Hartono Hartono
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pendugaan Potensi Cadangan Karbon Hutan di Atas Permukaan pada Ekosistem Mangrove Berbasis Synthetic Aperture Radar L-BAND Yudi Fatwa Hudaya; Hartono Hartono; Sigit Heru Murti
Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4383.296 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13080

Abstract

ABSTRAK Kebijakan pemerintah untuk menurunkan tingkat emisi GRK (Gas Rumah Kaca) dari sektor kehutanan membutuhkan sistem pendugaan kandungan karbon hutan untuk cakupan wilayah geografis yang luas dan waktu pengukuran yang cepat. Salah satu alternatifnya melalui pemanfaatan citra satelit synthetic aperture radar (SAR). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan sensitivitas gelombang-L dari citra ALOS PALSAR terhadap nilai kandungan karbon di atas permukaan pada hutan mangrove. Penelitian dilakukan pada kawasan hutan mangrove, di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Metode penyusunan model dilakukan berdasarkan analisis quantitatif menggunakan persamaan regresi, dengan cara mengkorelasikan nilai backscatter yang diekstrak dari citra ALOS PALSAR Res.50m pada polarisasi HH dan HV dengan nilai kandungan biomassa aktual hasil pengukuran lapangan berbasis plot alometrik. Model penduga yang dihasilkan kemudian digunakan untuk menghitung jumlah cadangan karbon dan sebarannya secara geografis.  Ditemukan hubungan yang kuat dengan koefisien determinasi (R2) mencapai 62% pada polarisasi HH dengan bentuk persamaan Y=1647e0,358BS_HH dan, 98,6% pada polarisasi HV dengan bentuk persamaan Y = 6,828BS_HV2 + 279,4BS_HV + 2870; Berdasarkan model persamaan tersebut dihasilkan dua buah peta kelas kerapatan karbon model-1 (HH) dan model-2 (HV).  Kandungan biomassa di atas permukaan (Aboveground biomass-AGB) pada hutan mangrove di Kabupaten  Kubu Raya diketahui sebesar 178,43 Mg/ha; sedangkan potensi karbon di atas permukaan (aboveground biomass carbon) diketahui sebesar 5.334.454,9 Mg (Megagram) atau 5,3 Mt (Megaton) karbon, dan kemampuan dalam menyerap karbondioksida (CO2) adalah sebesar 19,451 Mt (Megaton) CO2 equivalent. Sensitivitas gelombang-L citra ALOS PALSAR terhadap objek yang diamati diperkirakan akan menurun pada saat karbon aktual tertinggi di lapangan mencapai 335,15 Mg ha-1. Dalam konteks mitigasi perubahan iklim, hutan mangrove di Kubu Raya dengan luas 71.069,21 Ha apabila dipertahankan keberadaannya maka akan berkontribusi mengurangi tingkat emisi GRK dari sektor kehutanan sebesar 0,76 %.  ABSTRACT The government policy to reduce the GHG (Green House Gas) emision from forestry sector, the need for sufficient forest carbon stock measurement system which encompass a faster measurement and covering broader geographic area to estimate the potential of forest carbon stock is now growing, one of which is the use of synthetic aperture radar (SAR) in radar remote sensing systems. The objectives of this study are to demonstrate the strong relationship between the L-band backscatter of ALOS PALSAR and the aboveground carbon stock in mangrove forest; and its sensitivity level. The information resulted from this study can be useful in reducing strategies of GHG (Green House Gases) emision, due to the climate change mitigation efforts in Indonesia. The study site was located at the area of mangrove forest, in Kubu Raya regency, West Kalimantan. The estimation models for aboveground biomass carbon stock was obtained from a quantitative analysis using regression method; i.e. by correlating the values of ALOS PALSAR 50m Res. backscatters at HH and HV polarization with the actual biomass total amount resulted from field -based allometric plots measurements. The estimation models were subsequently use for forest carbon stocks quantification in mangroves, and its distribution geographically. Strong relationship was found with coefficient of determination (R2) 62 % on HH polarization based on the equation model of Y=1647e0,358BS_HH  and , 98.6 % on HV polarization based on the equation model of Y = 6,828BS_HV2 + 279,4BS_HV + 2870; two models of carbon density classification maps i.e. model-1 (HH) and model-2 (HV) are also resulted from the two equation models. The quantity of AGB (aboveground biomass) of  mangrove forest in Kubu Raya district found as 178.43 Mg/ ha, while the aboveground biomass carbon is 5,334,454.9 Mg (Mega grams) or 5,3 Mt (Mega tons) of carbon, and the capacity of carbon dioxide (CO2) sequestration is 19.451 Mt (megatons) CO2 equivalent. The Sensitivity of L-band of ALOS PALSAR illumination on the object was expected to reach its saturation point when the highest total amount of actual carbon stock at field achieved the 335,15 Mg ha-1. In the context of climate change mitigation, the 71,069.21 ha area of mangrove forests in Kubu Raya if it remain save and be avoided from further deforestation and forest degradation, it will contribute to reduce the rate of GHG emissions from forestry sector by 0.76 %. 
Analisis Potensi Habitat dan Koridor Harimau Sumatera di Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau Oki Hadian Hadadi; Hartono Hartono; Eko Haryono
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1425.834 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13097

Abstract

ABSTRAK Pulau Sumatera adalah surga bagi keanekaragaman hayati, tapi surga ini sedang terancam oleh berbagai tekanan dari aktivitas manusia dari konversi hutan, pembukaan lahan yang tidak terkendali untuk perkebunan, perambahan dan perburuan liar. Saat ini, hutan alam di Sumatera berada di bawah tekanan kuat yang mempengaruhi pada kondisi ekosistem dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Situasi yang sama juga terjadi di pulau besar lainnya di Indonesia, yaitu Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan Jawa. Penelitian ini dilakukan dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Teknologi Penginderaan Jauh digunakan untuk mengidentifikasi tutupan lahan dan bentang alam berdasarkan genesis. Sementara teknologi GIS digunakan untuk menilai kesesuaian habitat harimau sumatera dan untuk menentukan potensi daerah untuk pengembangan koridor habitat untuk mempertahankan konektivitas antara dua blok hutan dipisahkan oleh jalan di daerah. Lokasi penelitian adalah Bukit Batabuh Hutan Lindung. Hasil penelitian menegaskan bahwa daerah penelitian ini cocok untuk mempertimbangkan sebagai habitat Harimau Sumatera, tetapi berfungsi sebagai habitat koridor saja dan tidak dianggap sebagai habitat inti, karena wilayahnya yang hanya mampu menampung kurang dari dua harimau. Namun demikian, mengingat lokasi strategis daerah ini sebagai hubungan antara dua kawasan lindung yaitu Rimbang Baling dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, wilayah ini sangat penting untuk dilindungi. Degradasi kesesuaian habitat terjadi pada kisaran 2002 - 2013 dengan indikasi pengurangan kawasan hutan alam yang berdampak langsung pada kondisi ekosistem di daerah. Keberadaan jalan memisahkan blok hutan Bukit Batabuh di daerah memberikan kontribusi yang terhadap tekanan tinggi kerusakan lingkungan. Lokasi potensial untuk membangun koridor habitat adalah lokasi di mana masih ada tutupan vegetasi yang relatif padat. Hutan alam di sepanjang jalan yang memisahkan hutan Bukit Batabuh telah hilang, namun tetapi pohon karet di daerah dapat digunakan sebagai daerah vegetasi karena struktur kanopi mirip dengan pohon di hutan alam. Lokasi dekat dengan jembatan juga menjadi pertimbangan yang baik karena dapat berpotensi digunakan oleh hewan untuk lewat. ABSTRACT Sumatera Island is a paradise of biodiversity, but it is being threatened by pressure human activity in forest conversion, clearing of land for plantations, encroachment and poaching. Recently, the natural forests in Sumatera are under pressure affecting in ecosystem conditions and biodiversity in it. That same situation is also occured in other major island, namely Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, and Java. This research was conducted by Remote Sensing and Geographic Information Systems. Remote Sensing Technology is used for indentifiying  landcover and landscape based on genesis. While GIS technology is used to assess the suitability of Sumatran tiger habitat and to determine a potential areas for development of habitat corridors to maintain connectivity between two forest blocks which separated by road in that area. The research location is Forest Preserve Batabuh Hill. The results have confirmed that the area is suitable for consideration as tiger habitat, but it has function for habitat corridors only and not regarded as a core habitat, because this area be able to accomodate fewer than two tigers. However, considering the location of strategic area as relationship between two protected areas that Rimbang Baling and Bukit Tigapuluh National Park, it has very important to be protected. Degradation of habitat suitability was occured of 2002 - 2013 with indication of reduction in natural forest areas that directly impact on ecosystem condition in the area. The existence of separate forest blocks Batabuh Hill in roads is giving contributed on  high pressure environmental damage. The potential area to establish habitat corridors is located in area with covered of relatively dense vegetation. Natural forests in along road is separating Forest Hill  Batabuh already lost, but the rubber trees in that area can be used as vegetation area because canopy structure similar a tree in natural forests. The location which near in bridge is also into consideration because could be potential for animals to pass.