Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENATALAKSANAAN HOLISTIK ANAK USIA 9 TAHUN DENGAN VARISELA MELALUI PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA Fauziah Dwi Apriani; Fitria Saftarina
Jurnal Kedokteran Mulawarman Vol 9, No 3 (2022): Jurnal Kedokteran Mulawarman
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jkm.v9i3.8507

Abstract

Varisela merupakan penyakit infeksi kulit disebabkan oleh VZV zoster. Insidensi varisela bervariasi tiap negara, termasuk Indonesia. Lebih dari 90% anak terinfeksi VZV sebelum usia 15 tahun. Penanganan secara holistik menggunakan pendekatan kedokteran keluarga diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi dengan mengutamakan patient-centered, family-approached, dan community-oriented. Studi ini adalah laporan kasus. Data primer diperoleh melalui alloanamnesis, pemeriksaan fisik, kunjungan rumah. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir penelitian dilakukan secara kuantitaif dan kualitatif. Seorang anak laki-laki usia 9 tahun datang dengan keluhan terdapat bintil-bintil kecil di leher, badan, punggung, lengan, paha, dan betis sejak 1 minggu yang lalu disertai gatal. Bintil berupa krusta dengan dasar eritema, bentuk bulat seperti tetesan embun dengan ukuran miliar, multipel, dan berbatas tegas. Secara klinis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis Varisela. Faktor risiko internal berupa kurangnya pengetahuan terkait penyakit dan kebersihan diri seperti mandi dan cuci tangan. Faktor risiko eksternal berupa kurangnya pengetahuan keluarga, pola berobat keluarga yang mengobati penyakit sendiri sebelum berobat ke puskesmas, dan kebersihan rumah yang masih kurang baik. Dilakukan intervensi medikamentosa dan non-medikamentosa pada pasien dan keluarga dengan edukasi dalam 3 kali kunjungan. Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakit dan adanya perubahan perilaku pada pasien
DETEKSI DINI CEREBRAL PALSY PADA BAYI SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KETERLAMBATAN DALAM DIAGNOSIS Fauziah Dwi Apriani
GEMA KESEHATAN Vol. 10 No. 2 (2018): Desember 2018
Publisher : POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/gk.v10i2.83

Abstract

Cerebral palsy merupakan gangguan pertumbuhan motorik dan postur tubuh yang bersifat permanen dan tidak dapat disembuhkan, namun untuk perbaikan fungsi pada cerebral palsy masih dapat dilakukan. Cerebral palsy sering terjadi pada masa perkembangan anak. Insidensi dari cerebral palsy di tiap negara umumnya antara 1,5 sampai 2,5 dari 1000 kelahiran hidup. Penyebab terjadinya cerebral palsy bersifat multifaktor, terbagi dalam tiga periode, yaitu periode prenatal, perinatal, dan postnatal. Klasifikasi cerebral palsy terbagi berdasarkan regio anatomi tubuh yang terkena, secara fisiologis, dan fungsional. Cerebral palsy harus dilakukan diagnosis sejak dini. Tujuannya untuk mengenali kondisi anak agar dapat menentukan terapi yang tepat dalam perbaikan fungsi motorik dan postur tubuh dan mencegah keterlambatan dalam diagnosis. Diagnosis dini dapat dilakukan sejak bayi berusia kurang dari 6 bulan, dimana bayi sudah menunjukkan tanda-tanda gangguan perkembangan motorik dan melihat riwayat penyakit disertai pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi dengan MRI.