Abstrak. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis akuntansi zakat perusahaan yang diamalkan oleh Muzakki di kota Medan. Kebanyakan perusahaan di Indonesia menggunakan kaedah modal kerja dalam membuat taksiran zakat perusahaan. Ia berbeda dengan muzakki di kota Medan yang menggunakan kaedah keuntungan tahunan. Ketidakseragaman pengamalan kaedah ini menimbulkan beberapa implikasi. Antaranya yang penting ialah kedua-dua kaedah ini akan menghasilkan nilai zakat yang dikenakan adalah berbeda. Selain itu, jika kaedah modal kerja yang dipakai, selagi modal kerja tersebut adalah positif, sesuatu perusahaan dikenakan zakat walaupun ia mengalami kerugian. Sebaliknya jika sesuatu perusahaan mendapat keuntungan yang tinggi sekalipun, ia tidak dikenakan zakat selagi modal kerja perusahaan adalah negatif. Persoalannya antara kedua dua kaedah tersebut, kaedah manakah yang lebih adil sama ada kepada pembayar zakat atau kepada pemilik perusahaan? Apakah munasabah sesuatu perusahaan itu telah mengalami kerugian, tetapi pada masa yang sama ia dibebani dengan zakat? Sedang kepada pihak yang lain, mereka tidak dikenakan zakat, padahal mereka menikmati keuntungan yang lumayan. Abstract. This study aims to analyze the accounting of zakat companies practiced by Muzakki in the city of Medan. Most companies in Indonesia use the working capital method in making company alms estimates. He is different from muzakki in Medan who uses the annual profit method. The uniformity of the practice of this method has several implications. The important thing is that both of these methods will produce different values of zakat that are imposed. In addition, if the working capital method is used, while the working capital is positive, a company is subject to zakat even if it loses. Conversely, if a company gets a high profit though, it is not subject to zakat while the company's working capital is negative. The problem is between the two methods, which method is more equitable for zakat payers or the company owner? Is it possible that the company has suffered a loss, but at the same time it was burdened with zakat? As for the other parties, they are not subject to alms, even though they enjoy a decent profit.