Edi Sanjaya
Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jalan. Ir. H. Djuanda No.95, Cempaka Putih, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 15412, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Doping Nitrogen, Sulfur, dan Boron terhadap Spektrum Absorbansi dan Fotoluminesensi Karbon Dot Asam Sitrat Alvin Dior Al Ghifari; Edi Sanjaya; Isnaeni Isnaeni
Al-Fiziya: Journal of Materials Science, Geophysics, Instrumentation and Theoretical Physics Al-Fiziya: Journal of Materials Science, Geophysics, Instrumentation and Theoretical Physics | Vol.2
Publisher : Physics Study Programme, Faculty of Science and Technology UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.124 KB) | DOI: 10.15408/fiziya.v2i2.11787

Abstract

Telah dilakukan sintesis karbon dot dengan bahan asam sitrat dengan metode pemanasan microwave. Sampel yang dibuat adalah sampel murni dan sampel yang diberi doping. Doping yang digunakan adalah HNO3 untuk doping Nitrogen (N), Na2S2O5 untuk doping Sulfur (S), dan H3BO3 untuk doping Boron (B). Pengujian optik yang dilakukan adalah Absorbansi UV-Vis dan Fotoluminesensi. Sampel karbon dot asam sitrat tanpa doping diuji terlebih dahulu, kemudian karbon dot doping-N, doping-S, dan doping-B diuji. Hasil yang didapat berupa spektrum absorbansi yang merupakan daya serap gelombang sampel yang diuji, dan spektrum fotoluminesensi yang merupakan pendaran sampel yang diuji. Spektrum sebelum pendopingan dibandingkan dengan spektrum setelah pendopingan. Dilakukan analisis perubahan sumbu-x yaitu pergeseran panjang gelombang, dan sumbu-y yaitu kenaikan atau penurunan nilai absorbansi dan intensitas fotoluminesensi. Hasil absorbansi karbon dot asam sitrat murni memiliki dua buah puncak (peak) absorbansi. Pendopingan N dan S tidak mempengaruhi spektrum absorbansi secara signifikan, namun pendopingan B sangat mempengaruhinya pada puncak kedua dengan menggeser 40 nm ke kanan dan menurunkan nilai absorbansi 1,68. Sedangkan hasil fotoluminesensi karbon dot asam sitrat murni memiliki sebuah puncak pada panjang gelombang 502 nm dengan intensitas 758 a.u., atau pendarannya berada dalam daerah warna cyan. Pendopingan N, S, dan B dapat menggeser spektrum fotoluminesensi ke arah warna merah dan nilai terbesar adalah dengan doping S yaitu sebesar 32 nm.
Pembuatan dan Karakterisasi Keramik Magnet BaFe12O19 dengan Variasi Waktu Milling dan Temperatur Sintering Syaiful Izzuddin Salam; Edi Sanjaya; Muljadi Muljadi
Al-Fiziya: Journal of Materials Science, Geophysics, Instrumentation and Theoretical Physics Al-Fiziya: Journal of Materials Science, Geophysics, Instrumentation and Theoretical Physics | Vol.2
Publisher : Physics Study Programme, Faculty of Science and Technology UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.372 KB) | DOI: 10.15408/fiziya.v2i1.10887

Abstract

In this study, we made ceramic magnet of barium hexaferrite (BaFe12O19) with variation of milling time and sintering temperature by powder metallurgy method. First, barium hexaferrite powder mashed with a rotary ball mill. Milling is done with medium of water (wet milling) for 4 hours and 12 hours. Then, the sample is dried for 24 hours and printed with a load of 8 tons for 1 minute. Then, the pellet-shaped sample sintered at a temperature of 1100 °C and 1200 °C with a holding time of 1 hour. The density and porosity measurements were carried out using the Archimedes Method, phase analysis with XRD, and magnetic flux density using gaussmeter. The highest density were found in samples that were milled for 12 hours and sintered at the temperature of 1200 °C ie 4.495 gr/cm3. In that sample also obtained the lowest porosity  0.89%. From XRD analysis, we knew that hematite (Fe2O3) was found as impurity phase. From gaussmeter, the samples with the highest magnetic flux density were found in samples that were milled for 4 hours and sintered at a temperature of 1200 °C ie 410.3 G.