Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis Fitokimia dan Karakterisasi dari Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Azizah Vonna; Lydia Septa Desiyana; Rizki Hafsyari; Didi Nurhadi Illian
Jurnal Bioleuser Vol 5, No 1 (2021): April 2021
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Syiah Ku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/j. bioleuser.v5i1.22976

Abstract

Daun kersen (Muntingia calabura L.) secara empiris telah digunakan oleh masyarakat dalam berbagai pengobatan, biasanya digunakan bahan kering (simplisia) dengan cara diserbukkan lalu diseduh. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan informasi tentang karakteristik ekstrak dari daun kersen (M. calabura) dan analisis fitokimia terkait identifikasi senyawa metabolit sekunder pada ekstrak daun M. calabura. Prosedur ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Karakterisasi ekstrak etanol daun M. calabura (EEDM) dilakukan melalui penetapan kadar air, kadar abu total, serta penetapan kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol. Analisis fitokimia dilakukan terhadap alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan tanin menggunakan prosedur standar skrining fitokimia. Ekstrak etanol daun M. calabura (EEDM) yang diperoleh adalah sebanyak 171,2 g dengan persentase rendemen 20,1%. Kadar air pada EEDM telah memenuhi persyaratan sesuai dengan standar. Senyawa metabolit sekunder pada EEDM lebih banyak terlarut dalam etanol dibandingkan dalam air. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada EEDM adalah flavonoid, saponin, steroid dan tanin.
Uji Aktivitas Mukolitik Daun Kersen (Muntingia calabura L.) secara In Vitro Lydia Septa Desiyana; Azizah Vonna; Rizki Hafsyari; Didi Nurhadi Illian
Jurnal Bioleuser Vol 5, No 1 (2021): April 2021
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Syiah Ku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/j. bioleuser.v5i1.22977

Abstract

Penelitian terhadap aktivitas mukolitik dari ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.) telah dilakukan secara in vitro. Latar belakang penelitian ini adalah penggunaan empiris daun kersen sebagai obat batuk. Proses ekstraksi daun kersen dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas mukolitik dari ekstrak etanol daun kersen terhadap putih telur dengan variasi konsentrasi ekstrak (3,75%; 7,5%; 15%). Asetilsistein 0,2% dan Na-CMC 0,5% digunakan sebagai kontrol positif dan kontrol negatif. Viskositas mukolitik ditentukan dengan mengukur perubahan nilai viskositas dari putih telur menggunakan viskometer Brookfield. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji statistik oneway ANOVA dan dilanjutkan dengan uji LSD pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun kersen memiliki potensi sebagai mukolitik. Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dari setiap kelompok perlakuan pada menit ke-60 (p 0,05). Aktivitas terbesar diberikan oleh ekstrak dengan konsentrasi 15%, namun hasil ini belum sebanding dengan asetilsistein 0,2%.
WOUND HEALING ACTIVITY OF UNGUENTUM DOSAGE FORM OF ETHANOLIC EXTRACTS OF Areca catechu L. NUT IN Mus musculus albinus Azizah Vonna; Rizky Nurismi; Misrahanum .
Jurnal Natural Volume 15, Number 2, September 2015
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.937 KB)

Abstract

The activity test of ethanol extract of betel nut ointment (Areca catechu L.) in wound healing on mice (Mus musculus albinus) has been carried out to determine the ability of the ethanol extract of betel nut ointment in wound healing and determine the concentration which was accelerate the wound healing on mice between 2 concentrations. This experimental research method used completely randomized design (CRD) using 20 mices divided into 4 treatment groups ; ointment base, povidone iodine ointment, ethanol extract of betel nut ointment (SEEBP) 2% and SEEBP 4%. Each treatment groups was tested in the incision which was made along the 15 mm parallel to the spine (Os. Vetebre) with the depth until subcutaneous skin layers. The ointment was applied twice a day for about 21 days and observed changes every day for during the period of observation. The results showed that the average length of time of the scab formation, the scab exfoliation, and the wound healing successively are for the ointment base was 6.6; 10.2 and 18.2 days, povidone iodine ointment was 7; 11.2 and 14.8 days, SEEBP 2% was 5.75; 7.75 and 13.25 days, SEEBP 4% was 4.2; 8.8 and 12.8 days. ANOVA and LSD results of scab formation time showed a significant difference between SEEBP 4% with base ointment and povidone iodine ointment (p 0.05). Results of the exfoliation scab showed a significance difference between SEEBP 2% with base ointment and povidone iodine ointment (p 0.05). The duration of wound healing showed that there was significance difference between SEEBP 2%, SEBP 4% and povidone iodine ointment with ointment baseĀ  (p0.05).Thus, betel nut ointment as an effect on healing process. The concentration which can accelerate wound healing in mice is SEEBP 4%.
Evaluasi Waktu Tunggu Setelah Redesign dan Penerapan Lean Pharmacy Pada Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Yani, Fitri; Syarifah Maraiyuna; Azizah Vonna
Journal of Medical Science Vol 3 No 1 (2022): Journal of Medical Science
Publisher : LITBANG RSUDZA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.035 KB) | DOI: 10.55572/jms.v3i1.55

Abstract

Waktu tunggu pelayanan menurut World Health Organization (WHO) merupakan acuan penilaian sistem kerja yang baik dari suatu fasilitas kesehatan. Waktu tunggu obat adalah jumlah waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi. Farmasi merupakan unit pelayanan terakhir yang akan dikunjungi pasien yang berobat rawat jalan di Rumah Sakit. Standar yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan untuk pelayanan resep non racik adalah 30 menit untuk satu resep, sementara dari hasil evaluasi di depo farmasi rawat jalan tahun 2021 diketahui waktu tunggu pelayanan resep masih di atas standar. Beberapa intervensi untuk menurunkan lamanya waktu tunggu telah dilakukan selama beberapa tahun ke belakang. Namun, intervensi tersebut tidak terdokumentasi dengan baik dan hasil dari intervensi tidak terukur secara jelas, sehingga tidak bisa dijadikan sebagai referensi dalam perbaikan berkelanjutan berikutnya. Penelitian ini merupakan upaya perbaikan yang dilakukan dengan menerapkan konsep lean pharmacy di depo farmasi rawat jalan. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode penelitian quasi experimental dengan one group pretest posttest design yang bertujuan untuk menguji perbaikan waktu tunggu dan kepuasan pasien setelah diterapkan konsep Lean pharmacy. Beberapa intervensi diterapkan yaitu merubah tahapan prosedur pelayanan resep pada tahapan awal, memisahkan tanggung jawab petugas berdasarkan kategori jenis resep, menambah unit set komputer untuk resep cito dan eksekutif, merevisi SOP pelayanan resep kronis dan non kronis, memfasilitasi pasien dengan informasi alur pelayanan resep dalam bentuk standing banner dan melakukan sosialisasi perubahan sistem dan motivasi penguatan kinerja kepada staf di depo farmasi rawat jalan. Hasil yang diperoleh pada penelitian waktu tunggu pelayanan resep kronik di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUDZA sebelum dilakukan intervensi adalah selama 1 jam 26 menit (86 menit) dan meningkat lebih cepat setelah dilakukannya intervensi menjadi 56 menit (p-value 0,000). Hasil penelitian kepuasan pasien sebelum dilakukan intervensi yaitu waktu tunggu pelayanan resep di depo farmasi rawat jalan terjadi penurunan waktu yang signifikan (p-value 0,000) sebesar 30 menit setelah dilakukan intervensi dengan melakukan rediesign pelayanan farmasi.