Reny Sawitri
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM DI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN DI KOTA TARAKAN Reny Sawitri; M. Bismark; Endang Karlina
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 10, No 3 (2013): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2013.10.3.297-314

Abstract

Kawasan Konservasi Mangrove Bekantan (KKMB) di Kota Tarakan Kalimantan Timur dibangun sebagai tempat pendidikan mangrove dan konservasi bekantan. Pengelolaan selanjutnya berkembang menjadi daerah tujuan wisata, sehingga diperlukan kajian kesesuaian ekosistem mangrove dan persepsi pengunjung dalam rangka mendukung program tersebut. Studi ini meliputi analisis vegetasi mangrove, kandungan logam berat di dalam tanah dan tekstur substrat tanah, keberadaan satwaliar dan biota perairan, kondisi pasang surut dan persepsi pengunjung KKMB. Tipe ekosistem mangrove KKMB terdiri dari hutan alam yang didominasi Rhizophora apiculata (INP = 106,94%) dan kawasan perluasan didominasi oleh Sonneratia alba (INP= 113,50%). Analisis substrat tanah menunjukkan indikasi pencemaran logam berat yang tinggi seperti Pb   (20,63-33,41 ppm) sebagai dampak negatif kegiatan transportasi masyarakat. Salah satu jenis biota perairan yang dimanfaatkan masyarakat adalah Telescopium telescopiumyang merupakan jenis yang dilindungi. Ditemukan 25 individu bekantan (Nasalis larvatus) dan 18 jenis burung. Penilaian kesesuaian kawasan KKMB menunjukkan hutan alam (80,26%) dan kawasan perluasan (92,10%) sangat sesuai  dan memenuhi kriteria sebagai obyek wisata alam, ditunjang oleh persepsi pengunjung yang tertarik kepada keindahan alam, satwaliar, dan biotik perairan.
POPULASI BURUNG MERAK HIJAU (Pavo muticus Linnaeus, 1766) DI EKOSISTEM SAVANA, TAMAN NASIONAL BALURAN, JAWA TIMUR Mariana Takandjandji; Reny Sawitri
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2011.8.1.13-24

Abstract

Beberapa jenis satwaliar langka yang ada di Indonesia memiliki nilai ekonomi tinggi yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk hidup (sebagai satwa pelihara untuk kepentingan ekowisata) di antaranya adalah burung merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766). Penelitian ini bertujuan menyediakan data dan informasi ilmiah tentang bio-ekologi burung merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766), sehingga dapat diacu dalam pengembangan penangkaran. Penelitian dilakukan melalui pengamatan langsung di habitat hutan konservasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa habitat burung merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) pada dataran rendah berupa ekosistem savana dengan ketinggian bertengger 4-25 m. Pakan burung merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) berupa bunga, buah, biji rumput-rumputan, dan tumbuhan bawah. Populasi burung merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di ekosistem savana Bekol dan Bama, Taman Nasional Baluran selama tahun 1988-2007 mengalami penurunan 48%, tetapi sex ratio jantan dan betina sekitar 1:1,6. Pengelolaan habitat pada ekosistem savana perlu dilakukan agar populasi burung merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Taman Nasional Baluran terus meningkat, melalui pemberantasan tanaman invasif Acacia nilotica (L.) yang dapat mengganggu pertumbuhan tumbuhan bawah sebagai sumber pakan burung. Penangkaran burung merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) perlu dioptimalkan dengan memperhatikan aspek bio-ekologi agar dapat mencapai keberhasilan penangkaran. 
KERAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN NASIONAL KEPULAUAN WAKATOBI DAN TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU Reny Sawitri; Sofian Iskandar
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 9, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2012.9.2.175-187

Abstract

Taman Nasional (TN) Kepulauan Wakatobi dan TN Kepulauan Seribu merupakan perwakilan kawasan kepulauan di Indonesia bagian timur dan barat. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang besarnya dampak pengelolaan kepulauan untuk perumahan maupun wisata alam terhadap keragaman jenis tumbuhan dan burung hutan lahan kering. Metode penelitian burung menggunakan satuan pulau sebagai sampel plot dan dihitung kepadatan populasinya, sedangkan untuk tanaman dilakukan pengambilan data pohon pada sampel plot  ukuran 50 m x 50 m, 2-3 ulangan. Hasil pengamatan di kepulauan menunjukkan bahwa indeks keragaman jenis tumbuhan hutan mangrove dan pantai di TN Kepulauan Wakatobi (H’ = 1,06-1,20) maupun TN Kepulaun Seribu (H’ = 0,76-1,02) memiliki nilai yang rendah. Pengelolaan dan fungsi pulau sebagai tempat wisata alam maupun perumahan mempengaruhi keragaman jenis tumbuhan maupun jenis burungnya. Di kepulauan yang dikelola sebagai tempat perumahan lebih banyak dijumpai burung gereja (Passer montanus L.) dan gagak (Corvus enca Horsfield), karena jenis burung ini dapat beradaptasi dengan kehadiran manusia, sedangkan di kepulauan yang dikelola sebagai tempat wisata alam akan dijumpai beberapa jenis burung seperti burung kacamata biasa (Zosterops palpebrosa Temminck, H’= 2,8418), kepodang (Oriolus chinensis L., H’ = 1,7442), dan  srigunting (Dicrurus remifer Temminck, H’ = 1,9902) yang beradapatasi terhadap lingkungan sekitar berupa ketersedian pakan. Pendataan burung hutan lahan kering untuk kepulauan sangat penting karena keberadaan burung di sini sangat rentan dari kepunahan apabila daya adaptasi terhadap lingkungan sekitar rendah.
KERAGAMAN GENETIK DAN SITUS POLIMORFIK TRENGGILING (Manis javanica Desmarest, 1822) DI PENANGKARAN Reny Sawitri; Mariana Takandjandji
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2014.11.1.1-11

Abstract

Trenggiling (Manis javanica Desmarest, 1822) merupakan satwa yang terancam keberadaannya akibat perburuan liar dan perdagangan ilegal, sehingga termasuk satwa dilindungi dan terdaftar pada Appendix IICITES. Upaya penangkaran trenggiling telah dilakukan oleh penangkar satwa di Medan, Sumatera Utara,menggunakan indukan dari alam. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang variabilitasgenetik dan hubungan kekerabatan populasi trenggiling di penangkaran tersebut untuk mencegah perkawinansedarah. Metode yang digunakan adalah analisis sekuen D loop mitokondria (mt) DNA melalui sampel darahKonsentrasi DNA dari 11  individu trenggiling berkisar antara 74,75-1013,25 ng/µl, memiliki delapanmacam haplotipe. Keragaman genetik ke-11 trenggiling sangat rendah (0,00337). Uji Tajima (D = -0,75298)dan uji Fu & Li (0,19158) menunjukkan 11 individu dalam populasi tersebut telah terjadi inbreeding dan berasal dari lokasi yang berdekatan, tetapi  kedua nilai tersebut tidak signifikan (P>0,10). Berdasarkan pohonfilogeni, perkawinan induk trenggiling dapat diatur sebagai berikut: SIB-05/SIB-10 (♂) dapat dikawinkan dengan SIB-08/SIB09 (♀), SIB 01/SIB-07/SIB-03/SIB-06 (♂) dapat dikawinkan dengan SIB-04 (♀),sedangkan SIB-02 (♀) dapat dikawinkan dengan SIB-11 (♂), sehingga laju inbreeding dapat ditekan dan keragaman genetiknya dapat dipertahankan.