Alim M Nuryadi
Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PLASTIK EDIBLE BERANTIOKSIDAN YANG DIEKSTRAK DARI BAWANG HITAM Shinta W Apriyani; Jalmi Sulistyorini; Alim M Nuryadi
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 12 No.1 Juni 2020
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33749/jpti.v12i1.6446

Abstract

Biopolimer seperti polisakarida, protein dan lipida dapat dimanfaatkan sebagai bahan edible film atau edible coating, yang sering digunakan sebagai pelengkap atau pengganti kemasan tradisional. Pada edible film/coating juga sering ditambahkan active filler yang bersifat antimikroba dan atau antioksidan untuk meningkatkan kemampuannya melindungi bahan makanan yang dibungkus. Bawang hitam adalah bawang putih yang telah difermentasi dengan suhu dan kelembapan tinggi, cirinya dapat dilihat dari warnanya yang hitam, tekstur yang kenyal dan baunya yang tidak sekuat bawang putih segar. Proses fermentasi ini akan menghasilkan senyawa S-allyl sistein yang disebut sebagai antioksidan kuat. Penelitian ini ingin melihat karakteristik edible film yang ditambahkan antioksidan dari ekstrak bawang hitam. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu pembuatan ekstrak bawang hitam dilanjutkan dengan pembuatan edible film yang ditambahi ekstrak bawang hitam. Bawang hitam diperoleh setelah dipanaskan dalam suhu 70-80ÂșC selama 7 hari. Ekstrak bawang hitam yang diperoleh mempunyai aktivitas antioksidan 5 kali lebih tinggi dari bawang putih segar. Rancangan penelitian yaitu perlakuan penambahan ekstrak bawang hitam sebesar 0%, 1%, 2% dan 3% (v/v). Kemudian diuji dengan cara mengemas minyak kelapa tradisional dalam kemasan edible film untuk mengetahui kerusakan minyak selama penyimpanan. Pengemasan yang diuji adalah P0 (minyak dikemas dalam botol plastik), P1 (minyak dikemas dalam plastik klip), P2 (minyak dikemas dalam edible film tanpa penambahan bawang hitam), P3 (minyak dikemas dalam edible film penambahan bawang hitam 1%), P4 (minyak dikemas dalam edible film penambahan bawang hitam 2%) dan P5 (minyak dikemas dalam edible film penambahan bawang hitam 3%). Minyak kelapa tradisional diuji kadar air, asam lemak bebas dan bilangan peroksidanya pada hari ke-0, 5 dan 10. Edible film yang ditambahkan ekstrak bawang hitam dapat melindungi minyak kelapa tradisional dibandingkan kemasan botol plastik atau plastik klip. Dilihat dari parameter kadar air, asam lemak bebas dan bilangan peroksidanya, edible film yang ditambah ekstrak bawang hitam mempunyai beda nyata dibanding kemasan plastik.Kata kunci : asam lemak bebas, bilangan peroksida, edible film, ekstrak bawang hitam, kadar air, minyak kelapa tradisional
Kemunduran Mutu Ikan Malalugis pada Konsentrasi Asap Cair dan Lama Perendaman yang Berbeda Shinta W Apriyani; Yunita F Assah; Alim M Nuryadi
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol 13. No. 1 Juni 2021
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33749/jpti.v13i1.7087

Abstract

Tempurung kelapa dapat diolah menjadi asap cair dengan cara membakar tempurung kelapa dan asap yang dihasilkan dikondensasikan menjadi asap cair. Asap cair ini lebih mudah diaplikasikan dengan cara direndam atau disemprotkan serta dicampurkan langsung ke dalam bahan pangan. Hasil perikanan biasanya disajikan dalam dua bentuk, yaitu segar dan olahan. Pengasapan dengan asap konvensional sudah sering diaplikasikan dalam produk perikanan, namun proses ini mengubah sifat fisik ikan sehingga tidak bisa disebut ikan segar lagi. Asap cair mengandung fenol dan asam organik yang bersifat bakterisidal sehingga diharapkan bisa dimanfaatkan untuk memperpanjang masa simpan ikan segar. Penelitian ini mengamati kemunduran ikan malalugis segar yang direndam asap cair dengan perlakuan faktor A konsentrasi asap cair (5; 10; 15% v/v) dan faktor B waktu perendaman (10 dan 15 menit). Perlakuan ini dibandingkan dengan kontrol tanpa perendaman asap cair. Pengamatan dilakukan pada parameter pH, ALT dan kadar air daging ikan dan dilakukan pada hari ke-0, 1, 3 dan 6. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, perendaman dalam larutan asap cair dengan konsentrasi 15% (v/v) selama 10 menit (A3B1) dan konsentrasi 10% (v/v) selama 15 menit (A2B2) dapat diaplikasikan mempertahankan mutu ikan malalugis segar sampai tiga hari.Kata kunci: asap cair, ikan segar, perendaman