Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PIJAT BAYI DI KLINIK BPS MARIARA MEDAN TAHUN 2016 Julia Siahaan
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup Vol 2 No 2 (2017): JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN HIDUP
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.235 KB)

Abstract

Pijat yang pertama yang dialami oleh manusia terjadi saat saat berada dalam rahim ibu. Di dekap oleh rahim ibu dan dibelai leh air ketuban. Proses kelahiran merupakan suatu pengalaman traumatik bagi setiap bayi karena ia harus pindah dari rahim ibunya yang hangat, aman, dan nyaman dengan ruang gerak yang terbatas, menuju ke suatu ruangan tanpa batas. pijat bayi adalah terapi paling tua dan paling populer yang dikenal manusia. rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pijat Bayi Di BPS Mariana Medan Tahun 2016”. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pijat Bayi Di BPS Mariana Kec. Medan Sunggal Kab. Deli Serdang PadaTahun 2016. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survey yang bersifat diskriptif dan analitik. Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi di BPS Mariana Medan sebanyak 40 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi sebanyak 40 orang . hasi penelitian ini di dapat bahwa Ada hubungan pengetahuan dengan pijat bayi dimana nilai p value = 0,006. Ada hubungan sumber informasi dengan pijat bayi dimana nilai p value = 0,024. Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberi penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan ibu, dan kepada ibu yang mempunyai bayi juga di harapkan agar dapa aktif mengikuti setiap penyuluhan Kesehatan khususnya tentang pijat bayi.
HUBUNGAN ASUPAN GIZI IBU SELAMA HAMIL PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA DI RSU BANDUNG JALAN MISTAR NO. 39 MEDAN TAHUN 2017 Julia Siahaan
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup Vol 3 No 1 (2018): JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN HIDUP
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.783 KB)

Abstract

Asupan gizi merupakan zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi dan mempunyai nilai sangat penting untuk memelihara proses tumbuh dalam pertumbuhan dan perkembangan. Gizi ibu hamil dikatakan sempurna jika makanan yang dikonsumsi ibu mengandung zat gizi yang seimbang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan. Pada wanita hamil dengan gizi buruk perlu mendapat asupan gizi yang adekuat karena apabila ibu hamil kekurangan gizi cenderung melahirkan bayi premature, BBLR, dan asfiksia. Asfiksia adalah kegagalan bayi baru lahir untuk secara spontan dan teratur sehingga menimbulkan gangguan lebih lanjut, yang mempengaruhi seluruh metabolisme tubuhnya. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2006 bahwa sekitar 23% seluruh kematian neonatus disebabkan oleh asfiksia dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Dari data rekam medik RSU Bandung medan. pada bulan Januari- November tahun 2017. didapatkan bayi lahir dengan asfiksia sebanyak 181 (17%) orang dari 883 kelahiran hidup. Jenis penelitian ini adalah bersifat analitik dengan rancangan retrospektif yang bertujuan untuk melihat kejadian yang lalu yang berhubungan dengan asupan gizi ibu selama hamil. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner dan langsung diisi oleh responden. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Restu Ibu Medan dengan jumlah populasi sebanyak 30 responden. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total populasi dijadikan sampel. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan asupan gizi ibu selama hamil pada bayi baru lahir dengan asfiksia dengan nilai probabilitas P=0,042 dimana P<0,05, ada hubungan zat-zat gizi yang di konsumsi ibu selama hamil pada bayi baru lahir dengan asfiksia dengan nilai probabilitas P=0,042 dimana P<0,05, ada hubungan jumlah asupan gizi ibu selama hamil pada bayi baru lahir dengan asfiksia dengan nilai probabilitas P=0,042 dimana P<0,05. Untuk itu diharapkan kepada ibu hamil agar meningkatkan asupan gizi selama kehamilannya dan melakukan kunjungan secara teratur minimal 4 kali selama masa kehamilan.
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOCING, ENABLING DAN REINFORCING DENGAN KEIKUTSERTAAN WUS MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN IVA Yunida Turisna Simanjuntak; Julia Siahaan; Masriati Panjaitan
Jurnal Surya Muda Vol 3 No 1 (2021): Jurnal Surya Muda
Publisher : LPPM STIKES Muhammadiyah Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38102/jsm.v3i1.73

Abstract

Cervical cancer is a malignancy originating from the cervix. In Indonesia, the number of cervical cancer sufferers is the second-highest after breast cancer with a high mortality rate. To reduce the mortality rate, early detection in women of childbearing age (WUS) is carried out using the IVA method. However, the participation rate for IVA examinations is low. This research is a quantitative study with a cross-sectional design that aims to determine the factors associated with the low participation of female prostitutes in conducting IVA examinations. The population of this study was all WUS in the working area of ​​Pustu Sigotom, Pangaribuan District, as many as 869 people. The research sample was taken using a proportional sampling technique as many as 90 people. The analysis of this study used the chi-square statistical test. The data collection technique used a questionnaire. The results of this study indicate that there is a relationship between the variables of knowledge, attitudes, access to information, and husband's support (0,000) and the participation of WUS in conducting IVA examinations and there is no relationship between the variable affordability of the participation distance of WUS to perform IVA examinations (0.692). The implication of this research is expected to increase knowledge about cervical cancer so that attitudes and awareness about the importance of IVA examination are getting better and it is hoped that health workers will be more active in socializing the importance of IVA examination.