Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

RESPON TIGAVARIETASUBI JALAR (Ipomoea batatas L.) PADA BERBAGAI WAKTU PEMANGKASAN PUCUK Mangardi -; Eko Widaryanto; Nur Edy Suminarti
Publikasi Informasi Pertanian Vol 17, No 2 (2021): JURNAL PIPER
Publisher : Universitas Kapuas Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51826/piper.v17i2.540

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu pemangkasan pucuk terhadappertumbuhan dan hasil pada 3 varietas ubi jalar. Penelitian dilaksanakan di Desa Landungsari, KecamatanDau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada bulan Januari sampai Mei 2019. Rancangan yang digunakanadalah Rancangan Petak Terbagi, varietas (V) sebagai petak utama terdiri dari 3 varietas, yaitu: (V1):Beta-1, (V2): Sari dan (V3): Antin-3. Sedangkan waktu pemangkasan pucuk(P) sebagai anak petak,terdiri dari 4 macam, yaitu: (P0): Tanpa Pemangkasan, (P45): Pemangkasan 45 HST, (P65):Pemangkasan 65 HST, (P85): Pemangkasan 85 HST Parameter yang diamati meliputi komponenpertumbuhan, analisis pertumbuhan tanaman, komponen hasil dan kualitas hasil. Data hasil pengamatandianalisis uji F, apabila terdapat interaksi nyata akan dilanjutkan dengan uji BNJ taraf 5%. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pemangkasan 45 dan 85 HST nyata meningkatkan pertumbuhan vegetatif padavarietas Beta-1, tetapi tidak dapat meningkatkan hasil ubi. Sementara, pemangkasan pucuk 45 HSTpada varietas Sari dapat meningkatkan diameter dan bobot ubi serta hasil panen. Demikian juga denganpemangkasan pucuk 45 dan 65 HST pada varietas Antin-3 secara nyata meningkatkan diameter danbobot ubi serta hasil panen.
Respon Tanaman Kentang Hitam (Solenostemon Rotundifolius) pada Berbagai Jumlah dan Frekuensi Pemberian Air Primarini Dayu Ardani; Nur Edy Suminarti; Agung Nugroho
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 5, No 3 (2017)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.biotropika.2017.005.03.11

Abstract

Air memiliki peran yang penting dalam kelangsungan hidup tanaman. Kentang hitam (Solenostemon rotundifolius) adalah bahan pangan yang cukup lama dikenal di Indonesia, akan tetapi tingkat kebutuhan airnya masih belum diketahui. Hal yang perlu diperhatikan terkait dengan kebutuhan air tersebut adalah tingkat ketersediaannya serta pendistribusiannya secara merata pada seluruh fase pertumbuhan tanaman. Penelitian untuk mempelajari dan memperoleh informasi tentang jumlah dan frekuensi pemberian air yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kentang hitam telah dilakukan di Greenhouse BLK Wonojati, Malang. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi, frekuensi pemberian air diletakkan sebagai petak utama, terdiri dari tiga macam yaitu pemberian air sehari sekali, dua hari sekali dan tiga hari sekali. Jumlah pemberian air sebagai anak petak, yaitu 300, 600, 900 dan 1200 mm musim-1. Pengumpulan data dilakukan secara destruktif meliputi komponen pertumbuhan dan hasil. Uji F taraf 5% ditujukan untuk menguji pengaruh perlakuan, sedang perbedaan diantara rata-rata perlakuan didasarkan pada nilai BNT taraf 5%. Hasil menunjukkan bahwa terjadi interaksi nyata pada parameter jumlah daun per tanaman pada umur 81 hst, luas daun, bobot kering daun, bobot kering total tanaman pada 27 hst dan Efisiensi Penggunaan Air (EPA), akan tetapi semua parameter panen tidak menunjukkan hasil yang nyata.
Pengaruh Volume dan Frekuensi Pemberian Air Terhadap Lingkungan Mikro, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Putih (Allium sativum) Tiyas Maulidiya; Nur Edy Suminarti
PLANTROPICA: Journal of Agricultural Science Vol 7, No 1 (2022)
Publisher : Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpt.2022.007.1.3

Abstract

Tanaman bawang putih merupakan komoditas hortikultura yang umumnya ditanam di wilayah dataran medium hingga dataran tinggi. Permintaan bawang putih terus meningkat, akan tetapi tingkat produksi dari tanaman tersebut belum mampu mengimbangi permintaan konsumen. Pada dataran tinggi luas lahannya semakin sempit, sehingga perlu upaya ekstensifikasi yaitu ke dataran yang lebih rendah. Pengembangan tanaman bawang putih ke wilayah yang lebih rendah terdapat kendala berupa tingginya suhu akibat tingginya penerimaan energi radiasi matahari, sehingga laju evaporasi tinggi yang menyebabkan lebih rendahnya tingkat ketersediaan air bagi tanaman. Oleh karena itu, strategi budidaya yang diterapkan di dataran yang lebih rendah harus mengacu pada efisiensi penggunaan air. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2020 sampai dengan bulan Mei 2020 di Green House Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya di Desa Jatimulyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi. Perlakuan penelitian terdiri dari petak utama yaitu volume air yang terdiri dari 4 macam yaitu J1 (400 mm.musim­-1 (50%)), J2 (600 mm.musim-1 (75%)), J3 (800 mm.musim-1 (100%)) dan J4 (1000 mm.musim-1 (125%)), sedangkan anak petak yaitu frekuensi pemberian air yang terdiri dari 3 macam yaitu  P1 (1 hari sekali), P2 (2 hari sekali) dan P3 (3 hari sekali). Percobaan ini diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 satuan perlakuan. Lingkungan mikro, pertumbuhan dan hasil tanaman bawang putih dengan pemberian air sebanyak 1000 mm.musim-1 didapatkan hasil tertinggi pada frekuensi 1 hari sekali dengan hasil sebesar 9,43 g.tan-1 pada berat kering umbi.
Pengaruh Jenis dan Tingkat Ketebalan Mulsa pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Stroberi (Fragaria vesca): The Effect of Type and Thickness of Mulch on The Growth and Yield of Strawberry (Fragaria vesca) Yoskar, Khaira Annisa; Nur Edy Suminarti
Produksi Tanaman Vol. 11 No. 1 (2023): Januari
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.protan.2023.011.01.08

Abstract

Strawberry development targets are limited to highlands, so crop development is directed to dry land. However, the complexity of the obstacles that must be faced is the low level of water availability for plants. Environmental engineering that leads to suppression of water loss needs to be done through the application of mulch. The purpose of this research was to study and determine the effect of the combination of types and thickness of mulch that is appropriate to increase the growth and yield of strawberry plants grown in dry land. This research was conducted in April - July 2021 at the Experimental Garden of Agrotechnopark Universitas Brawijaya in Jatikerto Village, Malang Regency. This study used a Randomized Block Design (RAK) consisting of: P1: No Mulch, P2: Straw Mulch 2 cm thick, P3: Straw Mulch 4 cm thick, P4: Straw Mulch 6 cm thick, P5: Husk Mulch 2 cm thick, P6: Husk Mulch with a thickness of 4 cm, and P7: Mulch with a thickness of 6 cm. Observational data were analyzed using ANOVA at 5% level and BNJ test at 5% level. The results showed that the combination of different types and thickness of mulch gave different effects on the growth and yield of strawberry plants. Rice straw mulch with a thickness of 4 and 6 cm produced fruit weights that were not significantly different, namely 0.48 tons/ha and 0.50 tons/ha. Ha; 92% and 100% higher than without mulch. 11.63% and 16.28% higher than rice straw with a thickness of 2 cm, 6 cm rice husk mulch produced a fruit weight of 0.45 ton/ha; 80% higher, 21.62% and 21.62% higher than without mulch, rice husk mulch with a thickness of 2 cm, and rice husk mulch with a thickness of 4 cm. Keywords: Strawberry, Mulch, Mulch Thickness, dry land.
Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Kabupaten Malang Mochamad Nukman Ridho; Nur Edy Suminarti
Produksi Tanaman Vol. 8 No. 3 (2020)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cabai rawit (Capsicum frustescens L.) adalah salah satu tanaman hortikultura yang tergolong keluarga Solanaceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Tanaman ini banyak digemari masyarakat Indonesia, karena dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten sentra yang berkontribusi dalam produksi cabai rawit di Jawa Timur yang mengahasilkan 22,316 ton dari 250,007 ton produksi cabai rawit pada tahun 2015. Keberhasilan budidaya tanaman cabai rawit sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim suatu tempat. Perubahan iklim menjadi permasalahan nyata yang tidak bisa dihindarkan. Perubahan iklim yang terjadi dapat berpengaruh terhadap hasil tanaman cabai rawit yang diakibatkan perubahan curah hujan, suhu dan kelembaban. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan dan pengaruh antara curah hujan, suhu, kelembaban udara, dan luas panen dengan produktivitas tanaman cabai rawit. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Juli–November 2019 di Kabupaten Malang, Jawa Timur.  Lokasi penelitian difokuskan pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Karangploso, Kecamatan Sumberpucung dan Kecamatan Pakis Pada penelitian ini digunakan 2 data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa data hasil wawancara dengan para petani tanaman cabai rawit dan data sekunder berupa data curah hujan, suhu, dan kelembaban pada tahun 2003-2018 dan data luas panen produktivitas tanaman cabai rawit tahun 2003-2018 dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang. Metode analisis yang digunakan ialah analisis korelasi dan regresi linear dengan menggunakan software SPSS 24. Hasil uji korelasi dan regresi curah hujan, suhu, dan kelembaban serta luas panen dengan produktivitas tanaman cabai rawit di Kabupaten Malang menunjukkan bahwa kelembaban udara memiliki pengaruh yang lebih besar.
Pengaruh Bobot Umbi dan Pemupukan Kalium pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Talas Mbote (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) di Lahan Kering Deby Alfian Chriswanto; Nur Edy Suminarti
Produksi Tanaman Vol. 8 No. 4 (2020)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Umbi talas mbote adalah satu diantara beberapa komoditas umbi-umbian yang berpotensi sebagai sumber bahan pangan alternatif. Dalam budidaya tanaman talas mbote biasanya petani menggunakan bahan tanam umbi dengan bobot umbi lebih kecil yang kurang nilai ekonomisnya, sedangkan umbi yang bobotnya lebih besar akan dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tanaman talas mbote biasanya ditanam di pekarangan, sehingga perhatian petani pada masalah unsur hara masih rendah. Berdasrkan hal tersebut dapat diketahui bahwa adanya kesamaan karakteristik pekarangan dan lahan kering yaitu tingkat kesuburan yang rendah. Pemupukan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kesuburan tanah. Unsur kalium sangat dibutuhkan dalam jumlah yang besar oleh tanaman umbi-umbian. Oleh karena itu, perlunya dilakukan percobaan tentang pengaruh bobot umbi dan pemupukan kalium. Hal ini bertujuan untuk mempelajari dan mendapatkan informasi mengenai pengaruh bobot umbi dan pupuk kalium pada pertumbuhan dan hasil tanaman talas di lahan kering. Penelitian dilaksanakan di Agro Techno Park Universitas Brawijaya yang terletak di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang pada bulan November 2018 sampai dengan Mei 2019. Rancangan yang digunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil umbi yang maksimum sebesar 24,87 ton ha-1 pada bobot umbi 25-30 g diperlukan penambahan pupuk kalium sebesar 73% (197,8 kg KCl ha-1). Pada bobot umbi 35-40 g dengan peningkatan dosis kalium (67,75 kg KCl ha-1) menyebabkan turunnya hasil umbi sekitar 11,8 %. Sedangkan pada bobot umbi 45-50 g diperlukan dosis K sebesar 87% (235,8 kg KCl ha-1) untuk mendapatkan hasil umbi maksimum sebesar 20,82 ton ha-1.
Pengaruh Pemberian Zeolit dan Kalium Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sorghum (Sorghum Bicolour L.) Varietas Super 1 Rizky Alfaridzy; Nur Edy Suminarti
Produksi Tanaman Vol. 9 No. 1 (2021)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman pangan alternatif seperti sorgum perlu ditingkatkan produktivitasnya dalam upaya untuk meningkatkan ketersediaan bahan pangan. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah melalui aplikasi pupuk K. Hal ini karena K berperan dalam meningkatkan kuantitas maupun kualitas biji sorgum. Mengingat unsur K mempunyai sifat cepat larut dan mudah mengalami leaching dan volatilisasi, maka sangat diperlukan aplikasi zeolit. Hal ini karena zeolit dapat berperan sebagai penjerap unsur tersebut. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2020 di lahan pertanian Universitas Brawijaya, Mrican, Kediri. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan menempatkan dosis pupuk K (50%, 100, 150%) pada petak utama, dan dosis zeolit (0%, 50%,100%, 150%) pada anak petak. Data dianalisa menggunakan uji F, jika terjadi interaksi nyata maka dilakukan uji BNJ pada taraf 5% untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukan terjadi interaksi nyata antara dosis pupuk K dan dosis zeolit pada peubah luas daun, bobot segar total tanaman, bobot kering total tanaman saat panen, bobot malai per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 1000 biji, bobot biji per petak panen, hasil panen per hektar maupun Indeks panen. Pada dosis K 50%, hasil panen per hektar tertinggi (3,26 ton ha-1) didapatkan pada dosis zeolit 150%, sedangkan pada dosis k 100% hasil panen tertinggi (4,63 ton ha-1) didapatkan pada dosis zeolit 150%, adapun pada dosis 150% K hasil panen tertinggi (5,33 ton ha-1) didapatkan pada dosis zeolit 150%.
Pengaruh Berbagai Jenis dan Ukuran Mulsa Organik Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa var. Aggregatum) Varietas Bauji Faizal Achmad Lazuardian; Nur Edy Suminarti; Medha Baskara
Produksi Tanaman Vol. 9 No. 8 (2021)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bawang merah (Allium Cepa var. Aggregatum) merupakan kelompok rempah yang tidak bisa digantikan oleh komoditas lain. Dalam lima tahun terakhir luas lahan bawang merah terus mengalami peningkatan, walaupun luas lahan terus meningkat namun produktifitas terus menurun tiap tahun.            Bawang merah sangat rentan terhadap iklim sehingga perlu dilakukan penanganan khusus agar bawang merah dapat berproduksi secara maksimal dengan iklim yang ada. Kelembaban tanah dan suhu tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan umbi bawang merah. Salah satu cara untuk mempertahankan suhu dan kelembaban adalah dengan menggunakan mulsa. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang pada bulan Juli 2018 sampai dengan Agustus 2018. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi dengan menempatkan jenis mulsa pada petak utama yang terdiri dari: Mendong, Jerami, Rumput Gajah. Sedangkan panjang mulsa ditempatkan sebagai anak petak, terdiri dari tiga ukuran yaitu: 50 cm, 25 cm, 5 cm. Masing – masing kombinasi diulang 3 kali sehingga diperoleh 27 petak kombinasi perlakuan. Pengamatan yang dilakukan terbagi menjadi 3 aspek yaitu (1) aspek lingkungan mikro tanaman, meliputi suhu tanah, dan kelembaban tanah (2) aspek pertumbuhan dari hasil tanaman serta (3) panen. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan jenis dan ukuran mulsa tidak menunjukkan adanya interaksi, akan tetapi perlakuan jenis mulsa mendong dibandingkan dengan mulsa jerami dan rumput gajah dapat meningkatkan suhu minimum sebesar 5,5% dan 3,2%, menurunkan suhu maksimum sebesar 3,3% dan 2,5%, meningkatan jumlah anakan produtif sebesar 14% dan 8,3%, serta meningkatkan bobot kering sebesar 25% dan 18,8%.
Pengaruh Tingkat Kepadatan Tanaman pada Pembentukan Iklim Mikro, Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Resqiana Dewi; Nur Edy Suminarti
Produksi Tanaman Vol. 9 No. 11 (2021)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan mikro. Tujuan penelitian adalah menentukan jarak tanam yang sesuai pada pembentukan iklim mikro, pertumbuhan dan hasil tiga varietas kacang tanah. Penelitian dilaksanakan Januari-April 2018 di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan: V1J1: Varietas Talam 1 + jarak tanam 40 cm x 10 cm, V1J2: Varietas Talam 1 + jarak tanam 40 cm x 20 cm, V1J3: Varietas Talam 1 + jarak tanam 40 cm x 30 cm, V2J1: Varietas Takar 2 + jarak tanam 40 cm x 10 cm, V2J2: Varietas Takar 2 + jarak tanam 40 cm x 20 cm, V2J3: Varietas Takar 2 + jarak tanam 40 cm x 30 cm, V3J1: Varietas Hypoma 2 + jarak tanam 40 cm x 10 cm, V1J2: Varietas Hypoma 2 + jarak tanam 40 cm x 20 cm, V1J3: Varietas Hypoma 2 + jarak tanam 40 cm x 30 cm. Hasil penelitian menunjukkan penerapan kombinasi varietas dan jarak tanam tidak menujukkan adanya interaksi. Semakin padat populasi tanaman dapat menurunkan suhu tanah dan meningkatkan kelembaban tanah. Perlakuan jarak tanam 40 cm x 30 cm memberikan hasil tertinggi pada parameter jumlah daun, jumlah polong/tanaman, bobot biji/tanaman dan bobot biji/petak panen.