Tukiran Tukiran
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

DINAMIKA KEMISKINAN DI JAWA-MADURA MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2002-2007 Ade Ermasari; Sukamdi Sukamdi; Tukiran Tukiran
Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.733 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13324

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pada variasi dan pengembangan kemiskinan (angka kemiskinan) di Jawa-Madura berbasis pada kabupaten / kota tahun 2002 hingga 2007, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menjelaskan perubahan kemiskinan. Penelitian ini makro, dengan skala analisis adalah pulau Jawa-Madura secara keseluruhan.  Metode penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder. Sumber data utama diambil dari Data Dan Informasi Kemiskinan, Tahun 2002 2005/2006, dan 2007  Buku 2: Kabupaten / Kota diterbitkan oleh BPS. Analisis data dalam penelitian ini adalah berbagai seperti tabulasi silang, Chi Square, grafik, peta, dan analisis regresi linier ganda disediakan oleh analisis kuadran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kabupaten / kota di Jawa-Madura dari tahun 2002 hingga 2007 tingkat kemiskinan berfluktuasi terutama di pusat dan timur Jawa. Selain itu, ada perbedaan nyata antara tingkat kemiskinan di kabupaten dan kotamadya. Kabupaten cenderung dominan dalam kemiskinan kelas menengah dan kotamadya yang dominan dalam kemiskinan kelas rendah. Walaupun PDRB per kapita secara signifikan faktor berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Jawa-Madura khususnya di kabupaten tahun 2002-2007, mempengaruhi relatif tidak signifikan (R2 selalu di bawah 20 persen). Faktor yang paling berpengaruh adalah persentase orang yang bekerja di sektor informal dengan nilai R2 yang selalu di atas 40 persen pada tahun 2002-2007. Untuk alasan bahwa tingkat pengangguran masalah di Jawa-Madura cukup tinggi, faktor tenaga kerja lebih berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Jawa-Madura pada tahun 2002-2007 (R2 selalu di atas 35 persen) dibandingkan faktor-faktor sosio-ekonomi lainnya , terutama di kabupaten. Sementara itu di kota, faktor ekonomi secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan pada tahun 2007 saja dan memiliki pengaruh yang paling dalam periode 2005 sampai dengan 2007 (nilai R2 adalah sebesar 7,5 Dan 11,6 persen).  Implikasi kebijakan yang dapat diambil adalah memiliki program program penanganan kemiskinan di Jawa-Madura yang lebih dari tenaga kerja dan bidang ekonomi, terutama dalam mengatasi masalah pengangguran. Selain itu, juga perlu ada peningkatan anggaran untuk pendidikan, kesehatan, dan tenaga kerja karena persentase pengeluaran pembangunan di tiga bidang ini masih tidak signifikan.  ABSTRACT The research is aimed at obtaining a description on the variation and the development of poverty (the poverty rate) in Java-Madura based on regencies/municipalities year 2002 to 2007, and to find out the factors that may explain the change of the poverty. The research is macro, with the analysis scale is the entire Java-Madura island. The research method used is secondary data analysis. The main data source is taken from Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2002, 2005/2006, and 2007 Buku 2: Kabupaten/Kota published by BPS. The data analysis in the research is various such as cross tabulations, Chi Square, graphics, maps, linier and double regression analysis provided by quadrant analysis. The result of the research shows that the majority of regencies/municipalities in Java-Madura from year 2002 to 2007 has the fluctuated poverty rate especially in the central and the east of Java. Besides, there is a tangible difference between the poverty rate in regencies and in municipalities. Regencies tend to be dominant in the middle class poverty and municipalities are dominant in the low class poverty. Although GDRP per capita is significantly the influential factor to the poverty rate in Java-Madura especially in regencies year 2002-2007, the influence is relatively insignificant (R2  is always below 20 percent). The most influential factor is the percentage of people working in the informal sector with the R2  value is always above 40 percent in year 2002-2007. For the reason that the unemployment rate problem in Java-Madura is quite high, the manpower factor is more influential to the poverty rate in Java-Madura in year 2002-2007 (R2 is always above 35 percent) than the other socio-economic factors, especially in regencies. Meanwhile in municipalities, the economic factor significantly influences to the poverty rate in 2007 only and has the most influence in the period of 2005 to 2007 (R2 value are 7.5 dan 11.6 percent). The  implication  of  the  policy  that  can  be  taken  is  having  programs  on poverty handling in Java-Madura which is more of manpower and economic field, especially  in  coping  with  unemployment  problem.  Aside  from  that,  it  is also necessary to have the budget increase on education, health, and manpower because the percentage on developmental expenditure in the three fields is still insignificant.
Penyesuaian Diri Penghuni Rumah Susun terhadap Lingkungan Tempat Tinggal Ernawati Purwaningsih; Tukiran Tukiran; Sri Rum Giyarsih
Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.017 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13397

Abstract

ABSTRAK Permasalahan permukiman terutama di kota-kota di Indonesia semakin kompleks. Kebutuhan perumahan yang tinggi tidak diimbangi ketersediaan lahan yang cukup. Sebagian alternatif pemecahannya dengan dibangunnya rumah susun. Penelitian ini bertujuan : mengetahui cara penghuni untuk mendapatkan hunian rumah susun;  mengetahui dan menganalisis penyesuaian diri penghuni rumah susun terhadap lingkungan tempat tinggal; dan mengetahui dan menganalisis motivasi penghuni untuk memperoleh tempat tinggal setelah selesai jangka waktu tinggal di rumah susun. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan gabungan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghuni yang sejak awal menghuni menyatakan mudah mendapatkan hunian di rumah susun. Hal ini tidak lepas dari peran Tim Penyeleksi yang sebagian berasal dari warga setempat. Bentuk penyesuaian diri yang terdapat di hunian rumah susun Cokrodirjan adalah adaptasi by adjustment dan reaction. Adaptasi by adjustment yang terjadi yaitu; tidak membuat sekat ruangan, menjemur pakaian di tempat yang tersedia, dan minum air dari sumber yang telah tersedia. Adaptasi by reaction yang terjadi adalah; membuat sekat ruangan, menjemur pakaian di teras rumah, mengambil air minum dari sumur tetangga di luar lingkungan rumah susun, memelihara ayam di tempat parkir, dan meletakkan sepeda di dekat ruang hunian. Motivasi sebagian besar penghuni rumah susun untuk pindah sangat rendah karena ketidakmampuan secara finansial. Hal ini ditunjukkan, bahwa dari seluruh penghuni hanya 20 orang atau 33,9% mampu menabung, dan hanya 8 orang dari penghuni yang mampu menabung menyatakan siap pindah. Disamping hal tersebut di atas,  faktor letak strategis, harga sewa yang murah dan fasilitas cukup memadai semakin menguatkan penghuni tidak mau pindah. ABSTRACT Residential problems, especially in cities of Indonesia, are more complex. High house needs are not balanced by sufficient land availability. Some alternatives to solution are to build flats.This research aimed at: understanding ways occupants obtained flats; understanding and analyzing self-adaptation of flat occupants to flat environment; and  understanding and analyzing motivation of occupants to obtain flats after their flat tenancy period expired. This research used combined method of qualitative and quantitative description approaches. Results of research indicated that occupants who early occupied the flats stated that they felt easy to obtain the flats. It was not separated from role of Selection Team where most of them were from local residents. Forms of self-adaptations in the flats of Cokrodirjan were adaptations by adjustment and reaction. Adaptation by adjustment was not to make spatial partitions, dry dresses in available place, and get drinking water from the available sources. Adaptation by reaction was to make spatial partitions, dry dresses in house terraces, get drinking water from neighbor’s wells out of flat environment, raise hens in parking lots, and put bicycles near living space.Motivation of majority of flat occupants to move was very low because they were poor financially. It was shown that, from all occupants, only 20 occupants (33.9%) could save, and only 8 occupants could save to move. In addition to the issues, factors of strategic location, cheaper lease price and adequate facilities motivated the occupants to not move.
Perkawinan Anak di Kabupaten Grobogan Norma Yuni Kartika; Djarot Sadharta; Tukiran Tukiran
Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.537 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13423

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor predisposisi (status ekonomi rumah tangga, pendidikan anak, persepsi dan pengetahuan anak tentang perkawinan, budaya dan karakteristik orang tua), faktor pendukung (pekerjaan orang tua) dan faktor penguat (sikap tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemangku kebijakan) yang menjadi penyebab tingginya perkawinan anak di Kabupaten Grobogan. Metode dalam penelitian ini adalah metode kombinasi dengan pendekatan dua tahap, tahap awal adalah analisis data sekunder hasil Survei Pernikahan Dini yang dilakukan oleh Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan Universitas Gadjah Mada berkerjasama dengan PLAN Indonesia tahun 2011, dilanjutkan dengan metode kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap orang tua, anak dan pemangku kebijakan guna memperoleh data akurat terutama mengenai hal-hal yang belum tercakup dalam data sekunder. Analisis diskriptif dilakukan dengan distribusi frekuensi, analisis Khai-Kuadrat (X2) untuk melihat perbedaan variabel dependen dan independen, variabel yang mempunyai perbedaan yang diikutsertakan dalam analisis multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status ekonomi rumah tangga, persepsi dan pengetahuan anak tentang perkawinan, serta persepsi dan pengetahuan orang tua tentang perkawinan mempunyai hubungan bermakna dengan perkawinan anak. Variabel pendidikan anak, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua tidak mempunyai hubungan bermakna dengan perkawinan anak. Hasil dari analisis kualitatif menunjukkan budaya menjadi faktor penyebab utama terjadinya perkawinan anak di Kabupaten Grobogan. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat untuk mengatasi permasalahan perkawinan anak antara lain adalah peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga untuk keluarga miskin. Budaya pada masyarakat yang harus di rubah dari budaya malu kalau tidak melakukan perkawinan anak, menjadi malu kalau melakukan perkawinan anak. Mengikis persepsi masyarakat tentang perkawinan anak yang tinggi dengan cara, antara lain dengan sosialisasi dari para pemangku kebijakan dari unsur pemerintah, termasuk tokoh masyarakat, tokoh agama dapat memberikan pembinaan dan pemahaman tentang dampak dan bahaya perkawinan anak.  ABSTRACT The purpose of this study to determine predisposing factors (economic status of the household, children's education, perception and knowledge of children about marriage, culture and characteristics of the parents), supporting factor (the work of parents) and reinforcing factors (attitude of community leaders, religious leaders and policy makers ), which became the cause of high child marriage in Grobogan. The method in this research is method in combination with a two-stage approach, the initial stage is a secondary data analysis Early Marriage Survey conducted by the Center for Population and Policy Studies, Gadjah Mada University in collaboration with Plan Indonesia in 2011, followed by a qualitative method. Qualitative methods in-depth interviews conducted with parents, children and policy makers in order to obtain accurate data, especially regarding matters that are not covered in the secondary data. Descriptive analysis performed by the frequency distribution, Khai analysis-Square (X2) to see the difference dependent and independent variables, variables that have differences that were included in the multivariate analysis with logistic regression. The results showed that the economic status of the household, children's perceptions and knowledge about marriage, as well as the perceptions and knowledge of parents about the marriage had a significant relationship with the child marriage. Variable children's education, parents' education and occupation of parents do not have a meaningful relationship with the child marriage. Results of the qualitative analysis showed culture constitutes the main factor in the occurrence of child marriages Grobogan. The efforts made by local authorities to overcome the problems of child marriage among others, is the increase in household economic income for poor families. Culture in society that should be changed from a culture of shame if you do not perform marriages of children, be a shame if the mating child. Eroding public perception of high child marriage by way of, among others, with the socialization of the stakeholders from government, including community leaders, religious leaders can provide guidance and understanding of the impact and dangers of child marriage.