Nur Muhammad Heriyanto
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON YANG BERPOTENSI OBAT DI TAMAN NASIONAL MERU BETiRI, JAWA TIMUR Nur Muhammad Heriyanto
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 3, No 1 (2006): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2006.3.1.55-64

Abstract

Penelitian   bertujuan  untuk   mendapatkan   informasi  tentang keragarnan  jenis  pohon yang berpotensi   sebagai obat.  Pengumpulan   data  dilakukan  dengan menggunakan   rnetode  pengukuran  jalur    berpetak  dengan   lebar jalur 20 m dan panjang jalur  1.000  m yang  diletakkan  memotong   lereng,  jumlah jalur pengamatan 3 jalur,  Hasil penelitian  menunjukkan  bahwa  jerus  pohon  tumbuhan obat  yang dijurnpai   di  Taman   Nasional  Meru   Betiri berjumlah  28 jenis,   d1  antaranya   yaitu   besule (Chydenanrhu.r excelsus  Miers.)   dengan   kerapatan  15,5   pohon per  hektar.   jabon  (Anthocephallus  cadamba   M1q  )  dcngan   kerapatan    12.3    pohon   per hektar    dan  wining (Pterocybtum javanicum  R   Br)  dengan kerapatan I0   pohon per  hektar  indeks   keanekaragarnan   jenis  pohon tumbuhan   obat  tertinggi    dimiliki    oleh  besule  (Chydenanrhu.r  excelsus Miers.)  dengan   nilai   keanekaragaman sebesar  0, 10  kemudian  disusul olch jenrs  jabon  (A111hocephallus   cadamba   M1q.}  nrlat   keanekaragaman   jerus 0,08,  dan  wining (Ptcrocybiwn javanicum  R.  Br.}   mlai keanckaragaman  jenis 0.07.  Bagi an lumbuhan   yang digunakan   sebagai   obat  yaitu   daun,  buah,   b1ji.   batang,   kulit  batang,   kulit    buah,  kccambah    btJI,   akar,   dan gctah.   Sedangkan   tumbuhan  yang paling   ban yak digunakan   yauu  bagian kuht batang ( 10  jenis),  bagian  biji  (8 jenis). dan bagian   daun  (6 jcnis).  Jonis   penyakn yang dapat diobati   atau  dicegah   yaitu  pcnyakit    kcwanitaan, dcrnam,  batuk,  malaria,   dan sakit perut.
POTENSI TUMBUHAN BAWAH PADA TEGAKAN HUTAN TANAMAN Acacia crassicarpa A. Cunn. ex Benth SEBAGAI PAKAN GAJAH DAN PENYIMPAN KARBON DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR (The Potential of Understorey in Acacia crassicarpa A. Cunn. ex Benth Plantation for Elephant Feed and Carbon Storage in Ogan Komering Ilir Regency) R Garsetiasih; Anita Rianti; Nur Muhammad Heriyanto
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 15, No 2 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (606.199 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2018.15.2.97-111

Abstract

ABSTRACT Understorey in a forest area can be utilized as herbivorous animal feed, as well as carbon storage. In Ogan Komering Ilir (OKI) Regency, the understorey is utilized by elephant as feed habitat. The study aimed to determine the diversity, productivity and potential for carbon content of understorey in A. Crassicarpa plantation in OKI Regency. The method used for collection of understorey data was square plot method with 1x1m size, where the first plot was determined randomly and followed by the subsequent plots systematically. The results found out 8 types of understorey species with important index values in sequence were Nephrolepis biserrata (Sw) Schott. 66.90%; Melastoma malabathricum L. 44.14% and Stenochlaena palustris (Burm. F.) Bedd. 36.18%. The species of feed that most eaten by the elephants were Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott., Cyperus kyllinga Endl. and Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd. The domination of understorey in the stand of Germplasm Conservation Area (KPPN) (0,1611) was greater compared to those in block A (0,1124) and block E (0,1512). The total biomass of the understorey in Block A (3 year old A. Crassicarpa stand), E Block (3,3 year old A. Crassicarpa stand), and KPPN were 561,8 kg/ha; 371,48 kg/ha; and 383,84 kg/ha, respectively. Carrying capacity of the understorey as feed for elephants during the dry season in block A was for 10,54 elephants; block E was for 2,10 elephants and KPPN was for 79,37 elephants. Therefore, in order to meet the requirement of elephant feed and minimize elephant interference to plantation, the quality of KPPN needs to be improved. Key word : Acacia crassicarpa, carbon, diversity, productivity, undergrowth  ABSTRAK Tumbuhan bawah hutan selain berfungsi sebagai pakan satwa herbivora juga dapat menyimpan karbon. Tumbuhan bawah pada tegakan Acacia crassicarpa di Kabupaten Ogan Komering Ilir juga dimanfaatkan oleh gajah sebagai habitat pakan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keanekaragaman dan produktivitas tumbuhan bawah serta potensi kandungan karbonnya. Pengumpulan data tumbuhan bawah menggunakan metode plot bujur sangkar berukuran 1 m x 1 m, penentuan plot pertama dilakukan secara acak dan selanjutnya secara sistematik. Hasil penelitian dijumpai delapan jenis tumbuhan bawah dengan nilai indeks penting secara berurutan yaitu paku harupat (Nephrolepis biserrata) sebesar 66,90%, harendong (Melastoma malabathricum) 44,14% dan jenis paku udang (Stenochlaena palustris) 36,18%. Penguasaan jenis tumbuhan bawah pada tegakan Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN) lebih besar (0,1611) dibandingkan pada tegakan di blok A dan blok E (0,1124 dan 0,1512). Biomassa tumbuhan bawah di blok A (tegakan A. crassicarpa 3 tahun), blok E (tegakan A. crassicarpa 3,3 tahun) dan Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN) berturut-turut adalah 561,8 kg/ha; 371,48 kg/ha; dan 383,84 kg/ha. Daya dukung tumbuhan bawah sebagai pakan gajah pada saat musim kemarau di blok A adalah 10,54 gajah; blok E sebesar 2,10 ekor gajah dan areal KPPN sebesar 79,37 gajah. Untuk memenuhi kebutuhan pakan gajah serta meminimalisir gangguan gajah terhadap hutan tanaman perlu peningkatan kualitas KPPN.Kata kunci : Acacia crassicarpa, karbon, keanekaragaman, produktivitas, tumbuhan bawah