Elisabeth Wahyu Savitri
Akademi Keperawatan Dharma Insan Pontianak

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Sebuah Study Kasus tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan : Cedera Kepala Ringan Elisabeth Wahyu Savitri
Elisabeth Health Jurnal Vol 6 No 2 (2021): Vol. 6 No. 2, Edisi Desember 2021 : Elisabeth Health Jurnal
Publisher : STIKes Santa Elisabeth Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52317/ehj.v6i2.343

Abstract

Abstrak Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung atau tidak langsung megenai kepala yang mengakibatkan luka dikulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan jaringan otak, serta mengakibatkan gangguan neurologis (Putri Rahayu 2016) Pasien yang menggalami cedera kepala akan menggalami pembengkakan otak atau terjadi perdarahan di tengkorak, tekanan intrakardinal akan meningkat dan tekanan perfusi otak akan menurun. Saat keadaan semakin menurun atau kritis maka denyut nadi menurun (bradikardia) dan bahkan frekuensi respirasi berkurang. Tekanan darah dalam otak terus meningkat hingga titik kritis tertentu dimana cedera kepala memburuk dan semua tanda vital terganggu dan berakhir pada kematian (widyawati, 2012). _______________________________________________________ Menurut WHO meperkirakan bahwa pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab dan trauma ke tiga terbanyak di dunia. Trauma kepala merupakan penyakit yang sering terjadi di zaman modern seperti sekarang . jadi seharusnya setiap individu harus patuh terhadap peraturan dan undang-undang lalu lintas. Menurut Riskesdas 2018, prevalensi kejadian cedera kepala di Indonesia berada pada angka 11,9 %. Cedera kepala pada anggota gerak bawah dan bagian anggota gerak atas dengan prevalensi masing-masing 67,9% dan 32,7%. Kejadian cedera kepala yang terjadi di provinsi bali memiliki prevalensi sebesar 10,7% , dimana provinsi dengan cedera kepala tertinggi yaitu provinsi gorontolo dengan prevalensi 17,9 (Kementrian Kesehatan RI, 2019) Insiden cedera kepala di Kalimantan Barat khususnya di kota Pontianak angka kejadian cedera kepala kepala 11,3% ( RISKESDAS 2018 ). Menurut penelitian yang di lakukan oleh Sutarjo dan Budijanto (2017) cedera kepala dapat menyebabkan pasien dan keluarga mengalami perubahan fisik maupun psikologis. Untuk itu perlu penanganan yang serius dalam memberi Asuhan Keperawatan. Dalam hal ini perawat memegang peranan yang penting terutama dalam pencegahan komplikasi
Hubungan efek samping OAT dengan motivasi pasien TB paru untuk melanjutkan pengobatan Elisabeth Wahyu Savitri; Usu Sius; Martinus Sudarso
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 15, No 3 (2021)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v15i3.5298

Abstract

Motivation to follow up on the intensive phase treatment with occurrence side effects of anti-tuberculosis drugs (ATD) among  patients with pulmonary tuberculosis Background: Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacterium mycobacterium tuberculosis, which attacks various organs, especially the lungs. Transmission of TB disease through the air from droplets of infected patients. The main reason for treatment failure is the patient does not want to take medication regularly. Pulmonary TB cases in west kalimantan were not only contributed by new patients (97.5%) but also re-treatment patients (2.5%) in 2015. TB patients in sanggau district in 2011 were 390 people. There were only 39 patients with pulmonary TB who managed to get treatment in the work area of the damai center health center in 2017, while most were unsuccessful.Purpose:To find out the relationship between Motivation to follow up on the intensive phase treatment with occurrence side effects of anti-tuberculosis drugs (ATD) among  patients with pulmonary tuberculosisMethod: A quantitative approach with a case study research strategy. The sample in the study was 39 respondents. The data obtained were then analyzed using the chi square test.Results: There was a relationship between itching (p value = 0.005), pain in the joints (p value = 0.018), reddish urine (p value = 0.001), nausea (p value = 0.000), impaired vision (p value = 0.001), and abdominal pain / hearTBurn (p value = 0.000) after taking oat with the motivation of pulmonary TB patients to continue treatment. On the other hand, there was no relationship between lack of appetite (p value = 0.055), dizziness (p value = 0.345), headache (p value = 0.257), and tingling (p value = 0.795) after taking oat with motivation. Pulmonary TB patients to continue treatment.Conclusion: There is a relationship between itching, pain in the joints, red urine, nausea, impaired vision, and abdominal pain after drinking oatsKeywords: Motivation; Follow up; Intensive phase treatment; Occurrence; Side effects of anti-tuberculosis drugs (ATD); Patients; Pulmonary tuberculosisPendahuluan: Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis, menyerang berbagai organ, terutama paru - paru.  Penularan penyakit TB melalui udara dari droplet pasien terinfeksi.  Alasan utama gagal pengobatan adalah pasien tidak mau minum obat secara teratur. Kasus TB paru di kalbar tidak hanya disumbang oleh pasien baru (97,5%) tetapi juga pasien pengobatan ulang (2,5%) di tahun 2015.  Penderita TB di kabupaten sanggau tahun 2011 sebanyak 390 orang.  Penderita TB paru yang berhasil melakukan pengobatan di wilayah kerja puskesmas pusat damai tahun 2017 hanya 39 orang, sedangkan sebagian besar tidak berhasil.Tujuan: Mengetahui hubungan efek samping OAT dengan motivasi pasien TB paru untuk melanjutkan pengobatanMetode: Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan strategi penelitian case study research.  Sampel dalam penelitian 39 orang.  Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji chi square.Hasil: Ada Hubungan antara rasa gatal (p value = 0,005), rasa nyeri pada persendian (p value = 0,018), urine berwarna kemerahan (p value = 0,001), rasa mual (p value = 0,000), penglihatan terganggu (p value = 0,001), dan rasa sakit perut / sakit ulu hati (p value = 0,000) setelah minum oat dengan motivasi pasien TB paru untuk melanjutkan pengobatan.  Sebaliknya, tidak ada hubungan antara rasa kurang nafsu makan (p value = 0,055), rasa pusing (p value = 0,345), rasa sakit kepala (p value = 0,257), dan rasa kesemutan (p value = 0,795) setelah minum oat dengan motivasi pasien TB paru untuk melanjutkan pengobatan.Simpulan:Ada Hubungan antara rasa gatal, rasa nyeri pada persendian,urine bewarna kemerahan, rasa mual, penglihatan terganggu, dan rasa sakit perut setelah minum OAT  
DASH (DIETARY APPROACH TO STOP HYPERTENSION) DALAM UPAYA PENURUNAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI Elisabeth Wahyu Savitri; Fransiska Romina
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Vol 12 No 2 (2021): Jurnal Keperawatan dan Kesehatan (JKK)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.947 KB) | DOI: 10.54630/jk2.v12i2.160

Abstract

DASH (DIETARY APPROACH TO STOP HYPERTENSION) DALAM UPAYA PENURUNAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI Ketua Peneliti : Ns. Elisabeth Wahyu Savitri.M.Kep Anggota Peneliti: NS. Fransiska Romina. M.Kep (1111038401) Pemenang Hibah Penelitian Dosen Pemula Tahun 2021 AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA INSAN PONTIANAK ABSTRAK Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi yang menetap, dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, ketika diukur paling tidak pada dua kali pengukuran dan pada dua kondisi yang berbeda dengan jarak dua minggu (deWit & Kumagai, 2013: 398). Sedangkan menurut Joint National Comitte 7 tahun 2003 dalam Ignatavicius 2010, hipertensi di definisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah distolik ≥ 90 mmHg. Penyebab hipertensi secara garis besar dibedakan pada 2 faktor resiko yaitu faktor yang tidak dapat diubah (non modifiable risk factor) dan faktor yang dapat diubah ( modifiable risk factor) ( Moser & Riegel, 2008: 435). Faktor yang dapat diubah seperti gaya hidup (life style) yang tidak baik, misalnya mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan tinggi garam, obesitas, merokok, alkohol, sendentary life style dan stress. Sedangkan faktor yang tidak dapat di ubah adalah bertambahnya umur dan proses penuaan, gender atau jenis kelamin, riwayat hipertensi dalam keluarga atau hereditas dan ras atau etnik tertentu ( deWit & Kumagai, 2013: 399). Di seluruh dunia diperkirakan ada 8 juta jiwa meninggal setiap tahun berhubungan dengan hipertensi dan terus meningkat setiap tahunnya. Di Amerika, di prediksi ada 1 orang dari 3 penduduk Amerika yang menderita hipertensi ( Sood et al, 2010: 1) dan data lain menyebutkan hipertensi telah diderita lebih dari 70 juta jiwa pada usia > 20 tahun di Amerika ( Weir et al, 2011: 1). Di Indonesia prevalensi penderita hipertensi juga cenderung terus meningkat, dimana penderita hipertensi 31.7% dari populasi usia 18 tahun keatas ( Depkes RI, 2012 ). Hipertensi yang tidak terkontrol sebagai faktor penyebab dalam morbiditas dan mortalitas akibat timbulnya gangguan pada kardiovaskuler (Hediyati, 2011: 1061). Hipertensi juga dikaitkan sebagai penyebab terjadinya stroke, penyakit jantung, gagal ginjal dan penyakit non vaskuler lainnya ( Moser & Riegel, 2008: 439). Melihat demikian besarnya akibat hipertensi maka perlu dilakukan penanganan yang efektif pada penderita hipertensi terutama dalam hal memodifikasi faktor penyebab yang dapat diubah atau modifiable risk factor salah satu hal yang dapat penderita lakukan adalah dengan melakukan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) atau dapat di definisikan sebagai suatu pendekatan diet dalam pencegahan hipertensi dimana diet yang dapat dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan rendah lemak, maka berdasarkan beberapa latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti pengaruh DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh DASH pada upaya penurunan tekanan darah penderita hipertensi dan sebagai Tujuan khusus penelitian ini untuk mengetahui data demografi pasien yang menderita hipertensi, Metode penelitian yang digunakan adalah dengan eksperimental, yaitu dengan melakukan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) pada setiap kali makan selama 30 hari baik pada saat sarapan, makan siang dan makan malam dan akan dilihat efeknya terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi pada pretest dan postest setelah hari ke-30 yang bermakna (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa Diet DASH yang dilakukan selama 30 hari secara signifikan berpengaruh untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi Luaran yang ditargetkan dalam penelitian ini adalah publikasi di jurnal nasional terakreditasi yang ber ISSN dan dan buku ber ISBN serta TKT penelitian ini adalah 3
Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Hipertensi Kepada Penderita di Graha Werdha Marie Joseph Pontianak: Health Education for Hypertension Patient in Graha Werdha Marie Joseph in Pontianak Elisabeth Wahyu Savitri; Fransiska Romina; Agnes Dwiana Widi Astuti
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat : Kesehatan Vol. 2 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) STIKES Notokusumo Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.835 KB)

Abstract

Abstrak: Hipertensi beresiko dua kali lebih besar mengalami Coronary Disease seperti infark miokard dan Sudden Death  serta tiga kali lebih besar mengalami gagal jantung. Iskemia miokard terjadi  akibat  ketidakseimbangan  antara supply dan kebutuhan oksigen miokard. Hipertensi mengurangi supply oksigen dan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard yang pada akhirnya akan meningkatkan kejadian  infark miokard. Penyebab hipertensi secara garis besar dibedakan pada 2 faktor resiko yaitu faktor yang tidak dapat diubah (non modifiable risk factor) dan faktor yang dapat diubah (modifiable risk factor). Faktor yang dapat diubah seperti gaya hidup (life style) yang tidak baik, misalnya mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan tinggi garam, obesitas, merokok, alkohol, sendentary life style dan stress. Kegiatan Pengabdian Masyarakat adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada penderita hipertensi tentang bagaimana penanganan penyakit yang dideritanya, dimana pendidikan kesehatan dilakukan sekali dengan metode ceramah dan selanjutnya para peserta diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum jelas dan peserta diberi leaflet agar dapat mengulang untuk membaca materi yang diberikan. Peserta dalam pengabdian masyarakat ini sebanyak 13 orang. Hasil yang didapatkan dari kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan penderita tentang hipertensi dengan demikian diharapkan tekanan darah penderita menurun dan komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakitnya tidak terjadi sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal. Abstract:  Hypertension has two times greater risk of experiencing coronary disease such as myocardial infarction and sudden death and three times greater risk of experiencing heart failure. Myocardial ischemia results from an imbalance between myocardial oxygen supply and demand. Hypertension reduces oxygen supply and increases myocardial oxygen demand, which in turn will increase the incidence of myocardial infarction. The causes of hypertension are broadly divided into non modifiable risk factor and modifiable risk factor. The modifiable risk factor are  lifestyle: for example consuming foods that are high in fat and salt, obesity, smoking, alcohol, sendentary life style and stress. This Activities are to provide health education to people with hypertension about how to handle their illness, this health education is carried out once with the lecture method and then Participants are given the opportunity to ask questions and given leaflets so that they can repeat to read the material that has been given. The Participants are 13 person. The results obtained from this activity are increased knowledge about hypertension so it is hoped that the patient's blood pressure can decrease and complications that can occur due to the disease do not occur and optimal health status can be achieved.