Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA PENGHUNI DENGAN LINGKUNGANNYA KASUS : PERUMAHAN FAJAR INDAH SURAKARTA Djumiko FT UTP
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 8 No. 12A (2010): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan pada suatu teori  yang menganggab bahwa lingkungan merupakan stimulus atau rangsangan terhadap proses kejiwaan manusia/ masyarakat, yang kemudian dapat menghasilkan  tingkah laku tertentu. Dalam  hubungannya dengan arsitektur, maka lingkungan dalam hal ini merupakan lingkungan buatan, yang termasuk di dalamya adalah lingkungan pemukiman. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh hubungan timbal – balik  antara lingkungan dengan manusianya/ masyarakat, maka diambil kasus Perumahan Fajar Indah di kota Surakarta, untuk diketahui hubungan timbal-balik lingkugan buatan  yang berupa lingkungan pemukiman dengan penghuninya, dilihat tingkah lakunya terhadap pola bentuk lingkungan, ruang terbuka, serta interaksi sosial yang terjadi. Dengan metoda survey dan observasi lapangan, serta studi literature, dihasilkan bahwa  penghuni berperilaku: a) Pola jalan lingkungan menjadi pola sirkulasi penghuni dalam aktivitasnya setiap harinya. b) Ruang terbuka merupakan tempat yang paling sering  digunakan penghuni untuk kontak sosial. c) Hubungan antar keluarga  tipe rumah  kecil lebih  akrab dibandingkan dengan rumah tipe besar. d) Interaksi dengan lingkungan sekitar di luar perumahan, tipe rumah kecil lebih akrab dibandingkan dengan rumah tipe besar.
KONDISI VENTILASI ALAMI BANGUNAN GEREJA BLENDUK SEMARANG Djumiko FT UTP
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 9 No. 13 (2011): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu faktor pertimbangan perancangan bangunan dalam konteks hemat energi adalah pemanfaatan faktor –faktor  iklim seperti matahari dan  angin, khususnya untuk penelitian ini menekankan pada pemanfaatan angin untuk ventilasi alami. Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan kualitas ventilasi alami Bangunan Gereja Blenduk Semarang, sebagai bangunan kuno yang berfungsi sebagai tempat  peribadatan. Metode penelitian berpendekatan kombinasi antara penelitian kualitatif dan  kuantitatif, kualitatif menggunakan teori sedangkan kuantitatif menggunakan alat ukur anemo meter. Hasilnya untuk ventilasi gaya thermal/ cerobong kurang memenuhi syarat, ventilasi gaya angin/ silang juga kurang memenuhi syarat. Penggunaan  kombinasi ventilasi  antara gaya thermal dan ventilasi silang hasilnya memenuhi syarat ventilasi alami dan kondisinya nyaman.
PENGEMBANGAN ARSITEKTUR SURYA DI INDONESIA UNTUK PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI ARSITEKTUR HEMAT ENERGI DJUMIKO FT UTP
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 6 No. 10 (2009): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam upaya mewujudkan arsitektur surya di Indonesia yang bertujuan untuk memanfaatkan potensi alam, khususnya radiasi surya ke dalam bangunan, perlu dilakukan pengkajian, khususnya penggunaan energi surya untuk pengkondisian udara. Hal ini dimaksudkan, selain tercipta arsitektur yang dapat menyediakan energi sendiri, sekaligus mengurangi ketergantungan pemakaian energi fosil bumi, serta mengurangi biaya pada masa operasional bangunan tersebut. Bangunan yang menggunakan energi surya, diperlukan komponen-komponen  seperti : kolektor, penyimpanan, distribusi, transport, energi bantuan, kontrol, mesin AC, dan sistem distribusi udara dingin. Seluruh komponen di atas agar dapat berfungsi dengan baik, maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengintegrasikan kedalam bangunan, sehingga seluruh komponen penggunaan energi surya dan komponen teknologi bangunan menjadi satu kesatuan dalam bangunan. Untuk mengintegrasikan komponen energi surya kedalam bangunan, perlu mempertimbangkan kriteria perancangan meliputi : orientasi kolektor, orientasi bangunan, elemen bangunan penangkap energi surya, pengetrapan komponen energi surya ke dalam bangunan, distribusi udara dingin, jarak antar bangunan, penghalang sinar surya, dan gubahan masa bangunan. Untuk mengetahui manfaat arsitektur surya untuk pengkondisian udara dibuat model, dari hasil pengkajian disimpulakn : Jika seluruh atap dipasang kolektor, maka dapat menghasilkan 8 lantai yang dapat didinginkan.Dinding barat yang dipasang kolektor, akan menghasilkan 2 lantai yang dapat didinginkan.Perbandingan biaya operasional antara pengkondisian udara energi surya dengan energi listrik, biaya operasional energi surya = 20 % dari biaya energi listrik untuk operasional siang hari.  Bilamana operasional selama 24 jam, biaya operasional energi surya= 52,5 % dari biaya energi listrik.Penggunaan pengkondisian udara energi surya ekonomis, jika harga maksimum investasi awal mesin energi surya 4 x mesin energi listrik, dan masa operasionalnya lebih dari 10 tahun. Ternyata hasilnya sangat dimungkinkan dan feasible untuk dipertimbangkan.
HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA PENGHUNI DENGAN LINGKUNGANNYA KASUS : PERUMAHAN FAJAR INDAH SURAKARTA Djumiko FT UTP
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 8 No. 12A (2010): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan pada suatu teori  yang menganggab bahwa lingkungan merupakan stimulus atau rangsangan terhadap proses kejiwaan manusia/ masyarakat, yang kemudian dapat menghasilkan  tingkah laku tertentu. Dalam  hubungannya dengan arsitektur, maka lingkungan dalam hal ini merupakan lingkungan buatan, yang termasuk di dalamya adalah lingkungan pemukiman. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh hubungan timbal – balik  antara lingkungan dengan manusianya/ masyarakat, maka diambil kasus Perumahan Fajar Indah di kota Surakarta, untuk diketahui hubungan timbal-balik lingkugan buatan  yang berupa lingkungan pemukiman dengan penghuninya, dilihat tingkah lakunya terhadap pola bentuk lingkungan, ruang terbuka, serta interaksi sosial yang terjadi. Dengan metoda survey dan observasi lapangan, serta studi literature, dihasilkan bahwa  penghuni berperilaku: a) Pola jalan lingkungan menjadi pola sirkulasi penghuni dalam aktivitasnya setiap harinya. b) Ruang terbuka merupakan tempat yang paling sering  digunakan penghuni untuk kontak sosial. c) Hubungan antar keluarga  tipe rumah  kecil lebih  akrab dibandingkan dengan rumah tipe besar. d) Interaksi dengan lingkungan sekitar di luar perumahan, tipe rumah kecil lebih akrab dibandingkan dengan rumah tipe besar.
KONDISI VENTILASI ALAMI BANGUNAN GEREJA BLENDUK SEMARANG Djumiko FT UTP
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 9 No. 13 (2011): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu faktor pertimbangan perancangan bangunan dalam konteks hemat energi adalah pemanfaatan faktor –faktor  iklim seperti matahari dan  angin, khususnya untuk penelitian ini menekankan pada pemanfaatan angin untuk ventilasi alami. Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan kualitas ventilasi alami Bangunan Gereja Blenduk Semarang, sebagai bangunan kuno yang berfungsi sebagai tempat  peribadatan. Metode penelitian berpendekatan kombinasi antara penelitian kualitatif dan  kuantitatif, kualitatif menggunakan teori sedangkan kuantitatif menggunakan alat ukur anemo meter. Hasilnya untuk ventilasi gaya thermal/ cerobong kurang memenuhi syarat, ventilasi gaya angin/ silang juga kurang memenuhi syarat. Penggunaan  kombinasi ventilasi  antara gaya thermal dan ventilasi silang hasilnya memenuhi syarat ventilasi alami dan kondisinya nyaman.
PENGEMBANGAN ARSITEKTUR SURYA DI INDONESIA UNTUK PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI ARSITEKTUR HEMAT ENERGI DJUMIKO FT UTP
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 6 No. 10 (2009): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam upaya mewujudkan arsitektur surya di Indonesia yang bertujuan untuk memanfaatkan potensi alam, khususnya radiasi surya ke dalam bangunan, perlu dilakukan pengkajian, khususnya penggunaan energi surya untuk pengkondisian udara. Hal ini dimaksudkan, selain tercipta arsitektur yang dapat menyediakan energi sendiri, sekaligus mengurangi ketergantungan pemakaian energi fosil bumi, serta mengurangi biaya pada masa operasional bangunan tersebut. Bangunan yang menggunakan energi surya, diperlukan komponen-komponen  seperti : kolektor, penyimpanan, distribusi, transport, energi bantuan, kontrol, mesin AC, dan sistem distribusi udara dingin. Seluruh komponen di atas agar dapat berfungsi dengan baik, maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengintegrasikan kedalam bangunan, sehingga seluruh komponen penggunaan energi surya dan komponen teknologi bangunan menjadi satu kesatuan dalam bangunan. Untuk mengintegrasikan komponen energi surya kedalam bangunan, perlu mempertimbangkan kriteria perancangan meliputi : orientasi kolektor, orientasi bangunan, elemen bangunan penangkap energi surya, pengetrapan komponen energi surya ke dalam bangunan, distribusi udara dingin, jarak antar bangunan, penghalang sinar surya, dan gubahan masa bangunan. Untuk mengetahui manfaat arsitektur surya untuk pengkondisian udara dibuat model, dari hasil pengkajian disimpulakn : Jika seluruh atap dipasang kolektor, maka dapat menghasilkan 8 lantai yang dapat didinginkan.Dinding barat yang dipasang kolektor, akan menghasilkan 2 lantai yang dapat didinginkan.Perbandingan biaya operasional antara pengkondisian udara energi surya dengan energi listrik, biaya operasional energi surya = 20 % dari biaya energi listrik untuk operasional siang hari.  Bilamana operasional selama 24 jam, biaya operasional energi surya= 52,5 % dari biaya energi listrik.Penggunaan pengkondisian udara energi surya ekonomis, jika harga maksimum investasi awal mesin energi surya 4 x mesin energi listrik, dan masa operasionalnya lebih dari 10 tahun. Ternyata hasilnya sangat dimungkinkan dan feasible untuk dipertimbangkan.