Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PENINGKATAN PEMANFAATAN KAYU RASAMALA DENGAN PERBAIKAN TEKNIK PENEBANGAN DAN SIKAP TUBUH PENEBANG: STUDI KASUS DI KPH CIANJUR, PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT Sona Suhartana; Yuniawati Yuniawati; Djaban Tinambunan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 5 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.5.349-361

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di KPH Cianjur Jawa Barat pada tahun 2005. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan pemanfaatan kayu rasamala yang dihasilkan dari penerapan teknik penebangan serendah mungkin dan konvensioal sikap tubuh penebang (jongkok dan membungkuk).Data yang dikumpulkan adalah: waktu kerja, volume kayu, produktivitas, efisiensi, tinggi tunggak dan biaya penebangan. Data dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap faktorial split plot.Hasil penelitian menunjukkan: (1) Dengan menerapkan teknik serendah mungkin dapat meningkatkan efisiensi sebesar 28.5% (jongkok) atau 28,2% (membungkuk); (2) Teknik penebangan dan sikap tubuh penebang berpengaruh nyata terhadap produktivitas dan biaya penebangan; (3) Rata-rata tinggi tunggak untuk teknik penebangan serendah mungkin adalah 9.18 cm (jongkok) dan 9.64 cm (membungkuk); sedangkan untuk teknik konvensional adalah 15.83 cm (jongkok) dan 16.41 cm (membungkuk).
FAKTOR EKSPLOITASI HUTAN DI SUB REGIONAL KALIMANTAN TIMUR Soenarno Soenarno; Wesman Edom; Zakaria Basari; Dulsalam Dulsalam; Sona Suhartana; Yuniawati Yuniawati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 34, No 4 (2016): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2016.34.4.335-348

Abstract

Dalam pemanfaatan kayu, pemanenan hutan merupakan tahap kegiatan utama yang dilakukan agar potensi pohon dapat dikeluarkan dari dalam hutan. Banyak atau sedikitnya limbah yang terjadi selama proses pemanenan kayu dapat dijadikan tolok ukur faktor eksploitasi (FE). Selama ini, pemerintah menetapkan angka FE sebesar 0,7. Padahal, paradigma pengelolaan hutan alam sudah semakin baik dengan diterapkannya pembalakan berdampak rendah (reduced impact logging/ RIL) dan/atau berdampak rendah karbon (RIL-C). Dilihat dari aspek ekonomis, nilai FE mempunyai peranan sangat penting karena digunakan sebagai pengali didalam menentukan jatah produksi tahunan (JPT) dan dasar untuk menjadi memperkirakan penerimaan besarnya provisi sumberdaya hutan (PSDH). Sedangkan dari aspek ekologis, penetapan nilai FE yang lebih besar dapat mengurangi terjadinya kerusakan hutan. Hasil penelitian yang dilakukan di 5 IUPHHK-HA di Kalimantan Timur menunjukkan besarnya bilangan FE berkisar antara 0,77 - 0,89. Besar kecilnya bilangan FE lebih dipengaruhi oleh faktor ketrampilan penebang dibandingkan dengan factor kompetensi manajemen IUPHHK-HA. 
PENGGUNAAN JUMLAH PERALATAN PEMANENAN KAYU YANG EFISIEN GUNA PENCAPAIAN RENCANA PRODUKSI KAYU DI SATU PERUSAHAAN HUTAN PRODUKSI ALAM, KALIMANTAN UTARA Sona Suhartana; Yuniawati Yuniawati
Jurnal Hutan Tropis Vol 5, No 1 (2017): Jurnal Hutan Tropis Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2017
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v5i1.4060

Abstract

Timber harvesting activities cannot be separated from the use of the equipment either mechanical and semi-mechanical. As long, the use of timber harvesting equipment is still less efficient in terms of quantity. Too much equipment means dissipation, but less equipment may decrease the achievement of timber production target. This study aimed to determine the optimal number of harvesting equipment in a natural production forest in order to achieve timber production target. The research was conducted in November 2015 in PT INHUTANI II, North Borneo. Primary data including equipment productivity, ownership cost, operation cost, the number of tools, production duration, and production target were collected. The data were tabulated and averaged. The results showed that there was an excess in the equipment used in skidding and haulling  which facilitated a faster work duration that were 42 and 44 months, respectively, whereas in loading and unloading activities showed the lack of two units tools which caused 15 months slower work duration; 2). The production cost in the skidding and haulling activities showed a high difference that is IDR 391,067.6/m3 and 592,316.8/m3 each.Kegiatan pemanenan kayu tidak terlepas dari penggunaan peralatan baik semi mekanis maupun mekanis. Penggunaan alat pemanenan kayu selama ini masih kurang efisien dari segi kuantitas. Jumlah alat yang banyak merupakan pemborosan dan jumlah yang sedikit memperlambat pencapaian rencana produksi kayu. Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui  jumlah alat pemanenan kayu yang tepat pada satu pengusahaan hutan produksi alam sehingga rencana produksi kayu dapat tercapai. Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2015 di PT Inhutani II, Kalimantan Utara. Metode penelitian adalah mengumpulkan data primer berupa produktivitas alat, biaya pemilikan dan operasi alat, jumlah alat dan lama waktu produksi, rencana produksi. Data ditabulasikan dan dihitung rata-ratanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1). Jumlah penggunaan peralatan pemanenan kayu di perusahaan ini pada penyaradan dan pengangkutan kayu menghasilkan selisih kelebihan alat sebanyak 8 unit dan pada muat bongkar menghasilkan selisih kekurangan alat sebanyak 2 unit.; 2). Jumlah alat penyaradan dan pengangkutan yang menghasilkan selisih lebih 8 unit dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat yaitu masing-masing 42 dan 44 bulan; 3). Pada kegiatan muat bongkar menghasilkan selisih kekurangan alat 2 unit dapat menyelesaikan pekerjaan menjadi lama yaitu 15 bulan; dan 4). Biaya produksi pada penyaradan dan pengangkutan menghasilkan selisih  tinggi masing-masing yaitu Rp 391.067,6/m3 dan 592.316,8/m3.
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM MELALUI KESESUAIAN JUMLAH PEKERJA Sona Suhartana; Yuniawati Yuniawati
Jurnal Hutan Tropis Vol 8, No 2 (2020): Jurnal Hutan Tropis Vol 8 No 2 edisi Juli 2020
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v8i2.9051

Abstract

Timber harvesting has a significent role for timber production. In natural forest, the timber production may be increased in line with the efectiveness of forest harvesting. The number of worker in harvesting many contribute to improve natural forest harvesting. Research conducted on forest concession in north borneo the primary and secondary date the direct information based in measurement of log volume and the member of working hours in every activity step of harvesting. While the secondary information derived from the quisionare delivered to field manager apply multiple regressing is used to analysa the relation amongs member of worker used, produktivity in harvesting and production cost. the research finding showed that 1) the number of worker in following activities of cutting, skidding handling and log delivering are about 2, 9, 3 and 9 consecutively; 2) the average of productivity and harvesting cost for the activities of cutting, skidding handling and log delivery are about 38.308 m3/hour, 15.070 m/hour, 67.5 m3/hour, 8.33 m3/hour, while the cost arising for the activities are Rp13.897,44/m3, Rp.48.883,45/m3, Rp. 11.765,6/m3  and Rp. 74.039/m ; 3) the more harvesting workers are not directly increase the logging productivity. it many need some trainings to improved their capabilities; 4) the regression model among the member of worker and productivity of harvesting and production cost is Y=15,346 + 0,326 X1  +3,685X2