Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

DERAJAT PUTIH DAN KETEGUHAN TARIK BAMBU (Gigantochloa apus) SETELAH MENGALAMI PROSES PEMUTIHAN Zulnely Zulnely; Erik Dahlian
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 17, No 3 (2000): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1799.785 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2000.17.3.134-139

Abstract

Bambu tali (Gigantochloa apus) mempunyai serat yang ulet da ruas yang panjang,  sehingga bambu ini banyak digunakan sebagai bahan kerajinan anyaman. Untuk meningkatkan kualitas bahan kerajinan anyaman salah satunya dengan cara meningkatkan kecerahan warna bambu melalui pemutihan.Dalam percobaan ini dilakukan pemutihan dua buah bambu yang berbeda umur panennya. dengan tiap bambu dibedakan bagian ujung. tengah dau pangkal. Untuk pemutihan bambu digunakan larutan hidrogen peroksida (H2O) dan data yang diperoleh diolah dengan petak terbagi berpola faktorial. Faktornya adalah umur dalam taraf 6 bulan dan 1 tahun serta bagian tanaman dalam dalam taraf ujung, tengah, dan pangkal.Dari percobaan diperoleh nilai derajat putih yang tinggi pada bambu umur panen 6 bulan dan kekuatan tarik yang tinggi pada bambu umur panen 1 tahun. Hasil pemutihan bagian bambu umur panen 6 bulan adalah untuk bagian ujung dan tengah.  bambu mempunyai nilai derajat putih yang tinggi sedangkan bagian pangkal mempunyai kekuatan tarik yang tingg. Dari pemutihan bagian bambu umur panen  1 tahun diperoleh nilai derajat putih yang tinggi pada bagian ujung dan pangkal, sedangkan untuk kekuatan tariknya tidak terdapat perbedaan.
TEKNIK PEMBUATAN PERNIS DARI DAMAR UNTUK USAHA KECIL E Edriana; Erik Dahlian; E Suwardi Sumadiwangsa
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 22, No 4 (2004): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2004.22.4.205-213

Abstract

This study  was intended to identify an appropriate formula  ill  manufacturing varnish for  a small-scale industry.  Resin used in the formula consisted of two types,  namely "The ash" and "the low grade".  Other ingredients were technical - grade toluene, mixed with other agents (synthetic alkyd, kerosene, dry cobalt, and dry calcium) at several compositions.  Results revealed  that ash resin could be used for  producing good quality varnish suitable for  small scale industry using certain formula. Resin was dissolved in  toluene at 65% and added with 25% synthetic alkyd. 8.8% kerosene, 0.3% dry cobalt, and 0.9% dry calcium.  The varnish took 3 hours to dry, with glossy appearances and convenient contact senses.  Varnish made from  low-quality resin exhibited transparent appearances, but thickened after 24 hours exposure as affected by air contamination. The resulting varnish had a lowerproduction costs than those of the commercial ones. 
PENGARUH KADAR STIMULAN TERHADAP PRODUKTIVITAS GET AH PO HON PINUS (Pin us merkussi Jungh. et de Vriese) PADA BERBAGAI TINGKAT UMUR DI DAERAH SUMEDANG, JAWA BARAT Erra Yusnita; S Sumadiwangsa; Dendi Setyawan; Erik Dahlian
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 19, No 3 (2001): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5640.851 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2001.19.3.165-174

Abstract

Pine (Pinus merkusii Jungh et.de. Vriese) trees have an important role on related industries endeavoring in forest products, due to the widespread utlilization on their potential wood as well as gum matters.Production of pine gum can be affected by the manner of its tapping, kind and percentage of stimulant agent, age and diameter of trees. and genotype factors. Related as such, this investigation was intended lo evaluate the effect of pine tree diameters and stimulant percentage on productivity of pine tapping. In addition, this investigation was also to evaluate whether the tapping orientations (i.e. north­. east­, south­, and west­directions) affected the gum productivity. The main aim was to find out which tapping manner turned out to be the most efficient, the most economic and the safest either lo the trees or to the tapping worker themselves and end up with the optimum and continuity of pine gum production. The pine trees selected for this investigation were the ones growing in Sumedang region, West Java (Indonesia).Results revealed that age of pine trees significantly affecfed the gum production. Tree age of 16, 26 and 31 year old produced gum at 50.15 gr, 81.94 gr, and 9. l7 gr respectively per tree stand. Meanwhile productivity was also affected by tapping orientation, in which the east direcfion of tapping on 16­ year old pine tree at stimulant level of either 15% or 20% brought about the optimum productivity. Likewise, optimum production was obtained from 26­year old pine tree at 15% stimulant percentage with north­ as well as south­direction of tapping, and frorn the 31 year old pine free stands at 25% stimulant by west­direction tapping.
KOMPONEN AKTIF DUA PULUH JENIS TUMBUHAN OBAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN Zulnely Zulnely; E S Sumadiwangsa; Erik Dahlian; Umi Kulsum
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 22, No 1 (2004): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2004.22.1.43-50

Abstract

The forest in Gunung Halimun National Park belonged to the Indonesian tropical forests, is rich in medicinal plant species. An experiment was conducted to identify active ingredients in 20 plant species collected from the region. Results of bio-testing using Brine Shrimp's methods revealed that 11 species showed medicinal efficacy as indicated by the toxicity. Further analysis revealed that 11 plant species contained a toxic cheminal categorized as saponine. Meanwhile, 10 plant species contained other active ingradients categorized as flavonoid, steroid and tanin, 7 species contained triterpenoids and 2 species contained alkaloids. 
PEMBUATAN MINYAK CENDANA DENGAN CARA PENYULINGAN UAP LANGSUNG Erik Dahlian; Hartoyo Hartoyo
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 15, No 6 (1998): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1998.15.6.385-394

Abstract

Penelitian pembuatan minyak cendana dengan menggunakan destilasi uap langsung dibahas dalam tulisan ini. Tujuan  penelitian ini untuk menemukan kondisi optimum perlakuan bahan baku dan lama penyulingan untuk menghasilkan rendemen minyak yang tertinggi dan kualitasya yang baik.Perlakuan terhadap ukuran partikel kayu yang digunakan ada 3 macam  masing-masing lolos saringan 40 mesh, tertahan saringan 40 mesh dan campuran partikel kayu dari  50 persen lolos  40  mesh dan 50 persen tertahan 40  mesh. Proses destilasi untuk setiap perlakuan dilakukan selama  25 jam di dalam alat gelas yang berkapasitas 500 gr  contoh dalam  bentuk serbuk.Hasil penelitian menunjukan bahwa,  perlakuan  ukuran partikel dan lama penyulingan memberikan  pengaruh terhadap rendemen minyak. Rendemen minyak  tertinggi  adalah  2,25 persen diperoleh  dari hasil penyulingan selama 21  jam terhadap campuran 50 persen partikel kayu  berukuran lolos saringan  40 mesh dan 50 persen  tertahan saringan 40 mesh. Besarnya rendemen    tersebut setara  dengan  rendemen minyak cendana yang diproduksi dari pabrik minyak  cendana di Kupang  yaitu berkisar 2-3 persen.Analisis  fisiko-kimia minyak  cendana menunjukkan hasil  sebagai  berikut  :  kadar  total santalol sebesar 93,32 persen, berat jenis  0,9729, indek  bias 1,5006, bilangan asam 4,94, bilangan  ester 6,35, bilangan  ester setelah  asetilasi 201,9 dan nilai tersebut semuanya memenuhi syarat SNI.Kandungan  santalol  minyak cendana  dari  hasil  percobaan (93,32 persen)  menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada persyaratan  SNI (minimal 90 persen).  Kendatipun demikian sifat lain seperti  putaran optik (-11°} dan kelarutan dalam alkohol 70 persen, (1 : 6) masih belum sesuai dengan spesifikasi SNI yang menyatakan untuk putaran optik (-15°) -  (-20°) dan kelarutan dalam alkohol 70 persen, 1 : 5.
DERAJAT PUTIH DAN KETEGUHAN TARIK BAMBU (Gigantochloa apus) SETELAH MENGALAMI PROSES PEMUTIHAN Zulnely Zulnely; Erik Dahlian
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 17, No 3 (2000): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2000.17.3.134-139

Abstract

Bambu tali (Gigantochloa apus) mempunyai serat yang ulet da ruas yang panjang,  sehingga bambu ini banyak digunakan sebagai bahan kerajinan anyaman. Untuk meningkatkan kualitas bahan kerajinan anyaman salah satunya dengan cara meningkatkan kecerahan warna bambu melalui pemutihan.Dalam percobaan ini dilakukan pemutihan dua buah bambu yang berbeda umur panennya. dengan tiap bambu dibedakan bagian ujung. tengah dau pangkal. Untuk pemutihan bambu digunakan larutan hidrogen peroksida (H2O) dan data yang diperoleh diolah dengan petak terbagi berpola faktorial. Faktornya adalah umur dalam taraf 6 bulan dan 1 tahun serta bagian tanaman dalam dalam taraf ujung, tengah, dan pangkal.Dari percobaan diperoleh nilai derajat putih yang tinggi pada bambu umur panen 6 bulan dan kekuatan tarik yang tinggi pada bambu umur panen 1 tahun. Hasil pemutihan bagian bambu umur panen 6 bulan adalah untuk bagian ujung dan tengah.  bambu mempunyai nilai derajat putih yang tinggi sedangkan bagian pangkal mempunyai kekuatan tarik yang tingg. Dari pemutihan bagian bambu umur panen  1 tahun diperoleh nilai derajat putih yang tinggi pada bagian ujung dan pangkal, sedangkan untuk kekuatan tariknya tidak terdapat perbedaan.
TEKNIK PEMBUATAN PERNIS DARI DAMAR UNTUK USAHA KECIL E Edriana; Erik Dahlian; E Suwardi Sumadiwangsa
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 22, No 4 (2004): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2004.22.4.205-213

Abstract

This study  was intended to identify an appropriate formula  ill  manufacturing varnish for  a small-scale industry.  Resin used in the formula consisted of two types,  namely "The ash" and "the low grade".  Other ingredients were technical - grade toluene, mixed with other agents (synthetic alkyd, kerosene, dry cobalt, and dry calcium) at several compositions.  Results revealed  that ash resin could be used for  producing good quality varnish suitable for  small scale industry using certain formula. Resin was dissolved in  toluene at 65% and added with 25% synthetic alkyd. 8.8% kerosene, 0.3% dry cobalt, and 0.9% dry calcium.  The varnish took 3 hours to dry, with glossy appearances and convenient contact senses.  Varnish made from  low-quality resin exhibited transparent appearances, but thickened after 24 hours exposure as affected by air contamination. The resulting varnish had a lowerproduction costs than those of the commercial ones. 
PENGARUH KADAR STIMULAN TERHADAP PRODUKTIVITAS GET AH PO HON PINUS (Pin us merkussi Jungh. et de Vriese) PADA BERBAGAI TINGKAT UMUR DI DAERAH SUMEDANG, JAWA BARAT Erra Yusnita; S Sumadiwangsa; Dendi Setyawan; Erik Dahlian
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 19, No 3 (2001): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2001.19.3.165-174

Abstract

Pine (Pinus merkusii Jungh et.de. Vriese) trees have an important role on related industries endeavoring in forest products, due to the widespread utlilization on their potential wood as well as gum matters.Production of pine gum can be affected by the manner of its tapping, kind and percentage of stimulant agent, age and diameter of trees. and genotype factors. Related as such, this investigation was intended lo evaluate the effect of pine tree diameters and stimulant percentage on productivity of pine tapping. In addition, this investigation was also to evaluate whether the tapping orientations (i.e. north­. east­, south­, and west­directions) affected the gum productivity. The main aim was to find out which tapping manner turned out to be the most efficient, the most economic and the safest either lo the trees or to the tapping worker themselves and end up with the optimum and continuity of pine gum production. The pine trees selected for this investigation were the ones growing in Sumedang region, West Java (Indonesia).Results revealed that age of pine trees significantly affecfed the gum production. Tree age of 16, 26 and 31 year old produced gum at 50.15 gr, 81.94 gr, and 9. l7 gr respectively per tree stand. Meanwhile productivity was also affected by tapping orientation, in which the east direcfion of tapping on 16­ year old pine tree at stimulant level of either 15% or 20% brought about the optimum productivity. Likewise, optimum production was obtained from 26­year old pine tree at 15% stimulant percentage with north­ as well as south­direction of tapping, and frorn the 31 year old pine free stands at 25% stimulant by west­direction tapping.
KOMPONEN AKTIF DUA PULUH JENIS TUMBUHAN OBAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN Zulnely Zulnely; E S Sumadiwangsa; Erik Dahlian; Umi Kulsum
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 22, No 1 (2004): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2004.22.1.43-50

Abstract

The forest in Gunung Halimun National Park belonged to the Indonesian tropical forests, is rich in medicinal plant species. An experiment was conducted to identify active ingredients in 20 plant species collected from the region. Results of bio-testing using Brine Shrimp's methods revealed that 11 species showed medicinal efficacy as indicated by the toxicity. Further analysis revealed that 11 plant species contained a toxic cheminal categorized as saponine. Meanwhile, 10 plant species contained other active ingradients categorized as flavonoid, steroid and tanin, 7 species contained triterpenoids and 2 species contained alkaloids. 
PEMBUATAN MINYAK CENDANA DENGAN CARA PENYULINGAN UAP LANGSUNG Erik Dahlian; Hartoyo Hartoyo
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 15, No 6 (1998): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1998.15.6.385-394

Abstract

Penelitian pembuatan minyak cendana dengan menggunakan destilasi uap langsung dibahas dalam tulisan ini. Tujuan  penelitian ini untuk menemukan kondisi optimum perlakuan bahan baku dan lama penyulingan untuk menghasilkan rendemen minyak yang tertinggi dan kualitasya yang baik.Perlakuan terhadap ukuran partikel kayu yang digunakan ada 3 macam  masing-masing lolos saringan 40 mesh, tertahan saringan 40 mesh dan campuran partikel kayu dari  50 persen lolos  40  mesh dan 50 persen tertahan 40  mesh. Proses destilasi untuk setiap perlakuan dilakukan selama  25 jam di dalam alat gelas yang berkapasitas 500 gr  contoh dalam  bentuk serbuk.Hasil penelitian menunjukan bahwa,  perlakuan  ukuran partikel dan lama penyulingan memberikan  pengaruh terhadap rendemen minyak. Rendemen minyak  tertinggi  adalah  2,25 persen diperoleh  dari hasil penyulingan selama 21  jam terhadap campuran 50 persen partikel kayu  berukuran lolos saringan  40 mesh dan 50 persen  tertahan saringan 40 mesh. Besarnya rendemen    tersebut setara  dengan  rendemen minyak cendana yang diproduksi dari pabrik minyak  cendana di Kupang  yaitu berkisar 2-3 persen.Analisis  fisiko-kimia minyak  cendana menunjukkan hasil  sebagai  berikut  :  kadar  total santalol sebesar 93,32 persen, berat jenis  0,9729, indek  bias 1,5006, bilangan asam 4,94, bilangan  ester 6,35, bilangan  ester setelah  asetilasi 201,9 dan nilai tersebut semuanya memenuhi syarat SNI.Kandungan  santalol  minyak cendana  dari  hasil  percobaan (93,32 persen)  menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada persyaratan  SNI (minimal 90 persen).  Kendatipun demikian sifat lain seperti  putaran optik (-11°} dan kelarutan dalam alkohol 70 persen, (1 : 6) masih belum sesuai dengan spesifikasi SNI yang menyatakan untuk putaran optik (-15°) -  (-20°) dan kelarutan dalam alkohol 70 persen, 1 : 5.