Robby Habiba Abror
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENCERAHAN SEBAGAI KEBEBASAN RASIO DALAM PEMIKIRAN IMMANUEL KANT Robby Habiba Abror
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.615 KB) | DOI: 10.24235/jy.v4i2.3534

Abstract

Tulisan ini mencoba mengeksplorasi pemikiran Immanuel Kant tentang Pencerahan. Pencerahan bagi Kant adalah pembebasan manusia dari ketidakdewasaan yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri, karena tidak mampu menggunakan akal tanpa tuntunan orang lain. Konsepsi Kant tentang Pencerahan menjadi ciri khas filsafat Jerman membebaskan rasio manusia untuk berani berpikir dan melakukan perubahan yang signifikan bagi masyarakatnya. Pesan Kant yang tajam secara metafisik sesungguhnya dapat dimaknai lebih dalam tidak hanya mengukuhkan prinsip-prinsip dasar kebebasan rasio dan keberanian berpikir bagi manusia, tetapi juga secara tersirat menggugat otoritas keagamaan yang seringkali dalam sejarah berselingkuh dengan kekuasaan despotik dalam rangka memuluskan proyek-proyek pembangunan dan penindasan. Masyarakat harus didorong agar berani menggunakan rasionya sendiri dengan sepenuhnya, sebab dari sana bermuara kebebasan dan terbitnya kemandirian.  Kata Kunci: Pencerahan, Filsafat, Jerman, Kebebasan, Rasio
Bangsa Indonesia di Tengah Fenomena Kekerasan dan Ketidakadilan (Perspektif Filsafat Pancasila) Robby Habiba Abror
ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol. 13 No. 1 (2012)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/esensia.v13i1.720

Abstract

Pancasila serves as the state philosophy, way of life, and national ideology in Indonesia. Once the Pancasila as the nation ideology is functionally applied, the balanced life of the nation is present. In reality, Pancasila is abused and politized in a destructive interest to justify immoral actions. This affected to the people misery, as found in Lapindo case in Sidoarjo and most Indonesian workers abroad. In this scene, Pancasila should be redefined pointing the critical-philosophical mode of reflection. This could be stimulated to gain creative-historical potency constructing Indonesia better.
Infotainment as Text: Deconstruction of Market Libido on Ideological News in the Economy-Politics of Entertainment Media: [Infotainment sebagai Teks: Dekonstruksi Libido Pasar Berita Ideologis dalam Ekonomi-Politik Media Hiburan] Robby Habiba Abror
ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol. 15 No. 2 (2014)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/esensia.v15i2.769

Abstract

Television still has been relevant labeled as a magical box that attracted many people. In term of infotainment, television simultaneously contributes the communicative implication to the people. Between January 2013 and January 2014, the Indonesian private television broadcasted at least the average minutes of 30 to 150 per day. The co-modification in infotainment represented the libidinal market of capitalists’ media, ensure the program. Infotainment serves not only as entertainment media, but also as ideological discourse massively entered the public’s domestic sphere. The public becomes closely related to the infotainment. As texts, infotainment is open to various interpretations.[Televisi masih relevan dilabeli sebagai kotak ajaib yang mampu menarik hati khalayak. Melalui salah satu hiburan informasi atau yang sering disebut sebagai infotainment, televisi menyumbang implikasi komunikatif terhadap khalayak secara berkesinambungan. Januari 2013 sampai dengan Januari 2014 televisi swasta setidaknya menayangkan infotainment antara 30 menit sampai dengan 150 menit per hari. Komodifikasi dalam infotainment merepresentasikan libido pasar media kapitalis yang memastikan tetap berjalannya tayangan tersebut. Tidak saja sebagai media hiburan, infotainment menjadi wacana ideologis yang secara masif masuk ke ranah domestik khalayak. Khalayak menjadi dekat dengan selebriti melalui infotainment. Sebagai teks, infotainment terbuka terhadap pelbagai interpretasi.]