANG, MAROS, SULAWESI SELATAN M. Fadhlan S. Intan
WalennaE Vol 5 No 1 (2002)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2353.081 KB) | DOI: 10.24832/wln.v5i1.143

Abstract

Penelitian yang dilakukan berfokus pada gerabah, dimana gerabah merupakan tinggalan yang cukup memegang peranan penting dalam kehidupan. Sampel gerabah yang akan diteliti berasal dari situs gua rammang-rammang, maros. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan uraian mendalamlam campuran bahan gerabah. Metode yang digunakan menggunakan analisis laboratoris, analisis teknologi melalui fisik dan kimia. Hasil yang diperoleh bahwa kenampakan  warna gerabah disebabkan adanya mineral piroksen pada bahan baku. Bahan baku utama dan bahan tambahan berasal dari jenis lanau pasiran. Berdasarkan kandungan mineral dan non mineral, maka baik bahan baku dan bahan tambahan berasal dari satu lokasi yang sama.
KARAKTER TEKNOLOGI LITIK HOMO ERECTUS PROGRESIF BERDASARKAN HIMPUNAN ARTEFAK DARI SITUS MATAR, BOJONEGORO M. Ruly Fauzi; M. Fadhlan S. Intan; Truman Simanjuntak
KALPATARU Vol. 24 No. 1 (2015)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The 20 meter-high Solo terrace claimed to be Upper-Pleistocene deposit has often been discussed since the discovery of 14 Homo erectus specimens with numerous artifacts in Ngandong on 1931-1933. Nevertheless, the artifacts that have been baptized as implements of progressive Homo erectus is rarely discussed, especially the character of their technology, which remains unclear. Matar, a new site situated on the eastern banks of Solo River with similar lithology and position to those of Ngandong, provides new data related to lithic artifacts. Analysis on lithic assemblage from Matar locality was aimed at characterizing morphology and technology of the implements of progressive Homo erectus. Specified analysis consisting of typology and measurements of flake artifacts successfully shows its specific characteristics. Measurements on flakes show débitage products that tend to be rectangular and slightly elongated. In general, the lithic assemblage from Matar shows the presence of flakes together with massive tools such as bola, spheroidal, polyhedrons, and chopper-chopping tools. The presence Oldowanian massive tools might indicate their exceptional utility that could not be replaced by flakes in progressive Homo erectus culture. Teras 20 meter Bengawan Solo yang diklaim berumur Pleistosen Atas seringkali dibahas sejak penemuan 14 spesimen Homo erectus beserta sejumlah artefak di Ngandong pada tahun 1931-1933. Namun demikian, artefak batu yang dianggap sebagai peralatan Homo erectus progresif tersebut jarang sekali dibahas secara khusus, sehingga karakter teknologi mereka masih belum jelas statusnya. Situs Matar di tepi timur Bengawan Solo dengan litologi dan posisi yang mirip dengan Ngandong memberikan data baru terkait artefak litik dengan taksiran umur yang sama. Analisis terhadap himpunan artefak litik Situs Matar bertujuan untuk mengetahui karakter bentuk dan teknologi artefak litik Homo erectus progresif. Analisis khusus berupa tinjauan tipologi dan dimensi artefak serpih menunjukkan ciri khusus. Pengukuran serpih menunjukkan produk débitage yang cenderung rektangular dan sedikit memanjang. Secara umum, himpunan artefak litik dari Matar menunjukkan kehadiran alat serpih bersama dengan artefak masif seperti bola, spheroidal, polihedron, serta kapak perimbas-penetak. Kehadiran alat masif bercirikan Oldowanian tersebut menunjukkan fungsi alat yang sepertinya tidak tergantikan oleh artefak serpih di dalam budaya Homo erectus progresif.
ANALISIS TEKNOLOGI LABORATORIS TEMBIKAR DARI SITUS-SITUS DAS BENGAWAN SOLO, KABUPATEN BOJONEGORO, PROVINSI JAWA TIMUR M. Fadhlan S. Intan
KALPATARU Vol. 24 No. 1 (2015)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pottery, which is made of fired clay, is the most frequently found cultural remains during archaeological researches. Technological Laboratory Analysis on pottery from sites along the Bengawan Solo (Solo River) in Bojonegoro aims at obtaining accurate results about the nature of the physical and chemical properties. Through the technological laboratory analysis can be described the quality of pottery made by craftsmen in the past. Based on the results of the analysis, pottery from the sites along the Bengawan Solo, Bojonegoro Regency, have moderate up to good qualities. The pottery belongs to a category of daily equipment that serves to store water, cook food and to serve food and drink. The rate of heat during firing was up to 600°-800° Celsius, and the color of pottery is predominantly dark colors (black colors) with only a few light colors (bright colors). The difference in the percentage of each chemical element in the pottery is due to the durability of the minerals to weathering. Tembikar merupakan salah satu sisa benda budaya yang paling sering ditemukan dalam penelitian arkeologi, yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Analisis teknologi laboratoris tembikar dari situs-situs di DAS Bengawan Solo Bojonegoro, bertujuan untuk memperoleh hasil yang akurat tentang sifat fisik dan sifat kimia. Melalui kajian analisis teknologi laboratoris dapat digambarkan kualitas tembikar yang dibuat oleh para pengrajin pada masa lampau. Berdasarkan hasil analisis teknologi laboratoris tembikar dari situs-situs DAS Bengawan Solo, Bojonegoro mempunyai kualitas sedang hingga kualitas baik. Tembikar-tembikar tersebut termasuk dalam kategori peralatan sehari-hari yang berfungsi untuk menampung air, mengolah makanan dan untuk penyajian makanan serta minuman. Tingkat pembakarannya mencapai 600°-800° Celcius, dan warna tembikar didominasi warna gelap (dark colors) dibanding dengan warna terang (light colors). Adanya perbedaan prosentase dari setiap unsur kimia pada tembikar tersebut, tidak terlepas dari daya tahan mineral terhadap pelapukan.
EKSPLORASI GEOARKEOLOGI PULAU SABU: SALAH SATU PULAU TERDEPAN DI NUSA TENGGARA TIMUR M. Fadhlan S. Intan
KALPATARU Vol. 25 No. 2 (2016)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Savu island with its cluster islands including Sabu Raijua Regency is located in the south of Republic of Indonesia. Researches conducted in East Nusa Tenggara began in 1950s by Th. Verhoeven in Flores and Timor islands. Next research was by National Research Center of Archaeology in Flores, Timor and Sumba (1970), in Atambua and Savu (1980), and in Savu (2010). The researches in Savu so far were focused more on archeology and ethnography, while geological aspect has not been done yet. This article will try to explain about geological condition in Savu island in general.The purpose and goal of the research is to determine the geological condition Savu in detail, including landscape, rock composition, and geological structure. The method used, is the survey. The results shows that Savu consists of plain morphological unit and feeble wave morphological unit with altitude 0-350 meters above sea level. Rock composition consists of marl, tufa, limestone, alluvial, and passed by normal fault. Archaeological data in Savu island are in form of paleolithic, megalithic, indigenous villages, and caves. Pulau Sabu dengan gugusan pulaunya termasuk Kabupaten Sabu Raijua, terletak di selatan Negara Republik Indonesia. Penelitian di Nusa Tenggara Timur berawal oleh Th. Verhoeven tahun 1950an di Pulau Flores dan Timor. Selanjutnya Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun 1970 di Flores, Timor, dan Sumba, tahun 1980 di Atambua dan Pulau Sabu, serta tahun 2010 di Pulau Sabu. Penelitian yang telah dilaksanakan di Pulau Sabu selama ini, lebih banyak terfokus pada arkeologi, dan etnografi, sedangkan penelitian yang bersifat geologi belum pernah dilaksanakan. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan penelitian di Pulau Sabu adalah bagaimana kondisi geologi di daerah tersebut, terkait dengan keberadaan situs arkeologi. Maksud dan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kondisi geologi Pulau Sabu secara detil yang meliputi bentang alam, batuan penyusun, dan struktur geologi. Metode yang digunakan, adalah survei. Hasil penelitian di Pulau Sabu terdiri dari satuan morfologi dataran, dan satuan morfologi bergelombang lemah, dengan ketinggian adalah 0-350 meter diatas permukaan air laut. Batuan penyusun adalah napal, tufa, batugamping, dan aluvial, serta dilalui Sesar Normal. Kepurbakalaan di Pulau Sabu berupa paleolitik, megalitik, perkampungan adat, dan gua.
SITUS PALEOLITIK DAS KIKIM, KABUPATEN LAHAT, PROVINSI SUMATERA SELATAN: KAJIAN GEOLOGI M. Fadhlan S. Intan
KALPATARU Vol. 26 No. 2 (2017)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lahat is one of the districts within the province of South Sumatra, the site of research, saving many cultural remains, one of them from the paleolithic period, which for so long received no attention from environmental researchers. This is the basis of the main problems that cover geology in general. Therefore, the purpose of this study is to conduct surface geology mapping in general as an effort to present geological information, while the aim is to know the geomorphological aspects, stratigraphy, geological structures associated with existence in paleolithic sites of research area. The research method begins with literature review, survey, analysis, and interpretation of field data. Environmental observations provide information about the landscape consisting of terrestrial morphology units, weak corrugated morphology units, and strong corrugated morphology units. The rivers are in the Old River, the Adult River, and Periodic /Permanent River. The constituent rocks are Gumai Formation, Benakat Air Formation, Muara Enim Formation, Kasai Formation, and alluvial. The geological structure is a strike slip fault that flows northeast-southeast. The study was conducted on the Kikim River, Lingsing River, and Pangi River, which stretches from east to west with direction from south to north. Exploration in the Kikim Basin, Lahat District has managed to find 30 paleolithic sites. Lahat merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Sumatra Selatan yang menjadi lokasi penelitian, menyimpan banyak tinggalan budaya, salah satunya dari masa paleolitik, yang sekian lama tak mendapat perhatian dari para peneliti lingkungan. Hal inilah yang dijadikan dasar permasalahan utama yang mencakup geologi secara umum. Oleh sebab itu, maksud penelitian ini dalah untuk melakukan pemetaan geologi permukaan secara umum sebagai salah satu upaya untuk menyajikan informasi geologi, sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui aspek-aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi yang dikaitkan dengan keberadaan di situs-situs paleolitik wilayah penelitian. Metode penelitian diawali dengan kajian pustaka, survei, analisis, dan interpretasi data lapangan. Pengamatan lingkungan memberikan informasi tentang bentang alamnya yang terdiri dari satuan morfologi dataran, satuan morfologi bergelombang lemah, dan satuan morfologi bergelombang kuat. Sungainya berstadia Sungai Tua, Sungai Dewasa-Tua, dan Sungai Periodik/Permanen. Batuan penyusun adalah Formasi Gumai, Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim, Formasi Kasai, dan aluvial. Struktur geologi berupa patahan geser yang berarah timur laut-tenggara. Penelitian dilaksanakan di Sungai Kikim, Sungai Lingsing, dan Sungai Pangi, yang membentang dari timur ke barat dengan arah aliran dari selatan ke utara. Eksplorasi di DAS Kikim, Kabupaten Lahat telah berhasil menemukan 30 situs paleolitik.