Sjarif Hidajat Effendi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ERUPSI GIGI SULUNG PADA ANAK DENGAN RIWAYAT LAHIR PREMATUR, BERAT BADAN LAHIR RENDAH Soewondo, Willyanti Syarif; Effendi, Sjarif Hidajat
Majalah Kedokteran Bandung Vol 46, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1219.613 KB)

Abstract

Pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan bagian pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara umum dan dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan prenatal dapat mengakibatkan kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah/BBLR, dan gangguan pertumbuhan perkembangan gigi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui waktu erupsi gigi sulung pada anak lahir prematur BBLR. Penelitian ini adalah studi potong lintang dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2009 di Rumah Sakit Gigi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran/RSGM FKG Unpad. Subjek penelitian yaitu anak usia 4?30 bulan, riwayat lahir prematur BBLR, dan lahir normal sebagai kontrol. Erupsi gigi sulung ditentukan berdasarkan jumlah gigi yang telah erupsi. Dengan teknik pengambilan sampel consecutive admission diperoleh 137 anak; 49 anak lahir prematur BBLR (usia gestasi <37 minggu, berat lahir <2.500 gram) dan 88 anak normal (usia gestasi 37?42  minggu, berat badan lahir  >2.500 gram) sebagai kontrol. Dengan regresi korelasi linier dan uji-t student, hasil penelitian terdapat hubungan bermakna waktu erupsi dengan usia (p<0,01) Waktu erupsi gigi sulung pada anak lahir prematur BBLR secara bermakna lebih lambat daripada anak lahir normal (p<0,01). Simpulan, waktu erupsi gigi sulung anak lahir prematur BBLR lebih lambat daripada anak lahir normal. [MKB. 2014;46(1):34?8]Kata kunci: Bayi berat lahir rendah (BBLR), erupsi gigi sulung, lahir prematur Deciduous Teeth Eruption in Prematurely Born, Low Birth Weight ChildrenGrowth and development of the teeth are parts of growth and development of the body. It is influenced by genetic and environmental factors. Prenatal environment might cause premature birth and disturbances of teeth development. The purpose of this research was to find out the time of deciduous teeth eruption in premature born children with low birth weight/LBW. This was a cross-sectional study, conducted in January to June 2009 in Dental Hospital Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran. Subjects were children aged 4?30 months with prematurely born low birth weight and normal birth weight as control. The technique was consecutive admissions; 49 prematurely born LBW children (gestational age <37 weeks, birth weight <2,500 grams) and 88 normal children (37?42 weeks gestational age, birth weight >2,500 grams). Deciduous teeth eruption was determinated by the number of erupted teeth. Linear corelation regression analysis and t- student test were used in this research. The results showed that there was a significant correlation between deciduous teeth eruption and age, (p<0.01) and deciduous teeth eruption in prematurely born children with LBW was significantly delayed (p<0.01). In conclusion, deciduous teeth eruption in prematurely born LBW children was significantly delayed. [MKB. 2014;46(1):34?8]Key words: Deciduous teeth eruption, low birth weight (LBW), prematurely born DOI: 10.15395/mkb.v46n1.225
RISIKO MASALAH PERKEMBANGAN DAN MENTAL EMOSIONAL ANAK YANG DIASUH DI PANTI ASUHAN DIBANDINGKAN DENGAN DIASUH ORANGTUA KANDUNG Riyadi, -; Rusmil, Kusnandi; Effendi, Sjarif Hidajat
Majalah Kedokteran Bandung Vol 46, No 2 (2014)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1400.083 KB)

Abstract

Anak tinggal di panti asuhan dihubungkan dengan terjadinya keterlambatan perkembangan. Anak yang memiliki waktu interaksi bermain bersama lebih lama dengan pengasuhnya lebih sedikit mengalami masalah perkembangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan masalah perkembangan dan mental emosional antara anak yang tinggal di panti asuhan dan orangtua kandung. Penelitian kuantitatif analitik komparatif desain potong lintang dengan uji chi-kuadrat untuk mengetahui perbedaan masalah perkembangan menggunakan kuesioner preskrining perkembangan (KPSP) yang menilai aspek motorik, bahasa, dan personal sosial, sedangkan masalah mental emosional menggunakan kuesioner masalah mental emosional (KMME) yang menilai perilaku, dilanjutkan penelitian kualitatif desain in depth interview untuk mengetahui faktor penyebab masalah perkembangan dan mental emosional. Penelitian dilaksanakan Juni 2011?Januari 2012, pada subjek 102 anak usia 3?6 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Pada 51 subjek kelompok panti asuhan terdapat 8 anak dengan masalah perkembangan, sementara pada kelompok orangtua kandung tidak ada. Kemungkinan masalah mental emosional pada dua kelompok sama masing-masing sebanyak 29 anak. Masalah perkembangan anak di panti asuhan lebih tinggi (p=0,002), terdapat hubungan bermakna waktu interaksi bermain bersama dengan terjadinya masalah perkembangan (p=0,003). Simpulan, anak di panti asuhan terjadi masalah perkembangan lebih tinggi, sedangkan masalah mental emosional tidak berbeda antara anak di kelompok panti asuhan dan diasuh orangtua kandung. [MKB. 2014;46(2):118?24]Kata kunci: Interaksi, mental emosional, orangtua, panti asuhan, perkembanganRisk of Developmental and Emotional Problems in Children Living in Orphanages Compared to Children Living with Their ParentsChildren living in orphanage are associated with delays in development. The children demostrate less developmental problems when they interact with caregivers. The aim of this study was to compare developmental and mental emotional problems between children living in orphanage and those who live with their parents. A comparative analytical cross sectional study by chi square to test the developmental problem using kuesioner preskrining perkembangan (KPSP) or the development pre-screening questionnaire, for motoric, language, and personal social assessment. The mental emotional problems are assessed using kuesioner masalah mental emosional (KMME) or mental emotional problem questionnaire for behavior assessment. These were followed by a qualitative study through interviews to evaluate the cause of developmental and mental emotional problems. Conducted from June 2011?January 2012, this study inclused children 3 to 6 years old who met the inclusion criteria as the subjects with a total of 102 subjects participated. From 51 children from the orphanages there were 8 children who had developmental problem while none was found in children living with their parents. The mental emotional problems in both group were equal (29 children). There was a higher number of developmental problem in children living in the orphanage (p=0.002), and a corelation between caregiver-children play time interaction and developmental problem (p=0.003) was found. In conclusion, children living in orphanage have higher risk for developmental problem while the risk for the mental emotional problems is not different between children living in orphanage and those who live with their parents. [MKB. 2014;46(2):118?24]Key words: Development, interaction, mental emotional, orphanage, parents DOI: 10.15395/mkb.v46n2.284