Zainul Arifin
Pengeringan Dan Pengawetan Kayu - Universitas Mulawarman

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengawetan Perendaman Dingin dan Panas Dingin Kayu Trembesi (Albizia Saman) menggunakan Pengawet Boraks Safat Amin; Agung Priyo Hutomo; Zainul Arifin
Poltanesa Vol 22 No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.97 KB) | DOI: 10.51967/tanesa.v22i1.470

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai retensi dan keefektifan bahan pengawet Boraks (Na2B4O7.10H2O) terhadap serangan rayap tanah (Subteranean termites) pada kayu Trembesi (Albizia saman) dengan metode pengawetan dan konsentrasi bahan pengawet yang berbeda. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi dan Pengawetan Kayu, Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman Samarinda. Seluruh data diolah menggunakan pola percobaan 3 x 2 dalam rancangan faktorial acak lengkap dengan 10 kali ulangan. Parameter yang diukur adalah kadar air, Kerapatan kering udara, kerapatan kering tanur, uji retensi, dan persentase uji kehilangan berat dengan menggunakan metode perendaman dingin, perendaman panas dingin dan konsentrasi 1%, 2%, dan 4%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rataan kadar air kering udara Trembesi adalah 11,528% dengan koefisien variasi sebesar 4,445%. Nilai rata-rata kerapatan kering udara dan kerapatan kering tanur masing-masing adalah 0,460 g/cm3 dan 0,427 g/cm3 dengan koefisien variasi masing-masing sebesar 8,500% dan 8,364%. Konsentrasi bahan pengawet Boraks dan metode pengawetan berpengaruh sangat signifikan terhadap retensi bahan pengawet, semakin tinggi konsentrasi pengawet maka semakin tinggi pula nilai retensi nya. Metode perendaman panas dingin akan menghasilkan nilai retensi lebih tinggi dibanding metode perendaman dingin. Interaksi antara faktor konsentrasi dan metode pengawetan berpengaruh sangat signifikan terhadap retensi, dimana rataan nilai retensi tertinggi dan paling memberikan pengaruh terhadap perlakuan interaksi yang lain terdapat pada konsentrasi 4% dengan metode pengawetan panas dingin sebesar 2,662 kg/m3. Konsentrasi dan interaksi menunjukan adanya pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai kehilangan berat, sedangkan metode pengawetan menunjukan pengaruh yang sangat signifikan dengan nilai kehilangan berat terendah yang paling berpengaruh adalah perendaman panas dingin sebesar 1,484%. Namun perlakuan pengawetan secara umum telah mampu menurunkan kehilangan berat kayu. Persentase kehilangan berat contoh uji yang dihasilkan dalam penelitian diperoleh nilai dengan kisaran 1,339-3,678% untuk contoh uji yang mendapatkan perlakuan pengawetan, sedangkan contoh uji kontrol sebesar 9,573%. Nilai tersebut apabila dibandingkan dengan SNI 01-7207-2006 tentang uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu termasuk dalam kelas I (sangat tahan) sampai dengan kelas II (tahan), sedangkan untuk kontrol termasuk dalam kelas III (sedang). Sehingga dapat dikatakan bahwa kehilangan berat contoh uji yang telah diberi perlakuan cukup efektif untuk pencegahan dari serangan rayap tanah.
DINAMIKA MENUJU KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) SAMARINDA “SEBUAH HARAPAN DAN TANTANGAN” Hari Siswanto; Zainul Arifin; Ariyanto Ariyanto
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.225 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v1i2.775

Abstract

Universitas Mulawarman dengan pola ilmiah pokoknya hutan  tropis lembab dan lingkungannya, memiliki salah satu laboratorium alam berupa Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Unmul (HPFU). Areal ini menjadi menarik karena HPFU disamping representasi hutan alam tropis yang relatif cukup bagus juga posisinya yang sangat strategis . HPFU mengalami dinamika  baik kondisi biogeofisik karena  faktor alam khususnya kebakaran hutan tahun 1982/1983, 1992/1993, dan 1997/1998, maupun akibat aktivitas manusia.Hasil penafsiran citra Landsat liputan  2016  seluas 299,03 Ha,  penutupan lahannya didominasi  hutan sekunder seluas 204,13 Ha (68,99%) dan belukar 67,97 Ha (22,97%). Hasil inventarisasi hutan tahun 2016  dijumpai sebanyak 73 jenis pohon. Potensi rata-rata strata belukar 127,81 m3/Ha dengan  130 batang/Ha dan  hutan sekunder 135,46 m3/Ha dengan  111 batang/Ha. Pendugaan cadangan karbon pada areal HPFU  sebesar 32.937,79 ton. Sementara itu keberadaan satwa diantaranya Orang Utan (Pongo pigmaeus), Owa-Owa (Hylobates muelleri), berbagai jenis burung seperti Rajawali (Thearaetus pennatus), Elang bondol, Ular Phyton, Kura-kura, dan lain-lain.Selain dinamika  biogeofisik dan sosial budaya masyarakat sekitar HPFU, status penetapan kawasan hutan juga mengalami perubahan seiring berjalannya waktu  mulai dari ex areal HPH CV Kayu Mahakam, berturut-turut menjadi Hutan Koleksi Universitas Mulawarman, Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Unmul, Kebun Raya Unmul, Kebun Raya Unmul Samarinda, dan kini berdasarkan SK Menhut No.674/Menhut-II/2011 menjadi KPHP Samarinda yang penamaannya akan diusulkan menjadi KPHP Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (HPFU) bersamaan dengan pembuatan dokumen tata hutan dan RPHJP pada tahun 2017 ini.Dengan ditetapkannya HPFU sebagai KPHP, maka potensi biogeofisik dan sosial budaya masyarakat sekitar hutan akan menjadi potensi harapan yang besar meskipun di sisi lain ada beberapa kendala dan permasalahan yang dihadapi yaitu :  struktur kelembagaan yang ada (perlu adanya sinkroniosasi antara Fahutan Unmul, Badan Pengelola Hutan Pendidikan Fahutan Unmul, dan Dishut Propinsi Kaltim tentang KPHP Samarinda ; aktivitas tambang batubara yang berbatasan langsung dengan kawasan KPHP Samarinda; kerawanan terhadap kebakaran hutan; keterbatasan investasi dan kondisi sarana dan prasarana yang sudah mulai rusak. Adapun  peluang dan pengembangan KPHP Samarinda adalah diupayakan sebagai KPH center khususnya di Kaltim dan Kalimantan umumnya, pembangunan model-model pengelolaan hutan serta pembangunan ekowisata modern.
Uji Ketahanan Api Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) yang Diawetkan dengan Bahan Pengawet Natrium Silikat (Na2SiO3) Zainul Arifin; Irvin Dayadi; Cristianus Renaldy
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.915 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v4i2.4251

Abstract

The results of this study indicate that the average value of air dry moisture content of sengon wood is 14.081%, the air dry density is 0.326 g/m3 and oven dry density is 0.295 g/m3. The highest average retention value was at 3 days immersion with a concentration of 7% i.e. 16.161 kg/m3 and the lowest was at 1 day immersion with a concentration of 3% i.e. 5.161 kg/m3. The highest value of burn intensity at 2 days immersion with a 3% concentration i.e. 16.249% and the lowest at 1 day immersion with a concentration of 7% i.e. 6.025%. Preservation of sengon wood using natrium silicate at a concentration of 3%, 5% and 7% and immersion for 1 day, 2 days and 3 days is less effective in holding the fire rate, because the value is still below the ASTM E69 standard (2002) i.e. 7.5. The effective test of preservative (W) obtained the highest value of burn intensity at 1 day immersion with a concentration of 7% i.e. 7,490 and the lowest value at 2 days of immersion with a concentration of 3%, i.e. 3,231. The maximum temperature ranges from 206.0-291.2°C and the cooking time ranges from 206.1-607.8 seconds.
Pengawetan kayu sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) menggunakan oli bekas dengan metode perendaman dingin Zainul Arifin; Edi Sudiarso; Bella Winata
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.912 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v6i1.6178

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui retensi dan penetrasi oli bekas dengan pelarut solar pada konsentrasi dan lama perendaman yang berbeda serta ketahanannya terhadap serangan rayap tanah. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi dan Pengawetan Kayu, Fahutan Unmul Samarinda. Data hasil penelitian diolah dengan rancangan faktorial acak lengkap 3x3 dan replikasi 10. Parameter pengukuran meliputi nilai retensi, penetrasi serta kehilangan berat akibat serangan rayap tanah (Subteranean termites). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rataan kadar air kering udara pada kayu Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) sebesar 11,85%, kerapatan kering udara 0,35 g/cm3 dan kerapatan kering tanur 0,32 g/cm3. Lama perendaman, konsentrasi oli bekas dan interaksinya berpengaruh sangat signifikan terhadap retensi. Semakin besar konsentrasi dan lama perendaman makin besar pula nilai retensi yang akan didapat. Lama perendaman berpengaruh sangat signifikan terhadap nilai penetrasi oli bekas, sedangkan konsentrasi oli bekas dan interaksinya menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan. Semakin lama dilakukannya perendaman maka semakin tinggi pula nilai penetrasinya. Lama perendaman, konsentrasi oli bekas dan interaksinya tidak berpengaruh signifikan terhadap kehilangan berat. Namun jika dibandingkan dengan contoh uji tanpa perlakuan pengawetan (kontrol), contoh uji yang diawetkan dengan oli bekas lebih tahan terhadap serangan rayap tanah.