Erwin Mulyana
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA ANOMALI SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN CURAH HUJAN DI JAWA Erwin Mulyana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2125

Abstract

Perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik (ENSO) sangat berpengaruhterhadap curah hujan hampir di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia. Dari analisadata curah hujan di Jawa tahun 1961-1993 dengan anomali suhu permukaan laut disekitar Indonesia menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif di bagian timur dan sentral Samudera Pasifik bagian equator dan Samudera Hindia sekitar 10 LS;80 BT,sedangkan di Laut Flores menunjukkan korelasi positif. Ketika suhu permukaan laut dibagian timur dan sentral Samudera Pasifik bagian equator serta di Samudera Hindiameningkat (anomali positif), curah hujan di Jawa mengalami penurunan. Sebaliknya ketika terjadi penurunan suhu, curah hujan di Jawa mengalami peningkatan. Sedangkan untuk Laut Flores, ketika terjadi peningkatan suhu permukaan laut (anomali positif), curah hujan di Jawa meningkat dan apabila terjadi anomali negatif, curah hujan di Jawa menurun. Korelasi yang sangat tinggi antara curah hujan di Jawa dengan anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia terjadi pada bulan September-Nopember, Sedangkan untuk Laut Flores terjadi pada bulan Juli-September.The El Nino and Southern Oscillation is a large scale pattern of rainfall fluctuation almost in all the globe. Jawa rainfall (1961-1993) and sea surface temperature anomaly have been examined. There are significant correlation between Jawa rainfall and sea surface temperature anomaly in east and central equatorial Pacific Ocean, Indian Ocean near 10 LS;80 BT and Flores Sea .The negative correlation is found in east and central equatorial Pacific Ocean and Indian Ocean, while the positive correlation is found in Flores Sea. When the positive anomaly sea surface temperature in east and central equatorial Pacific occur, the Jawa rainfall is decreased, in the contrary if negative anomaly occurs, the Jawa rainfall increase. In Flores Sea, if the sea surface temperature is increased, the Jawa rainfall is increased, and if the sea surface temperature is decreased, the Jawa rainfall is decreased. The highest correlation between Jawa rainfall and sea surface anomaly in Pacific and Indian Ocean is in September-November season, and in the Flores Sea in July-September season.
HUBUNGAN ANTARA ENSO DENGAN VARIASI CURAH HUJAN DI INDONESIA Erwin Mulyana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 3 No. 1 (2002): June 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v3i1.2153

Abstract

Telah dihitung hubungan antara Index Osilasi Selatan (SOI) dengan curah hujan diwilayah Indonesia dengan menggunakan data rata-rata bulanan SOI dan curah hujanselama 33 tahun (1961-1993). Berdasarkan rata -rata tiga bulanan diperoleh bahwa bulan September-Oktober -Nopember merupakan periode dimana SOI memiliki hubungan sangat kuat (r > +0.6) dengan curah hujan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Daerah tersebut adalah Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Irian Jaya. Sedangkan curah hujan di Sumatra Barat, Riau, Sumatra Utara dan Aceh tidak terpengaruh oleh perubahan nilai SOI (-0.3 < r < +0.3). Pengaruh El Nino di setiap daerah di Indonesia pada umumnya berlangsung pada masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan.The correlation between Southern Oscillation Index (SOI) and precipitation overIndonesia have been analyzed for period 1961-1993. Strong correlation found duringSeptember-October -November season over South Sumatra, Bengkulu, Lampung, Java,Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, South Sulawesi, Southeast Sulawesi, North Sulawesi,North Maluku, and Irian Jaya. Precipitation over these areas decrease during El Ninoepisode. Whereas precipitation over West Sumatra, Riau, North Sumatra and Aceh doesnot have good correlation with SOI. El Nino influences the precipitation during thetransition period especially from dry season to rainy season.
PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA Erwin Mulyana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 3 No. 1 (2002): June 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v3i1.2158

Abstract

Hubungan antara anomali suhu permukaan laut di Samudra Hindia dengan variasi curah hujan di Indonesia telah dihitung dengan menggunakan data bulanan suhu permukaan laut dari GISST (Global Sea Surface Suhue) serta data bulanan curah hujan dari GHCN (Global Historical Climate Network) selama 33 tahun (1961 – 1993). Penomena dipole mode yang terdapat di Samudra Hindia ditandai oleh munculnya anomali negatif suhue permukaan laut di sebelah barat Sumatra sementara pada saat yang bersamaan di bagian barat Samudra Hindia terdapat anomali positif. Fenomena tersebut mempengaruhi intensitas curah hujan yang terjadi di Indonesia. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa korelasi sangat kuat ( < − 0.6) ditemui di Sumatra bagian selatan, Pulau Jawa dan Nusatenggara yang terjadi pada bulan September -Oktober - Nopember. Selama berlangsungnya dipole mode, curah hujan di daerahtersebut mengalami penurunan.The correlation of Indian Ocean sea surface temperature anomaly and precipitation over Indonesia have been analyzed. This study used monthly mean data of sea surface temperature from GISST (Global Ice and Sea surface Temperature) and precipitation from GHCN (Global Historical Climate Network) for period 1961 -1993. The dipole mode phenomena in the Indian Ocean: anomalously low sea surface temperature off Sumatra and high sea surface temperature in the western Indian Ocean accompanied with precipitation anomalies over Indonesia. Strong correlation ( < −0.6) found over SouthSumatra, Java and Nusa Tenggara on September -October -November season. Precipitation over South Sumatra, Java, and Nusa Tenggara decreases during dipole mode event.
ANALISIS ANGIN ZONAL DI INDONESIA SELAMA PERIODE ENSO Erwin Mulyana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 3 No. 2 (2002): December 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v3i2.2167

Abstract

Telah dianalisis angin zonal di Indonesia selama periode ENSO berdasarkan databulanan angin zonal dari National Center Environmental Prediction / National Center for Atmospheric Research (NCEP/NCAR) reanalisys grid data (2.5 x 2.5 ) pada ketinggian850 mb selama periode tahun 1961 sampai dengan 1993. Berdasarkan rata -rata tigabulanan diperoleh bahwa pada tahun El Nino terjadi penguatan angin timuran pada MAMdan SON. Sementara pada JJA angin timuran yang berhembus di wilayah Indonesiaterutama di sebelah selatan equator tidak mengalami perubahan berarti. Sedangkanpada DJF angin baratan yang berhembus di wilayah Indonesia sebelah selatan equatorkecepatannya melemah.The zonal wind (850 mb) over Indonesia have been analyzed for period 1961-1993.Intensified easterly wind during El Nino years over Indonesia mainly in the south ofequator region found in MAM and SON. During JJA the easterly wind remain constant inboth El Nino years and La Nina years. During DJF, westerly wind in El Nino years decreases over Indonesia mainly in the south of equator.
OBSERVASI PERTUMBUHAN AWAN DI DAS MAMASA SULAWESI BARAT DENGAN RADAR CUACA Erwin Mulyana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 12 No. 2 (2011): December 2011
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v12i2.2190

Abstract

Telah dilakukan pengamatan awan di DAS Mamasa berdasarkan data X-band Mobile Radar untuk mengetahui karakteristik pertumbuhan awan di daerah tersebut. Pengamatan awan dilakukan pada saat kegiatan penyemaian awan tangal 21 Oktober - 19 November 2009. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan awan di DAS Mamasa dipengaruhi oleh proses orografik dan arah angin. Pada saat angin baratan, pertumbuhan awan terkonsentrasi di sisi bagian barat DAS Mamasa. Sebaliknya, pertumbuhan awan terkonsentrasi di sisi bagian timur DAS Mamasa ketika terjadi angin timuran.Study on the characteristic of cloud development at Mamasa catchment area is very important since the water supply for Bakaru hydro-electric power is highly depend on the rain fall over this area. During rain enhancement project on 21 October to 19 November 2009, convective clouds have been analized based on X-band mobile weather radar observation over Mamasa River catchment area. The observation result shows that cloud development in this area are influenced by orographic processes and wind direction. During westerly wind, the clouds developed over the western part of catchment area. On the contrary, the clouds were observed over the east side of cathment area during easterly wind.
ANALISIS CUACA PADA SAAT PELAKSANAAN TMC PENANGGULANGAN BANJIR JAKARTA JANUARI FEBRUARI 2014 Erwin Mulyana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 16 No. 1 (2015): June 2015
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v16i1.2634

Abstract

AbstrakPada tanggal 11 Januari sampai dengan 14 Februari 2014 telah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menanggulangi banjir di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Selama kegiatan tersebut fenomena ENSO dan IOD dalam kondisi normal. MJO menunjukkan aktifitas konvektif netral di wilayah Indonesia pada pertengahan Januari hingga pertengahan Februari 2014. Temperatur  permukaan laut di perairan Jawa bagian barat sekitar 28-290C. Kelembagan udara pada level 850 mb sekitar 70-80%. Pertumbuhan awan umumnya berada di sebelah barat daya, barat dan barat laut Jakarta. Indeks Monsoon Australia positif berpengaruh terhadap peningkatan pembentukan awan hujan di Jawa.Abstract Application of weather modification has carried out to reduce precipitation over Jakarta on 11 January to 14 February 2013. During this period, El Nino Southern Oscillation and Indian Ocean Dipole Mode were normal condition. The Madden Julian Oscillation shows that the convection over Indonesia region was netral condition. The sea surface temperature over west part of Java waters was 29-30 290C. The 850 mb average of relative humidity on mid January - mid February 2014 was 70-80%. Based on visual and weather radar observation, cloud development mainly over northwest to southwest of Jakarta. Positive Australian Summer Monsoon Index affected to increase precipitation over Java area.
ANALISIS CUACA PADA SAAT PELAKSANAAN PENYEMAIAN AWAN DI WADUK PLTA KOTA PANJANG BULAN APRIL - MEI 2013 Erwin Mulyana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 15 No. 1 (2014): June 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v15i1.2655

Abstract

ABSTRAKTelah dilakukan analisis cuaca selama pelaksanaan TMC pada bulan April dan Mei 2013 di Waduk PLTA Kota Panjang. Temperatur permukaan laut di daerah Nino 3.4 menunjukkan ENSO netral dengan temperatur rata-rata pada bulan April dan Mei 2013 antara 27.6 s.d  27.7 oC serta nilai anomaly antara -0.03 s.d -0.1 oC. Penjalaran MJO aktif yang menunjukkan terjadinya peningkatan aktifitas konvektif di wilayah Sumatra terjadi pada awal April dan akhir Mei 2013. Arah angin pada level gradient bertiup dari barat daya – barat laut dengan kecepaan 5-15 knot. Siklon Tropis Mahasen di utara Sumatera yang terjadi pada pertengahan bulan Mei  berpengaruh terhadap berkurangnya hujan di daerah target. Kecepatan angin yang cukup tinggi di level 700-600 mb pada  awal kegiatan mengakibatkan pertumbuhan awan di daerah target tidak berkembang dengan optimal. Dalam kondisi kelembaban rendah masih dijumpai pembentukan awan orografik di sepanjang pegunungan Bukit Barisan bagian barat DAS Waduk PLTA Kota Panjang.
PENGARUH ANGIN TERHADAP PERTUMBUHAN AWAN HUJAN DI DAS WADUK PLTA KOTA PANJANG Erwin Mulyana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 15 No. 2 (2014): December 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v15i2.2674

Abstract

Abstrak Telah dianalisis hubungan antara pembentukan awan hujan dengan kecepatan angin di Waduk PLTA Kota Panjang. Penelitian ini menggunakan data angin dan kelembaban udara dari NCEP reanalysis, data angin hasil pengukuran dengan pilot balon, pengamatan awan dengan pesawat terbang serta data hujan dari penakar hujan terpasang serta data hujan TRMM. Hasil analisis menunjukkan kejadian hujan sangat terkait dengan besarnya kecepatan angin di lapisan atas. Kejadian tidak ada hujan pada tanggal 12 – 19 April 2013 berhubungan dengan tingginya kecepatan angin pada lapisan 700 – 600 mb yang merncapai 40 knot serta kelembaban udara kurang dari 60%. Angin kencanag terkait dengan adanya pusat tekanan rendah di Samudra Hindia di sebelah barat Sumatera Barat. Sebaliknya pada tanggal 20 – 30 April 2013, ketika kecepatan angin jauh berkurang hingga di bawah 5 knot, terjadi peningkatan curah hujan di DAS Waduk PLTA Kota Panjang. Agin kencang pada lapisan 700 – 600 mb mengakibatkan pertumbuhan awan terganggu sehingga sulit membentuk awan hujan. Awan yang terbentuk umumnya berupa awan Stratocumulus dan Stratus yang tidak berpotensi hujan.
ANALISIS CUACA SELAMA KEGIATAN TMC REDISTRIBUSI CURAH HUJAN Erwin Mulyana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 14 No. 1 (2013): June 2013
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v14i1.2677

Abstract

IntisariPada tanggal 26 Januari sampai dengan 27 Februari 2013 telah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk redistribusi curah hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Selama kegiatan tersebut fenomena ENSO dan IOD dalam kondisi normal. MJO menunjukkan adanya peningkatan aktifitas konvektif di wilayah Indonesia pada pertengahan hingga akhir bulan Februari 2013. Temperatur  permukaan laut di perairan sekitar Jawa bagian barat sekitar 29-300C. Kelembagan udara pada level 850 mb sekitar 75-80%. Pertumbuhan awan umumnya berada di sebelah barat laut hingga barat daya Jakarta.AbstractApplication of weather modification has carried out to redistribute of precpitiaion over Jakarta and the surrounding during  26 January to 27 February 2013. During this period, ENSO and IOD was normal condition. The MJO shows that the convection enhanched over Indonesia region on mid to late February 2013. The sea surface temperature over west part of Java waters was 29-300C. The 850 mb relative humidity on February 2013 was 75-80%. Cloud development mainly over northwest to southwest of Jakarta,
ANALISIS ANGIN ATAS DI WILAYAH JAWA BAGIAN BARAT SELAMA KEGIATAN TMC REDISTRIBUSI CURAH HUJAN Erwin Mulyana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 14 No. 1 (2013): June 2013
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v14i1.2681

Abstract

IntisariTelah dilakukan analisis angin pada berbagai level ketinggian pada saat penerapan TMC yang dilakukan pada tanggal 26 Januari s.d 27 Februari 2013. Data yang digunakan adalah data angin tiga jam-an MERRA (1.25o x 1.25o), data angin harian NCEP (2.5o x 2.5o) serta angin gradient dari BOM Australia. Selama kegiatan, angin baratan mendominasi wilayah Jawa bagian barat. Arah angin di Jawa bagian barat sangat dipengaruhi oleh gangguan tropis yang muncul di Samudera Hindia sebelah selatan Indonesia. Terjadi pembalikan arah angin dari angin baratan menjadi angin timuran akibat pengaruh Siklon Tropis Gino di sebelah barat daya Sumatera. Kecepatan angin pada akhir kegiatan mencapai 20 m/s akibat pengaruh Siklon Tropis Rusty di sebelah barat Australia.AbstractThe Application of weather modification has carried out to redistribute  precipitation over Jakarta and the surrounding on 26 January to 27 February 2013. Data used in this study are 3 hourly MERRA wind data (1.25o x 1.25o), daily NCEP wind data (2.5o x 2.5o), and gradient wind analysis data from BOM Australia. The westerly wind dominated over western part of Java.The wind direction in the western part of Java is strongly influenced by the tropical disturbance in the Indian Ocean south of Indonesia. The Tropical Cyclone Gino over Southwest Sumatera caused easterly wind over west part of Jawa. The wind speed up to 20 m/s due to the effect of Tropical Cyclone Rusty in the west of Australia.