Tulisan ini merupakan ulasan tentang pemikiran tasawuf seorang pemikir kontemporer Iran, yaitu Murtadha Muthahhari. Dengan focus pembahasan pada relasi dan kesatuan ilmu, ima, dan akhlak dalam bingkai pemikiran tasawuf. Murtadha Muthahhari menganut pandangan tasawuf falsafi atau irfan yakni pandangan tasawuf yang didasarkan pada asumsi-asumsi rasional filosofis dalam memahami realitas alam batin (ruhani) atau irfan ilmi (teoritis) dan pada praktek-praktek penajaman intuitif dengan menempuh jalan suluk atau irfan amali (praktis). Proses perjalanan suluk diulai dari ma’rifat yang bersifat filosofis (ma’rifat ilmi) dilanjutkan dengan pengamalan syariat, tarekat, hakikat, hingga menggapai ma’rifat yang sesungguhnya. Konsep tersebut adalah konsep irfan sebagaimana yang dipahami dalam dunia spiritual mazhab Syiah. Orang yang menempuh jalan irfan disebut arif. Dengan menempuh jalan suluk, maka seorang arif akan semakin tertempa kesadaran jiwanya untuk semakin merealisasikan perbuatan akhlak secara praksis. Irfan dibangun di atas fondasi filsafat tentang teologi dan teopani sebagai pembentuk kesadaran spiritual yang diaktualisasikan lewat amaliah dan akhlakul karimah. Maqamat yang dicapai dan dilalui adalah apa yang dicapai oleh seorang arif melalui upayanya, Sedangkan hal adalah apa yang menghinggapi kalbu seorang arif. Dalam irfan ada enam maqam yang dilalui, yaitu maqam nafs, maqam qalb, maqam, ruh, maqam sirr, maqam khafy, dan maqam akhfa.