Tjahyo Nugroho Adji
Universitas Gadjah Mada

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Hidrostratigrafi Akuifer dan Estimasi Potensi Airtanah Bebas Guna Mendukung Kebutuhan Air Domestik Desa Sembungan Melati Ayuning Putri; Anindya Arma Risanti; Kurniawan Andre Cahyono; Latifah Latifah; Novita Rahmawati; Roesdi Fitra Ariefin; Safira Prameswari; Wisnu Agung Waskito; Tjahyo Nugroho Adji; Ahmad Cahyadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.32296

Abstract

Desa Sembungan termasuk desa yang berbasis pada sektor pertanian dan pariwisata. Seiring berkembangnya sektor tersebut, perlu adanya kajian airtanah khususnya untuk kebutuhan domestik. Kuantitas airtanah pada suatu daerah sangat berkaitan dengan sistem dan karakteristik akuifer batuan penyusunnya. Tujuan dari penelitian adalah (1) menganalisis struktur hidrostratigrafi akuifer di Desa Sembungan dan (2) mengetahui potensi airtanah bebas untuk kebutuhan air domestik di Desa Sembungan. Penelitian ini menggunakan metode geolistrik tahanan jenis konfigurasi Schlumberger dalam investigasi keberadaan airtanah untuk mencapai tujuan pertama dan wawancara jenuh terkait penggunaan kebutuhan air domestik untuk mencapai tujuan kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akuifer Desa Sembungan merupakan akuifer bebas dengan lapisan akuifer terdiri dari lapisan lempung, airtanah, andesit basaltic dan endapan tuffan alterasi. Ketebalan akuifer berkisar 3 hingga 7,8 meter. Desa Sembungan memiliki potensi airtanah bebas sebesar 5,47 milyar liter untuk kebutuhan air domestik dalam  satu tahun  sebesar 87.994.985,3 liter/tahun sehingga Desa Sembungan memiliki potensi airtanah dengan kuantitas yang besar dan mencukupi kebutuhan masyarakat.
Sistem aliran dan potensi airtanah di sebagian desa Sembungan ditinjau dari aspek kuantitas dan kualitas Melati Ayuning Putri; Anindya Arma Risanti; Kurniawan Andre Cahyono; Latifah Latifah; Novita Rahmawati; Roesdi Fitra Ariefin; Safira Prameswari; Wisnu Agung Waskita; Tjahyo Nugroho Adji; Ahmad Cahyadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.32297

Abstract

Desa Sembungan merupakan daerah recharge area dengan resapan air yang disuplai oleh banyak bukit di sekitarnya sehingga pola ruang airtanahnya difungsikan untuk arahan konservasi. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji potensi airtanah Desa Sembungan beserta sistem alirannya, mengingat airtanahnya yang juga dimanfaatkan oleh penduduk untuk berbagai keperluan, seperti domestik, pertanian, dan wisata. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) mengidentifikasi sistem aliran airtanah, (2) mengestimasi kuantitas airtanah, dan (3) menganalisis kondisi kualitas airtanah di  Desa Sembungan. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan mengumpulkan data primer melalui metode sensus sumur dan mataair di Desa Sembungan. Lokasi sumur untuk pumping test metode slug test ditentukan dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan kondisi airtanah yang melimpah dan mengalir dari arah utara menuju barat daya yang merupakan lembah dengan mataair. Desa Sembungan memiliki nilai konduktivitas hidrolik sebesar 0.0196 m/hari, potensi airtanah dengan debit dinamis sebesar 726,24 liter/hari dan debit rata-rata mataair sebesar 1,15 liter/detik. Potensi lainnya berupa kualitas air sumur di permukiman dan mataair termasuk kategori aman untuk memenuhi kebutuhan domestik apabila dilihat dari parameter suhu, DHL, TDS, dan pH, karena hampir seluruhnya menunjukkan nilai sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. ABSTRACTSembungan Village is a recharge area that supplied by many hills around, so its pattern of groundwater reservoir should be functioned for conservation. Based on the fact that researchers interested in conducting research on groundwater potency and its flow system in Sembungan Village because the groundwater also used for many needs, such as domestic, agriculture, and tourism.  The purposes of this research are 1) to identify the groundwater flow system, 2) to estimate the quantity of groundwater, and 3) to analyze the groundwater quality in Desa Sembungan. The study used quantitative and qualitative approach by censused all wells and springs to collect the primary data. Purposive sampling used to determine the location of the pumping test with slug test method. The results showed that an abundant supply of groundwater flows from north to southwest, leading to a valley and springs. The hydraulic conductivity value in Desa Sembungan is 0.0196 m/day. Its potential groundwater as illustrated through debit from the dynamic method is 726.24 liters/day, and the average debit of five springs in the valley is 1.15 liters/s. Water quality in settlements and springs still quite safe for villager’s need, including domestic use. Almost all the value of temperature, conductivity, total dissolved solids, and pH were not meet quality standards that have been determined.
Analisis Genesa Hidrogeokimia Airtanah Menggunakan Diagram Piper Segiempat di Wilayah Pesisir Mice Putri Afriyani; Langgeng Wahyu Santosa; TJahyo Nugroho Adji
Media Komunikasi Geografi Vol. 21 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v20i2.21331

Abstract

Penelitian dilakukan di wilayah Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis genesa hidrogeokimia airtanah di wilayah kepesisiran dan menganalis  proses-proses  hidrogeokimia yang terjadi pada airtanah bebas  pada setiap bentuklahan di wilayah kepesisiran. Pengambilan sampel dilakukan dengan mempertimbangkan variasi nilai Daya Hantar Listrik, aliran airtanah dan satuan bentuklahan. Data yang digunakan berupa kandungan ion mayor di dalam airtanah yang diperoleh berdasarkan analisis laboratorium. Analisis tipe hidrogeokimia airtanah  dilakukan dengan menggunakan  diagram piper segiempat. Berdasarkan hasil analisis diagram piper segiempat menunjukkan sebagian besar tipe hidrogeokimia pada daerah penelitian merupakan tipe airtanah semi-bikarbonat (III) yang tersebar merata pada bentuklahan fluviomarin, sementara pada bentuklahan karst, beting gisik muda dan beting gisik tua tipe airtanah semi bikarbonat (II) (tersebar mengelompok. Airtanah bikarbonat (I) terdapat pada bentuklahan karst. Airtanah evaporit (III) tersebar mengelompok pada bentuklahan beting gisik muda dan tanggul alam Selanjutnya, airtanah sulfat (IV) dapat ditemui pada bentuklahan beting gisik tua dan beting gisik muda.
Analisis Ketersediaan Airtanah dengan Metode Statis di Pulau Pasaran Maryadi Budi Wiyono; Tjahyo Nugroho Adji; Langgeng Wahyu Santosa
Media Komunikasi Geografi Vol. 21 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v21i2.30259

Abstract

Pulau Pasaran adalah sistem daratan terpisah yang minim sumberdaya airtanah. Jumlah airtanah yang sedikit menjadi sangat rentan hilang akibat konsentrasi unsur cemaran yang tinggi di lingkungan dan pengaruh air laut. Tujuan penelitian ini yaitu: menganalisis ketersediaan airtanah dan kebutuhan air domestik di Pulau Pasaran. Investigasi ketersediaan airtanah dikaji dengan metode ketersediaa air statis. Investigasi kebutuhan air domestik dikaji dengan metode berbasis data sekunder memanfaatkan data hasil survei Ditjen Sumberdaya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan airtanah di Pulau Pasaran sebesar 179359,74 liter per tahun, sementara hasil aman untuk airtanah yang dapat diambil per tahun adalah 14072,84 liter atau 38,5 liter per hari. Kebutuhan air domestik di Pulau Pasaran tahun 2020 berdasarkan hasil analisis ialah sebesar 74040 liter per hari, sehingga dapat disimpulkan bahwa potensi ketersediaan airtanah untuk mendukung kebutuhan air domestik di Pulau Pasaran ialah buruk. Upaya pengelolaan berbasis rainwater harvesting menjadi pilihan yang tepat dalam skala pulau kecil.
Perbedaan Tingkat Perkembangan Karst Daerah Peralihan antara Basin Wonosari dan Karst Gunungsewu Husna Diah; Tjahyo Nugroho Adji; Eko Haryono
Media Komunikasi Geografi Vol. 22 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v22i1.30885

Abstract

Proses karstifikasi memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan bentuklahan karst. Pengetahuan tingkat perkembangan karst merupakan tolak ukur dalam suatu upaya pengelolaan karst. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan karst di daerah peralihan antara Basin Wonosari dan Perbukitan Karst Gunungsewu. Metode pengumpulan data dilakukan secara tidak langsung dengan interpretasi visual terhadap DEMNAS (Digital Model Elevation), foto udara tahun 1993 dan citra landsat dilakukan untuk memperoleh semua informasi morfologi dan data morfometri bentuklahan karst yang meliputi dolina, bukit karst, dan lembah karst. Hasil interpretasi tersebut disesuaikan dengan hasil pemotretan Unmanned Aerial Vehicel (UAV) dengan drone dan validasi lapangan dengan pengukuran morfometri dolina, bukit karst, lembah karst pada beberapa lokasi dengan teknik purposive sampling. Tingkat perkembangan karst dinilai dengan indeks cekungan, orde dolina dan tahapan perkembangan karst. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tingkat perkembangan karst di daerah peralihan karst dan Perbukitan Karst Gunungsewu. Tingkat perkembangan karst pada daerah peralihan dikategorikan sebagai kawasan karst dengan perkembangan tahap muda atau dapat dikategorikan sebagai fluviokarst, sedangkan Kawasan Karst Gunungsewu sudah mengalami perkembangan karst dewasa atau dapat dikategorikan polygonal karst. Pemanfaatan dan pengelolaan karst harus dilakukan secara berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam dan keberlangsungan proses karstifikasi.
Kajian Kerentanan Airtanah di Cekungan Airtanah (CAT) Wates Kabupaten Kulon Progo Tjahyo Nugroho Adji; Afifudin Afifudin; Anggun Nurzahwa Haris; Atikah Nian Indrastuti; Dwiyanti Purwanto; Fachrurizal Sai Kintoro; Raka Adi Bagaskara; Relinda Dewi Astabella
Media Komunikasi Geografi Vol. 23 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v23i1.42198

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran tingkat kerentanan airtanah di cekungan airtanah (CAT) Wates terhadap pencemaran. CAT Wates memiliki luas total sebesar 152,67 m2 dan terletak di bagian Selatan Kabupaten Kulon Progo. Kerentanan airtanah terhadap pencemaran dipengaruhi oleh karakteristik geologi, akuifer, serta keterdapatan sumber pencemar dilihat dari penggunaan lahan. Tingkat kerentanan ditentukan dengan metode perhitungan DRASTIC-LU menggunakan 9 parameter melalui proses overlay. Parameter yang digunakan dalam perhitungan kerentanan yaitu kedalaman muka airtanah, imbuhan, media akuifer, tanah, kemiringan lereng, zona tak jenuh, konduktivitas hidraulik, dan penggunaan lahan. Data sekunder dari literatur dan instansi terkait digunakan dalam perhitungan kerentanan, lalu hasil kerentanan divalidasi dengan data kualitas air pada parameter nitrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAT Wates didominasi oleh tingkat kerentanan sedang dengan luas 11933,013 hektar atau dengan persentase 79,68 % dari keseluruhan luas CAT Wates. Tingkat kerentanan tinggi memiliki persentase 11,66 % dan tingkat kerentanan rendah memiliki persentase 8,67 %. Area dengan kerentanan tinggi memiliki kedalaman muka airtanah yang dangkal dan memiliki penggunaan lahan berupa area urban dan semi urban karena area urban dan semi urban yang menghasilkan limbah domestik dan limbah industri, sedangkan sawah menghasilkan limbah pertanian yang menjadi sumber pencemar potensial. Kondisi tersebut berimplikasi pada pemanfaatan air. Pada lokasi dengan kerentanan tinggi, sebaiknya tidak dimanfaatkan secara masif untuk kebutuhan konsumsi. Air masih dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain. Selain itu, perlindungan airtanah di lokasi kajian perlu ditingkatkan.
Analysis of Groundwater Potential in the Coastal Area of Parangtritis using Geoelectrical VES Method La Ode Saleh Isa; Tjahyo Nugroho Adji; Ignasius L. Setyawan Purnama
Media Komunikasi Geografi Vol. 23 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v23i2.51539

Abstract

This research was conducted in the coastal area of Parangtritis, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta. This study aims to describe the hydrostratigraphy of aquifers using the Vertical Electrical Sounding (VES) geoelectric method, to calculate the volume of availability and safe yield of groundwater application, and to compare the volume of availability of safe products with the demand for water for domestic and tourism purposes. This study uses a field survey approach and field data analysis. In this study, there were 9 VES measurement points for primary data and 16 VES measurement points from secondary data, five samples of water demand for restaurants, and 74 samples of domestic groundwater needs. The VES point was measured by a purposive random sampling method representing each landform. Hydrostratigraphic analysis and preparation of 2D and 3D cross-sectional models of subsurface lithology were performed on all VES geoelectrical measurement data. The results showed that the aquifer layer is located at varying depths for each landform, with alluvium sand as the constituent material. The most significant potential for groundwater is found in the form of dunes and beach ridges. The second-largest groundwater potential is in fluviomarine landforms, and the most minor is in the alluvial plain. The groundwater availability in each landform is sand dune and beach ridge of 117,776,100 m3; fluviomarine plain (45,422,700) m3; and alluvial plain (25,553,000) m3. Then, the safe yield of groundwater is 3,498,300 m3 in sand dunes and beach ridges, fluviomarine plain (1,566,300 m3), and alluvial plains (580,750 m3). Meanwhile, based on the calculation of the total need for groundwater for domestic and tourism purposes, the availability of safe yield is still in surplus or sufficient for the estimated needs.
Analysis of Groundwater Quality for Clean Water Supply in Pasaran Island, Bandar Lampung City, Indonesia Maryadi Budi Wiyono; Tjahyo Nugroho Adji
Forum Geografi Vol 35, No 1 (2021): July 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/forgeo.v35i1.12270

Abstract

Pasaran is the only productive small island functioning as the anchovy and green clam production center in Bandar Lampung. Its water use has, however, increased since its designation as an economically fishery-based development area or minapolitan in 2012. This is due to the fact that groundwater resources in small island ecosystems surrounded by seawaters with a narrow diameter are easily affected by the insistence of seawater. Moreover, population pressure and land-use change are also feared to be affecting groundwater quality. Therefore, this research was conducted to analyze and evaluate groundwater resource quality in Pasaran Island using five wells on the entire island as sampling points selected based on census. The samples were tested for physical, chemical, and biological parameters in the laboratory and compared with water quality standards (Minister of Health’s Regulation No. 32/2007). The results showed relatively low water quality because the samples contained up to 3900 μS/cm salinity, 3771.9 mg/l chlorides, 31.7–141.52 mg/l nitrates, and 6.8–170 MPN/100ml total coliform which exceed the standards for drinking water. Meanwhile, wells 1, 4, and 5 were found to be safe for sanitation-hygiene purposes and well 1 was suitable for public baths even though they are not of drinking quality. This means the groundwater quality generally met Class II-water requirements for clean water supplies.