Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PREFERENSI BERMUKIM MASYARAKAT PERBATASAN KOTA DAN KABUPATEN MALANG (DESA NGIJO KECAMATAN KARANGPLOSO) Anisah Azizah; Turniningtyas Ayu R; I Nyoman Suluh Wijaya
Jurnal Planologi Vol 15, No 2 (2018): Oktober, 2018. Thema Kawasan Cagar Budaya dan Perkembangan Kota
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/jpsa.v15i2.2810

Abstract

ABSTRACT             Development of city center encourages development in frontier city. Ngijo Village, one of frontier areas of Malang City and Malang Regency, was identified as expanding urban activity from Malang City which keep increasing from time to time, resulted in the rapid growth of settlements in the area. Increase of settlements in Ngijo village is growing rapidly, it is influenced by housing preference of residents. The method used in research is quantitative research with analytical technique used is the technique of conjoin analysis. Based on result of conjoint analysis, importance value in each attribute / variable is choice of housing unit with the importance value of 38,3%, environmental factor with importance value of 35,9%, accessibility with importance value of 14,3% and the last, choice of infrastructure with importance value of 11.5%. Choice of housing units to be the most dominant choice, while choice of infrastructure to be the lowest choice of living factors due to facilities and infrastructure available in the neighborhood of Ngijo Village is relatively low when compared with the city center.Keywords: housing preference, conjoin analysis ABSTRAKPerkembangan pusat kota mendorong terjadinya perkembangan di daerah perbatasan kota. Desa Ngijo salah satu kawasan perbatasan Kota Malang dan Kabupaten Malang, teridentifikasi terkena perluasan kegiatan perkotaan dari Kota Malang yang terus meningkat dari waktu ke waktu, yang mengakibatkan pertumbuhan permukiman yang cukup pesat pada kawasan tersebut. peningkatan permukiman pada Desa Ngijo semakin pesat, hal tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh preferensi bermukim dari masyarakatnya. Metode yang digunakan dapam penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis konjoin. Berdasarkan hasil analisis konjoin nilai kepentingan pada masing-masing atribut/variabel adalah pilihan unit rumah dengan nilai kepentingan 38,3%, faktor lingkungan dengan nilai kepentingan 35,9%, aksesibilitas dengan nilai kepentingan 14,3% dan yang terakhir pilihan infrastruktur dengan nilai kepentingan 11,5%. Pilihan unit rumah menjadi pilihan yang paling dominan, sedangkan pilihan infrastruktur menjadi faktor pilihan bermukim yang paling rendah dikarenakan sarana dan prasarana yang tersedia di lingkungan permukiman Desa Ngijo tergolong rendah  apabila  dibandingkan  dengan  pusat  kota.Kata kunci:preferensi bermukim, analisis konjoin
Evaluasi Tingkat Keberlanjutan Fisik Kampung Kota Kecamatan Klojen, Kota Malang dengan Pendekatan Fuzzy Logic Miftahul Ridhoni; Surjono Surjono; I Nyoman Suluh Wijaya
The Indonesian Green Technology Journal Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1440.179 KB)

Abstract

Ruang dan kehidupan perkotaan saat ini menampung dan menyatukan semua aspek yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan. Proses penilaian keberlanjutan selama ini tidak menjawab mengapa nilai keberlanjutan antar kampung sangat beragam, hal ini terutama disebabkan karena hubungan antar teori dan praktek penilaian keberlanjutan kampung belum terbentuk secara utuh. Penelitian berfokus pada identifikasi faktor-faktor keberlanjutan fisik pada kampung Arab, Kampung Pecinan, dan Kampung Kebalen di Kecamatan Klojen, Kota Malang. Kemudian, dilakukan evaluasi menggunakan metode Fuzzy Logic untuk mengetahui tingkat keberlanjutan kampung-kampung kota tersebut. Wilayah studi secara umum memiliki ciri-ciri bukan merupakan wilayah kumuh, bukan merupakan permukiman formal, memiliki fasilitas pendukung minimal, dan memiliki nilai-nilai kelokalan. Nilai faktor-faktor keberlanjutan fisik Kampung Arab yaitu: compactness: 0,73 (Baik); connectivity: 0,63 (Sedang); density: 0,63 (Sedang); mix land use: 0,76 (Baik). Nilai faktor-faktor keberlanjutan fisik Kampung Pecinan yaitu: compactness: 0,63; connectivity: 0,34 (Sedang); density: 0,58 (Sedang); mix land use: 0,17 (Buruk). Nilai faktor-faktor keberlanjutan Kampung Kebalen yaitu: compactness: 0,58; connectivity: 0,36 (Sedang); density: 0,1 (Buruk); mix land use: 0,26 (Buruk). Tingkat keberlanjutan Kampung Arab (Medium-High) lebih tinggi daripada tingkat keberlanjutan Kampung Pecinan (Medium) dan Kampung Kebalen (Medium-Low).Kata kunci: kampung, faktor keberlanjutan, tingkat keberlanjutan, fuzzy logic
FAKTOR DAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PENGELOLAAN AIR BERSIH Irma Nafiana; Johannes Parlindungan; I Nyoman Suluh Wijaya
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol. 16 No. 1 (2024): Jurnal Tata Kota dan Daerah
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.takoda.2024.016.01.9

Abstract

Kebutuhan manusia sehari-hari meliputi kebutuhan air untuk minum, memasak, membersihkan, dan mandi. Karena air bersih dan sanitasi saling terkait erat, akses terhadap air bersih sangat penting untuk menjaga gaya hidup sehat. Tujuan SDG yang ke-6 adalah menjamin ketersediaan, pengelolaan, dan keberlanjutan sistem air bersih dan sanitasi. Tentunya harus berpegang pada prinsip pengelolaan memenuhi kebutuhan masyarakat dengan kondisi higienis. Hal ini karena pencapaian tujuan memerlukan pengelolaan untuk menjamin bahwa setiap orang di masyarakat memiliki akses terhadap air bersih.. Contoh praktik penyediaan air bersih di Desa Guyangan Kabupaten Bojonegoro, penelitian ini berupaya mengetahui derajat keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan air bersih dan mengembangkan karakteristik yang meningkatkan tingkat partisipasi tersebut. Hubungan antara variabel-variabel yang meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pengelolaan air bersih dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan cross-tab. Sumber primer pengumpulan data meliputi observasi yang dilakukan oleh peneliti; sumber sekunder mencakup materi dari situs web atau penelitian sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat keterlibatan masyarakat Desa Guyangan dalam penyediaan air bersih rata-rata sebesar 369,67, berada di bawah tingkat partisipasi “Theraphy”. Pada tingkat ini diharapkan masyarakat secara aktif terlibat dan berkontribusi dalam usaha untuk mencapai pemulihan dan penyembuhan masalah atau situasi yang sedang dihadapi.